Happy reading!
.
.
.🐯🦊🐶🐰🐬🐭
Siang ini hujan tiba-tiba turun cukup deras, membuat aktifitas orang-orang jadi sedikit terhambat. Reya contohnya. Ibu dua anak itu harap-harap cemas karena si sulung belum pulang sekolah. Ia bisa saja menjemput, tapi nggak mungkin bawa-bawa Airin yang sekarang sedang pilek. Kan kasiann..
Tapi untungnya, Nadia mengabari jika anak-anak akan di jemput Reyhan sepulang dari galeri. Reya jadi lega sekarang. Tinggal menunggu Haekal sampai, habis itu bisa kembali bersantai dengan kedua anaknya.
Tok
Tok
Tok
Reya menepuk-nepuk pelan punggung Airin yang sedang tidur agar tidak ikut terbangun. Terus ia keluar kamar untuk melihat siapa yang sudah mengetuk pintunya. Apa mungkin Reyhan? Tapi tumben sekali ngetuk pintu, biasanya langsung masuk-masuk aja.
"Assalamu'alaikum.."
Reya membuka pintu. "Wa'alaikumussalam.. Eh? Pak Hamid? Ada apa, pak?"
Cukup kaget karena ternyata yang mengetuk pintu bukan Reyhan. Melainkan pak Hamid, tetangganya.
"Maaf, mbak. Tapi itu, Haekal main di got." Adu pak Hamid.
"Hah?!" Reya kaget untuk yang kedua kalinya. Kali ini kagetnya yang bener-bener kaget.
"Tadi saya liat Haekal berenang di got. Pas saya ajak pulang dianya malah lari."
"Astagfirullahalaziiiimmm..." Reya memijit pangkal hidungnya. Pusing banget sama kelakuan anaknya yang satu itu. Adaaaa aja ulahnya.
"Ya udah, mbak, saya pulang dulu. Mau ngasih tahu itu aja."
"Iya, pak. Makasih."
Setelah pak Hamid pulang, nggak lama, sosok makhluk gemes tapi nyebelin itu muncul dengan tas sekolah di gusur tanpa beban.
"Samlikum." Katanya dengan tampang tanpa dosa.
"Waalaikumsalam." Sahut Reya. "Aa, astagfirullah! Kamu habis ngapaiinn??"
"Berenang ibunda. Seruuu!!!"
"Ya Allah Ya Gustiii!!! Aa, itu kan got. Kotor dong naakkk!!" Gemes banget Reya jadi pengen nyubit.
Haekal ngibasin tangannya. "Nggak pa-pa. Nanti langsung mandi aja biar bersih lagi."
Toloongg ini mah beneran tolong banget. Reya udah mulai kena mental sekarang. Ya bayangin aja! Seragam sekolah, tas, buku-buku, semuanya basah, kotor, bau lagi. Mana di rambut Haekal ada plastik nyangkut, lengkap sudah penggembelan ini.
"Kenapa gak bareng Njun sama Njul? Katanya om Rey jemput?"
Haekal menggerakkan bahunya. "Nggak mau! Om Rey galak."
"Terus Aa pulang sama siapa?"
"Sama mamanya Acha, sama Acha juga. Naik motor, pake jas hujan." Detailnya.
"Kalo bareng sama temennya kenapa gak langsung dianter ke sini?"
Haekal menggeleng. "Haekal tadi minta turun di depan rumah yang besar itu ibunda, rumah yang bagus, yang kata Ekal mirip istana berbi."
Reya ingat rumah itu. Letaknya persis di depan komplek. Rumah paling megah dan besar di komplek ini.
"Biar apa coba?" Tanya Reya.
"Biar keliatan keren. Nanti Acha bilang gini;" Wahhh rumah Ekal bagus ya. Seperti istana berbi", gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yo Dream [2] | NCT Dream✔
Teen FictionBOOK KEDUA - Yo Dream Hanya sepenggal kisah dari mereka yang ditinggalkan, yang harus tetap menjalani hidup sebagaimana mestinya. Senang, sedih, menangis dan tertawa mereka lalui bersama. Tetap berusaha menyempurnakan formasi walau pada kenyataannya...