Happy Reading
.
.
.
.🐯🦊🐶🐰🐬🐭
Masih ingat sama cita-cita Cahyo yang pengen banget jadi pengusaha kaya?
Sekarang, anak yang dulu suka main slepet-slepetan sama Icung itu udah sukses. Udah punya usaha sendiri diusianya yang masih terbilang muda. Bergerak di bidang kuliner, membuat Cahyo kudu ekstra dalam mensurvei minat para konsumen.
Kalau bapak punya rumah makan, maka Cahyo punya cafe. Lokasinya dekat kampus Haikal sama Jono dulu, dan sekarang ia juga menjadi salah satu alumni di kampus itu karena sempat menimba ilmu di sana sebagai penerus Jono dengan mengambil jurusan bisnis.
Setiap hari, Cahyo tidak pernah absen untuk mengecek setiap pengeluaran dan keuntungan cafenya. Bahkan, bapak sampai harus mengingatkan berkali-kali untuk beristirahat terlebih dahulu, tapi itu anak emang dasarnya bebal dan susah diatur, jadinya cuma iya-iya aja gak dilakuin. Bapak cuma takut, Cahyo kembali sakit kaya dulu. Pernah tuh, sampai harus di rawat gara-gara kena tifus akibat kecapean sama telat makan. Tapi Cahyo gak kapok. Setelah sehat, dia malah makin gencar ngurus cafe.
"Dih! lu ngapain di sini?"
Cahyo baru sampe, tapi udah dibuat kaget sama kehadiran adik bungsunya yang lagi anteng makan pasta. Iya! Si Icung! Siapa lagi emangnya, adik dia cuma Icung doang gak nambah lagi.
Icung nelen dulu pasta yang udah dia kunyah, terus minum dulu karena seret. "Gue laper abis latihan." jawabnya.
"Kenapa gak langsung pulang aja si?! Makan di rumah."
"Ya emangnya kenapa kalo gue pengen makan di sini? Lagian enak tahu ada wifinya."
Cahyo mendengus kesal. "Gue rugi kalo lo makan di sini. Gak pernah bayar!"
Icung mencibir, "Pelit amat lu sama sodara sendiri. Usaha lo bisa sukses juga berkat do'a-do'a dari gue."
"Birkit di'i-di'i diri gii." Cahyo menye-menye ngeledek. "Gak ada! Ini cafe bisa berdiri tegak gerak begini karena usaha gue sendiri." tegasnya.
"Pamali lo ngomong begitu. Lo sama aja ngelupain perjuangan bapak, sama abang-abang yang bantuin lo buat bikin cafe ini."
"Iyaa.. Kecuali bantuan lo! Dah ahh, gue mau ngecek pengeluaran dulu. Ganggu aja lo." Setelah itu Cahyo pergi meninggalkan Icung yang udah masang muka julidnya.
"Dih! Idihh! Yang nyamperin duluan siapa, yang disalahin siapa."
Setelah cape debat sama Icung, sekarang Cahyo udah berdiri aja di meja kasir. Sambil merhatiin karyawan-karyawannya yang lagi kerja, ia juga turut ngecek pengeluaran bulan ini dan keuntungannya juga. Mukanya seriuuusssss banget! Alisnya ditekuk saat menghitung jumlah pengeluaran cafe yang cukup banyak akhir-akhir ini. Terus garuk-garuk kepala, gatel. Pusing juga dia sama penghasilan yang menurun.
"Ini beneran sebanyak ini pengeluaran kita, Cat?" Cahyo bertanya pada karyawan yang bertugas sebagai kasir di cafenya itu. Sebut aja dia 'Icat'.
Icat ngangguk yakin. Lalu pemuda itu membantu untuk menjelaskan apa aja yang dibutuhin cafe akhir-akhir ini. Takut, Cahyo mikir yang aneh-aneh karena nggak ada penjelasan soal uang yang keluar cukup banyak kemarin.
"Ini 12 juta buat beli lagi mesin kopi yang kemarin rusak. Kan gue udah bilang waktu itu, kata lo iya iya aja." Jelas Icat dengan nada santai. Mereka emang nggak keliatan kaya bos dan karyawan, lebih ke bestie kalau diliat-liat mah.
"Heeh, terus yang ini?"
"Nah, ini buat beli dekorasi yang di depan. Kemarin lampu tumblr yang buat di halaman cafe konslet, jadi harus ganti semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yo Dream [2] | NCT Dream✔
Teen FictionBOOK KEDUA - Yo Dream Hanya sepenggal kisah dari mereka yang ditinggalkan, yang harus tetap menjalani hidup sebagaimana mestinya. Senang, sedih, menangis dan tertawa mereka lalui bersama. Tetap berusaha menyempurnakan formasi walau pada kenyataannya...