27. Permintaan

1.9K 274 59
                                    

Happy reading!
.
.
.

🐯🦊🐶🐰🐬🐭

Haekal tertawa gembira sejak tadi. Bocah kecil itu tidak henti-hentinya berlari ke sana kemari sambil menjerit-jerit.

"Kena!!"

"Aaaaaa!!! Hahahahaa!!"

Haekal semakin terpingkal-pingkal ketika dirinya berhasil di tangkap.

"Udah ah cape."

Haekal mengangguk lucu sambil mengikuti Haikal yang kini duduk selonjoran di teras rumah.

"Om mau minum?" Tawar Haekal. Siapa tahu omnya haus sehabis main dengannya.

Haikal menggeleng. "Mau duduk aja. Ekal temenin om ya." Katanya.

"Okayy!"

Sejenak, mereka sama-sama diam hanya untuk mengistirahatkan tubuh yang sudah berkeringat karena lelah bermain tadi. Sesekali Haikal terbatuk yang membuat dadanya kembali sakit.

Haekal menyadari itu. Lantas mengusap-usap dada omnya, berharap rasa sakitnya dapat berkurang.

"Sakit banget ya om? Atau mau Ekal ambilin alat yang ada di kamar om? Kata om Jeman, alat itu punya om biar nggak sakit nafasnya." Celoteh Haekal, mengundang senyuman haru di bibir Haikal.

"Nggak usah. Udah gak sakit lagi kok. Kan Ekal bantu usap-usap. Makasih ya." Ujar Haikal tulus.

"Sama-sama om Ikal." Kata bocah itu, lantas menghentikan gerakannya.

Nyatanya, Haikal tidak bisa untuk tidak mengusap rambut ikal keponakannya itu. Ia usap dengan lembut penuh kasih sayang, memberikan kenyamanan yang membuat si bocah kecil menyandarkan tubuhnya pada dirinya.

"Ngantuk?" Tanya Haikal, melihat mata bulat itu berkedip-kedip lamban.

Haekal menggeleng. "Ekal lagi menikmati usapan om. Ekal suka, sama kaya ayahanda suka usap-usap begini."

Haikal tertawa pelan. "Ya udah nih om usap-usap terus biar Ekal suka."

"Hehehee.. Makasih ooomm~. Om baik, Ekal sayang sama om."

"Om juga sayang sama Ekal." Haikal memeluk sebentar keponakannya yang gembul itu.

Haikal sebenarnya sayang pada semua keponakannya, termasuk si kembar, Airin dan Ochi. Tapi entah kenapa pada Haekal rasanya sedikit berbeda. Mungkin karena Haekal adalah keponakan satu-satunya yang memiliki kepribadian mirip seperti dirinya? Entahlah, Haikal juga tidak mengerti, tiba-tiba setiap ia berada dekat dengan Haekal, Haikal rasanya ingin terus bersama anak itu.

"Om, kata ayahanda rumah om jauh. Emangnya rumah om dimana?" Tanya Haekal tiba-tiba.

Haikal menghembuskan nafas pelan. Tanpa menghentikan usapan di kepala Haekal, ia menjawab, "Iya, rumah om jauh. Ayahanda Haekal aja nggak pernah ke sana."

Haekal tercengang. "Jauh banget ya om?"

"Iya. Kenapa? Ekal Mau ikut?"

"Tapi ayahanda nggak ijinin Ekal ikut sama om. Katanya takut Ekal mabuk perjalanan."

Haikal terkekeh mendengar celotehan polos anak itu. "Kalo sekarang Ekal Mau ikut nggak? Sekarang kita cuma berdua kan? Ayahanda gak akan tau."

"Nggak pa-pa emangnya? Kalo ayahanda marah gimana? Nanti om Ikal dimarahin ayahanda."

"Ayahanda nggak bakal marah. Percaya deh sama om."

Haekal berpikir sejenak. Menimang-nimang ajakan omnya yang begitu menggiurkan. Apalagi sudah sejak lama Haekal ingin tahu dimana rumah omnya yang satu ini. Sekarang, omnya kembali mengajak Haekal pergi bersamanya. Tapi ia juga bingung karena takut ayahnya marah.

Yo Dream [2]  | NCT Dream✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang