18 | Tanggung Jawab (I)

140 3 0
                                    

Jangan Lupa Vote Dan Komen🥰

Thank you kepada para readers yang mampir membaca cerita ini:)

Happy Reading

.
.

🍒🍒🍒

Sepasang manusia itu masih betah dengan posisi yang membuat keduanya panas dingin. Belum ada yang berniat mengakhiri keheningan yang terjadi di antara keduanya. Kecuali posisi mereka, saat ini Kinan berada di pangkuan Gilang yang tengah duduk di kursinya. Entah sejak kapan kedua berpindah posisi, entahlah keduanya tidak ingat kapan pastinya, yang jelas saat ini tangan Kinan tengah melingkari leher Gilang, menatap keseluruhan pada wajah tampan itu. Tiba-tiba keduanya merasakan suhu di ruangan itu berubah panas. Padahal suhu AC di ruangan itu masih seperti biasanya.

Tangan Gilang memeluk pinggang Kinan posesif, menatap wajah cantik Kinan tanpa terlewatkan sedikitpun. Tangan nakal itu bergerak pelan menelusuri wajah Kinan. Mengelus pipi mulus itu pelan penuh damba.

Gilang mengikis jarak diantara mereka, mendekatkan bibirnya mengecup kuping kinan sembari menghirup aroma Kinan yang memabukkan. Menelusuri wajah Kinan dengan bibirnya, mengecup pipi mulus itu pelan. Tangan Gilang turun menelusuri pinggang ramping itu pelan. Merasakan tangannya berada di balik kemeja itu seakan akan tubuh itu tidak tertutupi apapun. Kinan mendesis, menggigit bibirnya guna menahan sesuatu yang memalukan yang akan keluar dari bibir nya.

"Jangan digigit Babe" Ujar Gilang menatap bibir itu penuh damba. Rasanya Gilang ingin melahab bibir itu sekarang juga. Mata Kinan yang tadinya tertutup akibat sentuhan Gilang, terbuka sempurna menatap manik sayu Gilang menatap Kinan penuh damba. Saat ini Kinan kacau balau sudah tidak bisa lagi berpikir jernih.

Gilang memang perayu ulung, sangat handal menyiksa Kinan. Membuat pertahanan Kinan roboh dengan mudahnya. Kinan menyerah, tidak sanggup lagi menahan sesuatu yang entah sejak kapan berdenyut di bawah sana.

Cup

Kinan mengecup bibir itu perlahan bergerak menggoda bibir Gilang meminta lebih. Dengan senang hati lelaki itu membalas ciuman Kinan. Mengecup, menyecap menerobos bibir itu dengan lidahnya. Kinan dengan senang hati membuka bibirnya mempersilahkan Gilang menguasainya.

Kinan menyadari bahwa tangan Gilang perlahan pindah posisi membelai pipi Kinan yang kemudian turun menyusuri leher jenjang Kinan yang membuat Kinan sejenak menahan napasnya.

Gilang paham apa yang diinginkan Kinan darinya. Dengan senang hati Gilang akan mewujudkannya. Dengan kurang ajarnya tangan nakal Gilang telah berhasil melepaskan tiga kancing kemeja Kinan. Terpampanglah dada indah Kinan yang tertutup Bra Hitam.

Gilang terpaku melihat pemandangan indah yang terpampang nyata di depan matanya. Gilang tidak bisa menyembunyikan pikiran liar yang berkeliaran di kepalanya. Kinan yang melihat pandangan mata Gilang yang tidak lepas dari dadanya yang tidak sepenuhnya terutup Bra.

Dengan cepat Kinan menutup dadanya dengan sebelah tangan dan kemudian mendorong Gilang menjauh dengan sebelah tangannya yang lain. Kinan dengan jelas melihat raut wajah kaget serta bercampur kecewa dari raut wajah Gilang. Entahlah Kinan tidak mau memikirkan itu saat ini. Karena yang jelas Kinan sangat menyesal membiarkan dirinya terbuai suasana.

"Sorry--" ujar Gilang kelu melihat raut wajah tegang Kinan. Tanpa menjawab Gilang, tangan Kinan bergerak mengancingkan kemejanya yang terbuka ulah tangan nakal Gilang.

Pikiran kedua sama kacaunya. Jika Gilang kacau karena hasratnya langsung dipadamkan oleh Kinan. Lain halnya dengan Kinan. Kinan bepikir hampir saja gawangnya dibobol Gilang sang atasan tanpa berniat memperjelas status keduanya. Memikirkan itu mata Kinan berkaca-kaca ingin menangis bombai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

After PartyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang