Happy Reading!
.
.
.🐯🦊🐶🐰🐬🐭
Siang ini, Mahen dan Reya dibuat nyerah untuk membujuk Haekal makan. Sejak siuman, Haekal jadi lebih banyak diem, gak kaya biasanya yang suka banget ngomong. Malah, hal dilakukan saat pertama kali buka mata dia langsung nangis setelah beberapa saat lirik sana lirik sini, linglung.Mama dan bapak pun sudah ada di sana bersama dua besannya; mama dan papa Reya. Gantian dengan Icung dan Cahyo yang sekarang ada di rumah Mahen buat jagain Airin.
"Aa mau makan apa? Biar ayahanda beliin ya." bujuk Mahen untuk yang sekian kalinya.
"Gak mau!" ketus Haekal. Wajahnya berpaling, nggak mau bertatapan sama kedua orang tuanya.
Reya menghela nafas samar. "Aa kenapa? Kok ngambek sama ibunda? Aa marah ya sama ibunda? Ibunda minta maaf ya. Tapi Aa makan dulu, ya biar cepet sembuh."
Haekal semakin merapatkan bibirnya. Nggak mau ngomong lagi. Dia lagi kesel.
"Enin beliin brownies ya. Aa kan suka brownies." Mama ikut membujuk lagi.
Haekal tetap bungkam.
Keenam orang dewasa itu lagi-lagi cuma bisa menghela nafas pasrah. Entah harus pakai cara apa lagi supaya Haekal mau makan dan nggak ngambek lagi.
Disaat mereka tengah berpikir, suara isakan terdengar.
Haekal menangis.
"Aa, kenapa sayang? Kenapa nangis?" Reya bangkit dan merengkuh putranya. Beruntung Haekal nurut, gak berontak.
Orang-orang dewasa itu hanya saling pandang, menatap bingung Haekal yang tiba-tiba menangis. Tangisannya terdengar menyakitkan, seolah dia adalah manusia paling tersakiti di dunia.
"Sayang? Kenapa, nak?"
Haekal menarik ingus disela sesenggukannya. "Om bohong, ibunda.." terus nangis lagi.
Helaan nafas samar yang menanggapi celotehan Haekal. Mereka sudah tahu bakal seperti ini. Karena kejadian yang menimpa Haekal sangatlah janggal.
Dan, ada fakta menarik yang baru saja mereka ketahui. Mama dari Reya; mertua Mahen, mengatakan bahwa ia adalah seorang indigo. Besar kemungkinan, kelebihan itu menurun ke cucunya--Haekal. Dan mereka baru mengetahuinya hari ini setelah Reya menceritakan kebiasaan anak pertamanya yang sering menyebut-nyebut almarhum adik iparnya. Reya kaget, karena selama ini mamanya tidak pernah cerita kalau ia 'indigo'.
"Om nya bohong apa? Coba cerita sama ibunda."
Haekal masih sesenggukan. Bahkan, wajahnya sudah basah sepenuhnya oleh air matanya sendiri.
"Om bilang mau ajak Ekal ke rumahnya. Tapi kenapa di bawa ke sini. Ekal kan gak mau ke rumah sakit.." rengeknya.
Mendengar itu, jelas mereka kaget. Mereka juga tahu 'om' yang di maksud itu siapa. Satu hal yang membuat mereka mengucap syukur sekarang adalah Haekal bisa kembali sebelum kejadian yang tidak diinginkan terjadi.
Kata mama Reya, besar kemungkinan Haekal memang sempat dibawa pergi oleh arwah Haikal. Sehingga mereka tidak dapat menemukan Haekal di tempat itu untuk beberapa saat. Namun untungnya, Haikal tidak sampai membawa bocah itu benar-benar pergi bersamanya. Mungkin ada faktor lain yang membuat Haikal mengembalikan Haekal pulang dan berkumpul kembali dengan keluarganya.
Mereka ucapkan terima kasih banyak pada Haikal karena telah berbaik hati untuk tidak membawa Haekal pergi jauh.
"Aa, rumah om itu jauuuhhhh banget. Jadi aa gak boleh ikut. Nanti kalo mabuk perjalanan gimana?" ujar Mahen yang di akhiri dengan ringisan ngeri saat menjelaskannya.
Haekal menatap ayahnya sedih. "Jauh banget ayahanda?" tanyanya.
Mahen mengangguk. Lalu mengusap kepala Haekal sayang. "Jauh. Jadi aa di sini aja ya sama ayahanda sama ibunda. Jangan ikut om."
"Tapikan om baik." katanya sambil mengucek mata.
"Om memang baik. Baiikkk banget. Tapi, Haekal gak bisa ikut sama om. Tempatnya jauh banget sayang."
Haekal mendesah kecewa. "Padahal Ekal mau main di rumah om."
Para orang dewasa hanya bisa tersenyum maklum. Untung pundungnya gak lama. Jadi mereka sudah merasa lega sekarang.
"Nenek bawa puding lohh.. Lihat!" perhatian Haekal teralihkan. Matanya yang sembab melirik pada neneknya yang membawa puding coklat.
"Tuh, nenek bawa puding. Aa makan ya." ucap Reya dengan senyuman.
Dipikir-pikir Haekal lapar juga. Apalagi melihat puding berbentuk beruang itu sangat menggiurkan.
"Emm, Ekal mau puding, nek." kata Haekal.
Semuanya tersenyum senang. Akhirnya bocah kecil itu mau makan juga.
🐯🦊🐶🐰🐬🐭
"CIIAATT!!"
"Mana dia?!"
Airin menutup mulut dengan kedua tangan mungilnya. Bersembunyi di balik pintu kamar agar tidak ketahuan dua omnya yang lagi cosplay jadi ninja Konoha.
Cahyo dan Icung berjalan mengendap-endap. Mereka tahu Airin ada di balik pintu, cuma ya pura-pura aja gak tahu biar seneng. Cahyo nungging, nyari Airin di bawah kasur. Icung buka-buka lemari, bertingkah seolah-olah mereka sedang mencari.
Airin masih dengan posisi sama. Semakin merapatkan badan ke dinding biar kedua omnya nggak bisa nemuin dia.
Pintu bergerak, karena Airin nggak bisa diem. Sempat bertatapan sama Icung, tapi bocah kecil itu langsung menutup wajahnya dengan tangan. Icung terkekeh gemas, tapi dia harus konsisten dengan perannya, pura-pura gak liat aja.
Cahyo menurunkan sarung yang menutupi mulutnya. "Engap gue."
"Tahan. Yang penting bocil seneng."
Memperbaiki kembali sarungnya, Cahyo siap beraksi lagi.
Lagi asik ngobrak-ngabrik kamar, eh Airin malah keluar dari tempat persembunyiannya sambil jejeritan.
"ICA! OM ADA ICA!!" Teriaknya heboh sambil nunjuk-nunjuk pintu.
Icung langsung gendong Airin terus lihat ke balik pintu, apa sih yang bikin Airin histeris.
"Oohhh.. Hahahaa.." Icung tergelak.
Cahyo ikutan ngintip. Ternyata ada cicak lagi nemplok di pintu.
"Eh!" pekik Airin. "Ai upa! Tuluunn!! Tulunkan ai!!" Airin memberontak membuat Icung kewalahan dan menurunkannya.
"Yayiiiii!!" Airin lari keluar kamar, menghindar dari ninja gadungan.
Cahyo dan Icung saling lirik. "Kejar gak?"
"Gak usahlah. Cape gue. Awasin aja." ujar Cahyo sambil melepas sarungnya.
Mereka berjalan gontai keluar dari kamar, memperhatikan Airin yang lagi sibuk banget gusur-gusur selimut dari kamar orang tuanya.
"Liat tuh, tuyulnya si Mahen."
"Ponakan lu!"
🐯🦊🐶🐰🐬🐭
Cahyo & Icung
KAMU SEDANG MEMBACA
Yo Dream [2] | NCT Dream✔
Teen FictionBOOK KEDUA - Yo Dream Hanya sepenggal kisah dari mereka yang ditinggalkan, yang harus tetap menjalani hidup sebagaimana mestinya. Senang, sedih, menangis dan tertawa mereka lalui bersama. Tetap berusaha menyempurnakan formasi walau pada kenyataannya...