Desc : Semua chara selain OC bukan milik saya
Rated : M
====== Happy Reading ======
Menma mengumpat sekali lagi, dia sama sekali tidak bisa kabur. Suara desingan peluru yang dimuntahkan senjata api dari segala penjuru membuatnya termenung, penyesalan perlahan menyusup ke hatinya, lagi-lagi, ia tidak bisa menemani pendamping hidupnya itu berjuang menjaga dan merawat anak-anaknya. Menma memejamkan mata, dalam hati meminta maaf pada Yuuki.
Ia telah siap menerima semua peluru yang melesat dari segala arah. Suara timah panas telah menembus sesuatu dapat ia dengar. Namun, rasa sakit tidak kunjung ia rasakan. Justru yang terdengar adalah rintihan orang lain dan suara kepanikan menguasai sekitarnya.
Menma membuka mata, dan yang pertama kali ia lihat adalah dua tubuh setinggi Shin dengan warna rambut berbeda warna berdiri di depannya, lengkap dengan tameng besar di masing-masing tangan.
"Jangan terlalu pasrah begitu di saat tanggung jawabmu masih begitu besar."
Gerutuan di belakangnya membuat Menma berbalik dan menemukan pria raven tengah menggerutu sembari menyayat perut musuhnya yang berlari mendekat.
"Yuuki? Bukan ... warna mata dan auranya berbeda," gumam Menma. Jelas ia merasa heran saat mendapati lelaki di depannya begitu mirip dengan Yuuki, hanya saja, lelaki di depannya ini tidak memiliki mata ruby, melainkan onyx. Sifatnya pun jauh lebih bar-bar di bandingkan Yuuki yang lebih kalem.
"Tentu saja aku bukan Kakak yang bodoh itu." Pemuda itu menegakkan tubuh dan menatap Menma dengan kening berkerut.
"Siapa kau? Kenapa begitu mirip dengan Yuuki?" tanya Menma.
Namun, belum sempat mendapat jawaban, Menma harus merelakan dirinya terlempar ke arah kanan akibat di tarik oleh si lelaki untuk menyelamatkannya dari sebuah peluru yang melesat.
Menma meringis sekaligus berdecak kesal, ia meraih pistol miliknya dan menembak musuh sembari menggerutu kesal.
"Huwaaa! Kenapa Paman melempar Papa begitu? Kalau luka gimana?" gerutu salah satu anak berambut putih tanpa menghentikan serangannya pada lawan.
Menma tentu saja tertegun mendengar kalimat anak itu. Terlebih panggilan yang tertuju padanya. Apa katanya tadi? Papa?
Suara dentingan besi beradu membuat Menma tersadar dari keterkejutannya.
"Jangan melamun di tengah pertempuran, Papa." Suara tenang mengalun lembut dari anak lain yang kini berdiri di hadapannya, menatap lurus padanya setelah sebelumnya menghabisi lawan tanpa ampun.
"A-ah... Kenapa kau memanggilku Papa?" Menma menggaruk pipi menggunakan jarinya. Entah kenapa ia merasa tengah di tatap oleh diri sendiri saat mendapati anak itu menatap lurus padanya.
"Karena kau memang Papaku," jawab anak itu sebelum kembali maju melawan musuhnya. Meninggalkan Menma masih dalam kebingungannya.
Tidak membutuhkan waktu lama, musuh yang tadi mengepung Menma sudah tergeletak di tanah. Entah itu hanya pingsan, atau sudah tidak bernyawa. Ketiga orang yang tadi menolongnya menghampiri Menma yang masih terduduk di posisi yang sama.
Punggungnya masih terasa ngilu akibat membentur tanah saat di lempar tadi. Mengingat itu Menma kembali menggerutu.
"Benar-benar mirip Paman Sasuke ya ... suka menggerutu."Menma mengangkat kepalanya dan menatap lurus pada lelaki yang begitu mirip dengan pendamping hidupnya itu.
"Siapa kau?" Matanya menatap pada tiga orang yang balas menatapnya bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
missing child 2: the chain hate
Fanfictionkebencian adalah sesuatu yang misterius. kebencian membuat seseorang menjadi buta dan tuli. bagai sebuah rantai, kebencian itu terus terhubung, dari satu orang ke orang yang lain. terus menerus, tanpa ujung bagai sebuah lingkaran. Sasuke, merasa di...