19. Belajar Bareng

2.7K 281 40
                                    

"Unicorn-nya ciuman..." Tangannya menutup mulut dengan raut mencurigakan. "Yang punyanya gak mau juga, nih???"

Varsha segera melepaskan dua kalung itu. "Jangan aneh-aneh." Lalu ia berjalan pergi dari tempatnya. Vanilla tidak tahu saja bahwa gadis itu sedang merasa canggung.

"Iiih mau kemanaaa???" Dengan segara, kakinya berlari kecil menyusul langkah Varsha yang lebar. "Kakak tunggu~~ Hahahhaa!!!" Sebutan itu kini terasa lucu baginya.

Varsha hanya bisa menggelengkan kepala mendengar tingkah gadis itu.

Saat sedang mengejar, langkahnya terhenti karena melihat sebuah benda besar di sudut rumah Varsha itu. "Wah? Ada piano!" Lantas, ia pun berjalan mendekati alat musik tersebut dan menekan beberapa tutsnya.

Suara piano yang tidak beraturan, mengalun di udara. Vanilla yang menekan benda itu, tersenyum lebar karena merasa senang.

"Varsha! Kamu bisa mainin ini?"

"Bisa."

"Coba dong satu lagu aja!"

Varsha pun mendekati gadis itu lalu duduk dikursi kecil yang tersedia di dekat piano. "Lagu apa?"

"Apa aja!"

"Oke, mungkin ini gak asing di telinga kamu."

Jemarinya itu ditempatkan pada beberapa tuts piano dan ia pun mulai menekannya membentuk sebuah nada dari lagu Für Elise.

Vanilla mendengarkan dengan seksama. Mulut gadis itu tak henti-hentinya menyunggingkan senyuman kagum akan kelihaian Varsha.

Saat sudah selesai, Varsha pun bangkit dari duduknya dan menatap Vanilla di sana.

"Keren!!! Apa sih yang kamu gak bisa? Semuanya dikuasain!"

"Kamu mau coba?"

"Eh?"

"Coba mainin satu lagu buat aku."

"Ih aku gak bisa main pianooo! Bisa sih satu lagu. Tapi cuma lagu Ibu Kita Kartini doang."

"Mau diajarin?"

"Ohoho jelas mau lah!!!" Dengan segera Vanilla pun duduk di kursi itu dan menunduk menatap tuts piano. "Pencet mana dulu?"

Varsha memposisikan dirinya berdiri di belakang gadis itu. Tubuhnya pun ia condongkan ke arah Vanilla sembari memegang kedua tangan gadis itu.

Yang semula dirinya merasa sangat bersemangat karena akan belajar salah satu alat musik yang sedari dulu ingin dikuasainya, mendadak tubuhnya jadi terdiam kaku dan menegang lantaran posisi Varsha yang seolah sedang memeluknya dari belakang.

"Pertama, tekan yang ini..." Varsha arahkan telunjuk Vanilla pada salah satu tuts piano. "Terus yang ini..."

Vanilla mengikuti gerakan gadis itu. Tapi ayolah, ia tidak bisa mengingat tuts mana saja yang barusan ia tekan. Jantungnya sedang mengambil alih pikiran gadis itu.

"Terus tekan yang ini, ini, sama ini... Udah, segitu dulu. Coba ulangin sendiri." Varsha hendak menegakkan tubuhnya.

Namun sebelum itu terjadi, Vanilla segera menoleh ke belakang dengan posisi tubuh Varsha yang masih condong ke arahnya.

Ditatapnya wajah itu dengan perasaan berdebar. Ia sudah pernah menatap Varsha dari jarak dekat seperti di rumahnya tempo hari. Tapi untuk sekarang entahlah, rasanya semakin tak karuan.

Varsha yang tidak jadi menegakkan tubuhnya, hanya bisa diam dengan mata yang juga menatap gadis di depannya. Sorot mata Vanilla, masih sama dengan sorot mata gadis kecil yang menemaninya 9 tahun lalu itu. Kedua pipi chubby-nya juga tidak terlalu banyak berubah. Mereka masih ada di sana walaupun tidak se-chubby saat dirinya kecil. Dan rasa ingin menggigit pun, tidak kunjung hilang dari benak Varsha.

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang