29. "Aku pulang ya"

2.6K 301 38
                                    

Happy reading!
.
.
.

🐯🦊🐶🐰🐬🐭


Ikhlas..

Satu kata yang dianggap mudah ternyata tidak semudah itu menjalankannya. Mungkin banyak dari kita yang sering mendengar atau bahkan menyebut kata tersebut hanya untuk menenangkan keadaan seseorang yang tengah ditinggalkan. Tapi kenyatannya kita sendiri sering kali lupa jika 'ikhlas' itu sangat sulit untuk dilakukan.

Mahen menunduk dalam dengan bibir terlipat menahan isak tangis sekaligus sesak yang menghujam dadanya. Sudah satu jam lamanya ia di temani Reyhan berada di pemakaman. Tapi hanya hening yang menemani keduanya. Mahen tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun di depan makam Haikal. Rasanya sakit sekali saat melihat hanya gundukan tanah yang menyambutnya ketika datang kesana.

Reyhan yang berjongkok di samping Mahen hanya bisa mengusap pelan punggung tegap kakak tertuanya itu. Reyhan mengerti, ini memang bukan hal yang mudah. Tapi, jika dibiarkan lebih lama lagi akibatnya bisa fatal.

"Lo bisa, kak. Pelan-pelan aja." Ujar Reyhan dengan sabar.

Tangan Mahen terulur untuk menyentuh dan mengusap batu nisan bertuliskan nama lengkap adiknya itu. Perlahan namun pasti, Mahen mulai membuka suara.

"Maaf... Maafin kakak ya, Kal. Maaf karena udah buat kamu nggak tenang."

Mahen menjeda kalimatnya saat air mata tiba-tiba turun begitu saja di pipinya. Ia korbankan lengan kemejanya untuk dijadikan lap air mata.

".. Kamu marah ya sama kakak? Sampai-sampai ancam kakak mau bawa Haekal pergi." Mahen tersenyum kecut mengingatnya. Bagaimana bisa ia membiarkan putranya pergi begitu saja. Sementara ia sangat menyayanginya.

".. Kal, Jangan bawa Haekal pergi ya. Tolong.. Tolong kembalikan Haekal ke kakak. Maaf selama ini kakak egois karena nahan-nahan kamu dengan ketidak ikhlasan kakak. Kakak minta maaf. Tapi, mulai sekarang kakak udah bener-bener ikhlas. Kakak ikhlas kamu pergi. Yang penting kamu bisa bahagia di sana, pulang dengan tenang ya Haikal. Kakak sayaaanggg banget sama kamu."

Terakhir yang Mahen lakukan setelah akhirnya ia bisa mengutarakan isi hatinya selama ini adalah menaruh satu buket bunga mawar putih di makam Haikal. Tidak lupa ia juga menyatukan kedua telapak tangannya untuk berdoa.

Reyhan yang sedari tadi diam memperhatikan, tersenyum simpul seraya ikut berdoa.

Keduanya tampak khusyuk dalam mendoakan adiknya. Berharap setelah ini Haikal benar-benar bisa tenang dan bahagia. Mahen serius dengan ucapannya kali ini. Ia berani bersumpah jika kali ini dirinya sudah benar-benar ikhlas. Tidak seperti dulu yang ikhlas hanya di bibir saja tanpa bisa ia lakukan.

Sungguh, Mahen minta maaf untuk kesalahan yang selama ini ia lakukan. Mahen berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak mengulanginya lagi. Ia akan bersungguh-sungguh meneguhkan hati agar bisa berlapang dada dalam menghadapi segala cobaan.

"Makasih ya, kak. Gue percaya lo bisa." Kata Reyhan.

Mahen mengangguk samar dan menatap makam Haikal sendu. Takdir memang sebercanda itu padanya. Namun Mahen sadar, memangnya siapa yang bisa melawan takdir Tuhan? Manusia hanya bisa berencana, yang menentukannya tetap saja Yang Maha Kuasa.

Fokus mereka tiba-tiba teralihkan saat handphone Mahen berdering. Mahen cepat-cepat menerima panggilan tersebut yang ternyata dari Cahyo yang sekarang sedang berada di rumah sakit menggantikannya menjaga Haekal setelah urusannya selesai.

"Kenapa, Yo?"

"..."

"Kakak ke sana sekarang!"

Setelahnya panggilan berakhir.

Yo Dream [2]  | NCT Dream✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang