Happy reading!
.
.
.🐯🦊🐶🐰🐬🐭
"Ekaalll~ main yuu.."
"Assalamu'alaikum dulu, Njun. Baru ajak main."
Juni nyengir. "Oh iya ya. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh."
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Yang jawab malah Juli yang tadi nyaranin salam.
Dahlah, cape banget sama kelakuan tuyulnya Reyhan. Antara random atau emang agak-agak kaya bapaknya itu anak.
Oh iya! Udah 2 hari Haekal pulang dari rumah sakit, dan sekarang Juni sama Juli mau nengok. Mereka berdua aja gak bareng Reyhan sama Nadia. Katanya ; kan yang di tengok Ekal, jadi yang harus nengok Njun sama Njul aja. Orang tua jangan.
Ya udah lah ya terserah mereka aja.
"Wa'alaikumussalam.."
Samar-samar suara orang menjawab salam terdengar dari dalam rumah. Nggak lama, pintu dibuka, ternyata Reya yang membuka.
"Eehh, ada siapa ini? Aduuhh.. udah ganteng-ganteng banget bujangnya papa Rey." Puji Reya setelah menemui dua kurcaci yang lagi berdiri di depan pintu.
"Ekal nya ada ateu?" Tanya Juli.
"Ada. Yuk masuk."
Reya menggiring si kembar masuk.
"Njun! Njul! Liaattt.."
Si kembar langsung terperangah dan lari ke arah Haekal yang baru aja turun tangga sambil pake kostum barongsai kecil. Haekal mau pamer ke Juni sama Juli, soalnya mereka kan gak punya baju barongsai.
"Apa ini Ekal? Serem banget." Kata Juli sambil megang-megang mata barongsai.
"Ekal mau jadi reog ya?" Pertanyaan polos itu keluar begitu saja dari mulut lemes Juni.
"Bagus kan. Kalian pasti gak punya. Om Rey kan pelit, makannya gak pernah dibeliin ini kan?" Haekal pinter banget kalo soal ngejulid, sampe omnya aja kena sasaran julidan dia. Emang another level anak si Mahen mah.
"Papa gak pelit kok. Kitanya aja yang gak minta. Iya kan Njun?" Juli nggak terima kalo papanya dikatain pelit, akhirnya membela.
Juni menggeleng nggak setuju. "Ekal bener kok, Njul, pa-pa pelit. Kemarin aja kita minta dibeliin takoyaki malah dibeliin cimol. Cimol kan murah."
"Emm.. Bener juga." Juli akhirnya sadar. "Iya Ekal papa pelit. Kalo Njul minta dibeliin baju reog ini ke ayahandanya Ekal boleh?"
"Nggak boleh!" Haekal menggeleng cepat. "Ayahanda cuma mau beliin Ekal aja. Kalian minta aja ke om Rey. Kan papa kalian om Rey bukan ayahanda." Tukasnya.
"Tapi kan papa kita pelit."
"Terus gimana?"
Si kembar kompak menggeleng. Mereka sama-sama menghela nafas nelangsa. Kebeneran banget punya papa pelit, jadinya tiap mau minta dibeliin ini itu harus nangis sampe guling-guling dulu.
"Kita main bareng-bareng aja yuk! Barongsainya kan panjang, bisa dipake barengan." Usul Haekal.
Untung aja si bocil lagi mode baik. Kalo lagi kambuh penyakit 'ini barang Ekal! Kalian gak boleh pegang!' -nya pasti Juni sama Juli udah pundung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yo Dream [2] | NCT Dream✔
Teen FictionBOOK KEDUA - Yo Dream Hanya sepenggal kisah dari mereka yang ditinggalkan, yang harus tetap menjalani hidup sebagaimana mestinya. Senang, sedih, menangis dan tertawa mereka lalui bersama. Tetap berusaha menyempurnakan formasi walau pada kenyataannya...