Chapter 21

300 20 2
                                    

Menma berjalan setengah berlari menuruni turunan yang sedikit lebih landai di sisi lain tebing. Napasnya terengah, air mata sesekali mengalir membasahi pipinya. Pikirannya kacau mengingat kembali bagaimana pujaan hatinya terjatuh ke jurang tepat di depan matanya.

Dalam benaknya, Menma terus merapalkan nama teman hidupnya itu. Berharap ia tetap selamat walaupun sudah jelas kemungkinannya sangat kecil mengingat Yuuki terjatuh ke jurang yang dalamnya puluhan meter.


3 meter menuju dasar jurang, kakinya tergelincir dan Menma terjatuh. Ia berguling-guling membentur bebatuan yang setengah menonjol dari dalam tanah. Menma meringis, dahinya berdarah. Namun, itu tidak membuatnya menyerah. Ia berdiri, dengan tertatih ia kembali berjalan menuju dasar mencari sosok istrinya yang mungkin sudah tergeletak di tanah.


Dasar jurang itu merupakan sebuah tanah lapang dengan sebuah sungai kecil dengan kedalamannya hanya sebatas mata kaki—nyaris kering. Menma berjalan mendekati sungai itu, berdiri di pinggir sungai, ia menengadah menatap ke bagian atas tebing.


Permukaan tebing tempat di mana kedua anaknya tengah menunggu sama sekali tidak terlihat karena tertutup rimbunnya pohon yang tumbuh di sepanjang dinding tebing.

"Mungkin Yuuki tersangkut di salah satu dahan di atas itu." Menma bergumam. Ia kembali melangkah mendekati dinding tebing, berniat memanjat menggunakan tali berbandul yang ia pinjam dari Mafu.

Belum sempat ia melemparkan bandulnya, kaki Menma tanpa sengaja terantuk sesuatu. Ketika ia melihat ke kakinya, ia menemukan sesuatu yang membuatnya seketika terduduk lemas. Dengan gemetar, tangannya meraih sesuatu yang tanpa sengaja ia tendang tadi.

Sebuah potongan tangan sebatas siku berlumuran darah. Menma kenal betul siapa pemilik tangan berkulit putih itu. Terlebih saat melihat cincin platinum di jari manisnya.


"Yuuki ...." lirihnya dengan isak tangis yang kembali meluncur dari bibirnya. Dipeluknya lengan kanan itu. Menma menangis tanpa suara. Tubuhnya bergetar hebat. Pertahanannya telah hancur.

Bagai mana tidak, anaknya dirawat di rumah sakit akibat terkena ledakan. Orang yang telah melahirkannya saat ini masih koma, ayah mertua sekaligus pamannya meninggal tanpa meninggalkan jasad, lalu ibu mertuanya yang entah ada di mana. Kini ia juga harus kehilangan belahan jiwanya selamanya.

"Menma?" panggilan datar yang khas itu membuat Menma tersentak. Ia buru-buru menghapus air matanya dan berbalik menatap orang yang tadi memanggilnya.

"Kyuu-Kaasan? Anda ke mana saja? Kami semua mencarimu sampai ke sini." Secara diam-diam, Menma menyembunyikan potongan milik Yuuki ke belakang punggungnya. Kyuubi belum lama ini kehilangan suaminya, tentunya hal itu meninggalkan luka menganga di hatinya.



Saking besar dan dalamnya luka itu, Kyuubi bahkan sampai kehilangan akal sehatnya dan nekat menyusup ke markas musuh seorang diri. Kalau sampai ia tahu bahwa anak semata wayangnya juga meninggalkannya, Ia akan lebih hancur lagi. Siapa yang bisa menebak hal gila apa yang akan dia lakukan.

Kyuubi menatap intens menantunya itu, sebagai seorang lulusan psikolog sekaligus paman dari Menma, Kyuubi bisa menebak bahwa ia baru saja kehilangan satu lagi orang yang ia sayangi.

"Yuuki kah?" tanyanya lirih, sama sekali tidak bertenaga.

"Maksud Kaasan? Yuuki sedang di rumah sak—"


"Tidak perlu disembunyikan, aku tahu di belakang tubuhmu itu kau sedang menyembunyikan tangan Yuuki, 'kan?"


