Happy reading!
.
.
.🐯🦊🐶🐰🐬🐭
"Sebentar saja, dok. Saya mau ketemu anak saya."
"Maaf Pak. Pasien yang dirawat di ruang ICU tidak bisa di jenguk. Hanya dokter dan perawat saja yang boleh masuk ruangan tersebut."
Mahen hanya bisa menangis pilu dengan kenyataan yang tengah ia alami saat ini. Anak yang selama ini tidak pernah jauh darinya, tiba-tiba harus dipisahkan oleh pintu kaca penuh dengan penjagaan ketat dari tim medis.
Sejak Haekal dimasukkan ke ICU, tidak ada seorang pun dari mereka yang mengetahui secara jelas kondisi anak itu. Mereka hanya menerima informasi dari dokter atau perawatan yang berjaga di sana. Itupun tidak setiap waktu. Ada waktu-waktu tertentu untuk memantau dan memeriksa keadaan pasien sehingga kabar yang diterima keluarga tidak sering, yang membuat mereka harap-harap cemas dengan untaian kata yang dijelaskan oleh dokter.
"Nggak pa-pa, kak. Kita berdoa aja yang terbaik buat Haekal dari sini. Dokter juga pasti mengusahakan yang terbaik buat Haekal." Reyhan mengusap-usap punggung bergetar kakaknya.
"Tapi gue mau ketemu anak gue dulu, Rey. Gue takut kalo-"
"Haekal meninggal?" Reyhan berdecak kesal. "Lo berharapnya Haekal bakal meninggal? Gitu?"
Mahen menggeleng. Dia sudah tidak sanggup untuk bicara lagi. Ini terlalu menyakitkan.
"Kak, gue tahu perasaan lo. Gue juga ngerti ketakutan lo. Tapi bukan berarti lo harus putus asa begini! Haekal butuh dukungan lo! Lo ayahnya dan lo harus percaya sama anak lo sendiri."
"..Kalo lo nanya perasaan gue gimana? Gue juga sama, kak! Gue juga takut Haekal nggak bisa bertahan. Tapi dibalik itu semua, gue berusaha keras buat ngebuang rasa takut itu. Karena apa? Karena gue percaya Haekal pasti bisa melewati ini dengan baik. Dia keponakan gue yang kuat, dia cucu mama dan bapak yang kuat, dan dia anak lo yang paling kuat!"
Reyhan berucap dengan sungguh-sungguh. Berusaha menyadarkan Mahen dari keterpurukannya. Reyhan berani bicara seperti itu karena disana hanya ada dirinya dan Mahen saja. Yang lain sedang ada urusan masing-masing. Reya pun hari ini ada di rumah karena Airin mendadak sakit karena terlalu lama menangis kemarin, Jono ada urusan di gym, Jeman sedang ada jadwal operasi, Cahyo ke lokasi cafe ditemani Icung, mama dan bapak beristirahat dirumah karena semalaman tidak tidur.
Reyhan menyentuh pundak Mahen dan menatapnya dalam. Mahen balik menatap dengan mata memerah karena menangis.
"Kak, maaf kalo gue harus bilang ini sekarang. Tapi... Gue mohon ikhlasin Haikal." Kata Reyhan diakhiri lirihan pada akhir kalimatnya.
"Maksud lo?"
Reyhan menghela nafas pendek. "Gue tahu lo belum ikhlas sepenuhnya, mangkannya gue bilang kaya gini biar lo bisa ngerti."
"Rey, anak gue lagi koma! Kenapa lo jadi ngebahas kesana?!" Mahen sedikit terpancing emosinya. Mungkin karena suasana hatinya yang memang tidak baik saat ini.
"Gue tahu ini nggak masuk akal, tapi tolong kak, ikhlasin Haikal supaya Haekal bisa kembali."
"Reyhan! Lo ngerti nggak si?! Anak gue di dalem lagi koma! Dan lo malah makin memperkeruh keadaan dengan ucapan lo yang ngawur itu!" Nafas Mahen memburu. Darahnya tiba-tiba mendidih karena dengan beraninya Reyhan mengatakan hal itu.
".. Satu hal yang harus lo tahu! Gue udah ikhlas Haikal pergi dan lo nggak perlu ikut campur kedalam perasaan gue!" sambungnya.
"Terserah lo mau bilang apa sama gue. Yang pasti gue udah menyampaikan permintaan Haikal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yo Dream [2] | NCT Dream✔
Teen FictionBOOK KEDUA - Yo Dream Hanya sepenggal kisah dari mereka yang ditinggalkan, yang harus tetap menjalani hidup sebagaimana mestinya. Senang, sedih, menangis dan tertawa mereka lalui bersama. Tetap berusaha menyempurnakan formasi walau pada kenyataannya...