"W-what???" Vanilla langsung membelalakan matanya.
"Kamu pernah bilang mau bikin bayi. Let's do it then someday."
"Emang...kamu udah tau caranya??? Jangan bilang dikasih tau Wren??!"
"Itu gak penting." Kepalanya menunduk pada gadis itu sembari menahan Ivy dalam gendongannya, "Yang penting...kamu mau gak bikin bayinya sama aku?"
Tangannya memukul pelan lengan gadis yang lebih tinggi darinya itu. "Mau lahhh... Tapi bahkan sekarang kita masih kelas sepuluh. Masih belum cukup umur."
"Yang penting kita punya rencana." Varsha tersenyum lalu kemudian mengusap kepala Ivy.
Di sana, Vanilla hanya bisa tertawa sembari membayangkan bagaimana jika suatu saat mereka punya anak.
Dalam bayangan Vanilla...
"Mama mau ecklim!"
"Minta coba uangnya sama Mama kamu. Maksudnya Mama kamu yang itu, bukan Mama ini." Tunjuknya pada diri sendiri yang sebelumnya menunjuk Varsha di sana.
Gadis kecil itu mengangguk lalu berlari kecil menghampiri Varsha yang sedang membaca koran dan meminum kopi layaknya bapak-bapak di pagi hari saat libur. "Mamaaa mau ecklim!"
Varsha menoleh seraya menutup korannya. "Ini masih pagi, gak baik makan es pagi-pagi gini. Mending kamu makan nasi yang udah dimasak Mama biar sehat."
"Aaa tapi mau ecklim!"
"Varsha, kasih ajaa. Sekali-kali doang kok!"
Kini pandangannya ia alihkan pada Vanilla. "Gak boleh, nanti anak kita batuk."
Vanilla pun berdecak. "Yaudah ayo kita makan nasi dulu. Nanti Mama beliin es krim pas siang." Ajaknya pada sang anak.
"Aaaa mau sekalanggg!!"
Varsha hanya menggelengkan kepalanya melihat sang anak yang mulai tantrum.
"MAU SEKALANGGGG!!"
Woof! Woof!
Cino pun datang dengan ribut saat mendengar anak majikannya yang menangis.
"Jangan rewel duluu, nanti Mama beliin pas siang!"
"Sekalannggg!! Huwaaaaa!!!"
Woof! Woof!
"Varsha jangan diem mulu lu kek yang dongo! Itu anak lu ngamuk!"
"Biarin dia ngeluarin emosinya."
Woof! Woof!
"Cino juga berisik tuhhh!"
"Namanya juga anjing. Dia gak punya pikiran kayak manusia."
"Ihhh Varshaaa!"
Vanilla langsung mengerjap-ngerjapkan matanya kala membayangkan itu.
Varsha yang merasa bingung, akhirnya bertanya. "Kamu kenapa?"
"Ummm... Kamu yakin gak sih mau punya anak nanti? Kok aku gak yakin..."
Alisnya berkerut, "Yakin. Kenapa? Bukanya kamu juga suka anak kecil?"
Ditatapnya gadis itu dari atas sampai bawah. Apa benar Varsha akan terus menjadi pribadi yang dingin, kaku, dan cuek bahkan pada anaknya sekali pun? Mengingat interaksi mereka saat awal-awal tentang bagaimana sikap Varsha padanya, membuat ia tidak yakin anaknya akan mendapat kebahagiaan. "Anu.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour
Ficção Adolescente(Completed) Kok ada ya manusia unik kayak gitu? Gak gak, lebih tepatnya ANEH! Bertemu dengannya adalah suatu ketidaksengajaan yang aku harapkan. #GXG