Menma tidak menjawab, ia menunduk dan perlahan menunjukkan lengan yang ia sembunyikan tadi. Kyuubi berjalan perlahan mendekati Menma. Digenggamnya jemari yang sudah memucat itu kemudian mengecupnya.

Butiran air mata menetes ketika Kyuubi memejamkan matanya.
"Anakku, Yuuki ...." Usapan lembut di lengan itu adalah sebagai ucapan perpisahan dari Kyuubi untuk anak semata wayangnya.

"Kaasan, tolong jangan menyerah dulu. Saya yakin tubuh Yuuki tersangkut di atas sana. Ia dan calon cucu barumu akan selamat dan kembali pada kita ...."

Kedua mata Kyuubi terbelalak. Air mata semakin deras mengalir dari kedua matanya. Tubuhnya berguncang semakin hebat. Kyuubi seketika berhambur memeluk menantunya itu.
"Ya Tuhan, kenapa harus seperti ini? Bahkan cucuku yang belum sempat terlahir ke duniapun harus kau ambil ...."

Nasib mereka sama, ditinggalkan oleh pasangan hidup dan anaknya berturut-turut. Dalam kasus Menma, dia kehilangan mereka dalam waktu bersamaan. Kyuubi, si anggota FBI paling tangguh nan tegas, kini menangis pilu.

"Kaasan, ayo kita cari Yuuki di atas sana. Aku sudah membawa talinya." Menma membalas pelukan Kyuubi.

"Percuma, Nak. Begitu aku melihatmu menangisi tangan itu, aku langsung mengirimkan binatang pelacakku dan tidak ada satu potongan tubuhpun  di atas sana. Relakan ia pergi ...." Binatang pelacak yang dia maksud bukanlah binatang sungguhan, melainkan seekor robot burung dengan kamera yang tertanam di kedua matanya. Katakanlah itu drone berbentuk burung, namun fungsi kameranya seperti CCTV yang dapat mendeteksi gerakan.

Menma menghela napas frustasi. Ia tahu bahwa sangat tidak mungkin seseorang selamat setelah terjatuh dari ketinggian itu tanpa pengaman.

Tapi ia ingin menyangkalnya. Berulang kali ia memohon akan keselamatan anak istrinya. Namun, semakin ia mengelak, semakin sadar ia bahwa mereka tidak akan lagi menemaninya.

Kyuubi mengeratkan pelukannya, saat ini, akhirnya mereka runtuh. Keduanya menangis meraung dalam dekapan satu sama lain.



=========

Gelas di tangan Fugaku terlepas dari tangannya dan pecah berkeping-keping setelah membentur lantai dengan keras. Pelaku pemecahan gelas itu justru berlari menerjang Minato yang sedang berusaha menyembunyikan bayi perempuan itu dalam dekapannya.


Fugaku memeluk erat Minato, keduanya berguling-guling di lantai menuju pintu keluar ruang tengah. Suara tembakan dan muntahan peluru yang sedari tadi mengincar mereka terus terdengar.

"Kalian tidak apa-apa?" tanya Fugaku.

"Selain tulang tuaku yang meronta-ronta saat bergerak terlalu banyak, kami berdua baik-baik saja. Kau sendiri bagaimana?" Keduanya berlari meninggalkan ruang tengah bersama anak angkat mereka.

"Encokku kambuh." Salah satu tangan Fugaku memegangi pinggangnya yang memang terasa sakit.

Minato terkekeh, "bertahanlah, kalau tidak, kita akan benar-benar mati."

Fugaku memutar kedua bola matanya lalu tangan yang masih merangkul bahu Minato beralih menjadi merangkul pinggangnya. Lalu keduanya berlari beriringan menuju ruang kerja Victor.

Jika mereka bisa mencapai ruang kerja Victor, mereka bisa memasuki ruangan rahasia yang lebih aman selama serangan-serangan musuh masih berlangsung.

Pintu ruang kerja Victor sudah terlihat, tinggal sekitar 10 langkah lagi, maka mereka akan sampai di ruangan itu.

"Ukh ...."
Namun, langkah mereka terhenti saat sebuah peluru menembus kulit salah satu dari mereka.

TBC.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

missing child 2: the chain hateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang