34. Normal day di rumah babunya Cino

2.1K 197 6
                                    

Normal day yang gak normal-normal amat pada sabtu pagi pukul 10 hari ini....

Vanilla masih tertidur ditemani oleh Cino di kamar, sementara Varsha tengah sarapan karena hari ini ia bangun tidak sepagi biasanya. Ditambah, gadis itu baru saja mencoba memasak sesuatu yang belum pernah dibuatnya. Bubur sumsum.

Ya, Varsha memang jarang membuat makanan manis sampai masih bisa dihitung oleh jari semenjak dirinya hidup. Namun entah ide darimana, pagi ini ia ingin membuat makanan bewarna putih yang disiram oleh cairan berwana coklat itu.

"Agak kemanisan." Ucapnya sembari meleguk air putih. Kemudian, kepalanya pun menoleh ke arah tangga besar di sana dan mendapati Vanilla yang tengah turun sembari mengikat rambutnya. Varsha tersenyum, kemudian kembali memakan bubur sumsum sembari menunggu gadis itu menghampirinya yang duduk di sofa ruang tengah.

"Pacha itu apa??" Kedua siku Vanilla bertumpu pada sandaran sofa sembari melongokkan kepala ke arah mangkuk yang Varsha pegang.

"Bubur sumsum."

Pandangan Vanilla masih menatap makanan itu tanpa kedip bahkan suara. Ia hanya diam dalam posisinya sekarang.

"Mau?"

Bola matanya pun bergulir menatap Varsha sembari mengangguk lucu.

Melihat itu, Varsha terkekeh gemas. "Sini duduk."

Dengan segera, Vanilla pun duduk di samping gadis itu sembari membuka mulutnya lebar-lebar.

"Aku cuma bikin segini. Niatnya mau bikin lagi nanti agak sorean kalo kamu udah bangun. Tapi ternyata, kamu bangunnya sekarang." Varsha perhatikan gadis itu yang tengah menelan bubur dalam mulutnya. "Enak??"

Vanilla mengangguk antusias. "Kamu harus bikin lagi!!" Mulutnya kembali terbuka lebar.

Varsha terkekeh lalu menyuapi gadis itu. "Iya, nanti aku bikin lagi." Pandangannya pun teralih pada kepala Vanilla. "Kok rambut kamu basah?"

"Habis cuci muka dong! Aku juga udah sikat gigi, skincare-an, tinggal mandi yang belum."

"Tumben banget rajin?"

"Gak tau, lagi mood. Habis ini jalan-jalan yuk!! Eh gak usah deng, males keluar jauh-jauh. Atau gak kita renang aja?? Kan tinggal jalan ke belakang. Aku juga udah lama gak renang, mumpung lagi mau."

"Boleh." Varsha kembali menyuapi gadis itu. "Kamu mau dimasakin sarapan lain lagi? Takut ini gak kenyang." Ia bahkan tak sadar bahwa dirinya saja baru memakan bubur tersebut tiga suap.

"Mauuu! Kamu juga ini kenapa gak makan lagi?? Katanya cuma bikin segini? Dari tadi aku malah makan sendirian. Renang itu butuh tenaga biar gak letoy."

Disuapinya lagi Vanilla yang sudah berhenti bicara. "Iya sayang, aku masak dulu." Sendok yang dipegangnya, kini ia taruh ke dalam mangkuk yang sudah kosong. Ia senang Vanilla menyukai percobaan masakannya.

"Habis???"

"Kan emang dikit."

"Ih tuh kan! Pokoknya nanti bikin lagi!"

Varsha tersenyum sembari mengangguk. Ia condongkan tubuhnya ke arah gadis itu, lalu mengecup bibir Vanilla sembari menyapu sisa bubur menggunakan mulutnya yang blepotan di sana. "Mau makan apa?" Tanyanya kemudian dengan tubuh yang masih condong.

"Nasi goreng..." Jawab Vanilla dengan wajah yang nampak memerah.

"Lagi?? Kemarin nasi goreng, kemarinnya lagi juga nasi goreng. Gimana kalo aku bikinin sup wortel sama kentang aja biar kamu makan sayur?"

Kepalanya langsung menggeleng. "Wortel gak enak."

"Bukan enaknya, tapi sehatnya."

"Aku bisa dapet makanan sehat lain yang lebih enak! Gak harus wortel."

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang