Happy reading!
.
.
.🐯🦊🐶🐰🐬🐭
"Om.."Lirihan dari bibir mungil itu berhasil menarik perhatian beberapa pasang mata yang ada di sana. Reya yang memang sedang duduk disamping ranjang langsung bangkit dan memperhatikan disaat kelopak mata yang sudah 2 hari terpejam itu bergerak kecil sampai akhirnya terbuka perlahan.
"A? Alhamdulillah, Aa udah bangun." Kecupan lembut dari ibundanya langsung menyambut kesadaran Haekal.
"Jagoan Ayahanda memang hebat. Makasih ya, A." Mahen mengusap rambut kecoklatan milik Haekal hati-hati. Takut membuat anak itu sakit karena mengenai luka jahitan di kepalanya.
Haekal masih belum bisa merespon, anak itu terlihat masih linglung dan mencoba untuk mengerti; kenapa dirinya bisa ada di sini? Bukannya tadi sedang bermain?
"A? Masih sakit kepalanya? Ibunda panggil dokter dulu ya." Ucap Reya khawatir. Lalu tangannya terulur untuk menekan tombol yang ada di atas ranjang.
Mata Haekal yang sayu melirik perlahan pada Mahen yang sedang tersenyum kepadanya.
"Ayahanda.." Lirihnya.
"Iya. Kenapa A?"
"Om p-pergi Ayahanda. O-om nggak mau main sama Ekal lagi." Setelahnya Haekal menangis.
Mahen dan Reya saling menatap. Sakit sekali rasanya. Hati mereka seperti hancur berkeping-keping ketika mendengar isak tangis Haekal yang begitu lirih. Mahen maupun Reya sangat mengerti tentang perasaan Haekal saat ini. Namun, sebisa mungkin mereka harus bisa menenangkan Haekal dan mencoba untuk membantu anak itu agar tidak terlalu ingat lagi pada Haikal. Bagaimana pun juga, Haikal sudah tenang di sana. Jangan sampai Haikal kembali tidak tenang yang berujung membahayakan Haekal lagi.
"Ekal.."
Dari balik pintu yang terbuka sedikit, terdapat dua kepala yang menyembul. Si kembar ternyata sudah sampai setelah tadi di jemput papanya.
Pintu dibuka lebar oleh Reyhan, bahkan sekarang Reyhan harus repot-repot membawa tas dua bocah itu yang tadi di lempar begitu saja oleh pemiliknya. Nggak ada adab memang.
Dengan mata sembab, Haekal menoleh pada Juni dan Juli yang langsung berlari dan berteriak girang.
"Ekaallll!!!"
"Ssstt.. Jangan berisik!" Reyhan mengingatkan. Lalu ia mendekat pada ranjang setelah menyimpan tas dua tuyulnya di pojok ruangan.
"Apa si papa! Njun kan kangen Ekal." Seperti biasa, Juni si tukang ngomel-ngomel.
"Lebay."
Juni mendelik jengkel pada papanya. "Papa yang lebay!"
"Njun mau marah-marah aja? Kalo Njul mau ke Ekal." Kata Juli sambil naik ke kursi setelah sebelumnya menyingkirkan Mahen yang menghalangi jalannya.
Mahen hanya bisa geleng-geleng kepala. Sudah hatam sama kelakuan tuyul adiknya.
"Tuh ada Njun sama Njul. Ekal seneng nggak?" Kata Reya. Ia tersenyum hangat sambil mengusap pipi Haekal yang basah oleh air mata.
"Nggak.. Huuaaa..." Haekal nangis lagi. "Mau om, ayahanda.."
Lagi-lagi itu yang dicari Haekal. Mereka sampai bingung harus menjelaskan apa lagi supaya anak itu mengerti.
"Iih! Ekal kok gitu sih! Njun udah jauh-jauh loh ke sini." Kata Juni terus manyun, kesal karena lagi-lagi yang dicari omnya.
Juli mengangguk. "Ekal gak tau ya kita sama bu guru sama temen-temen doa bersama di sekolah supaya Ekal cepet bangun. Tapi kenapa Ekal nyariin om terus sih? Emangnya om siapa? Om Icung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yo Dream [2] | NCT Dream✔
Novela JuvenilBOOK KEDUA - Yo Dream Hanya sepenggal kisah dari mereka yang ditinggalkan, yang harus tetap menjalani hidup sebagaimana mestinya. Senang, sedih, menangis dan tertawa mereka lalui bersama. Tetap berusaha menyempurnakan formasi walau pada kenyataannya...