Ghazea sedang duduk sendirian di kursi belakang pojok kelasnya. Dia melihat keadaan kelas—kosong. Tidak ada siapa pun orang yang ada di sini selain Ghazea. Seperti biasa teman-teman kelasnya sudah pergi begitu bel istirahat berbunyi.
Begitulah kehidupan Ghazea ketika menginjakkan kaki di kelas 9 ini. Dia lebih memilih berada di kelas seorang diri daripada keluar dan berkumpul dengan teman-teman lain.
Bukannya Ghazea tidak memiliki teman. Dia punya teman beda kelas dan Ghazea merasa nyaman dengan mereka. Tapi Ghazea hanya kurang sreg dengan teman sekelasnya. Apa ada yang sama?
Biasanya waktu istirahat begini, kegiatan Ghazea membaca novel di Wattpad, scroll Tik Tok, atau bermain Mobile Legends. Yah, baru kali ini Ghazea suka game online, dan itu hanya Mobile Legends. Dia baru saja mendownload dua bulan lalu dan ranknya pun masih grandmaster.
Ghazea memilih login dan bermain game Mobile Legends. Saat sedang asiknya bermain ada tiga perempuan masuk kelas. Mereka membawa beberapa jajanan dan duduk di depan barisan meja Ghazea.
Sempat Ghazea dengar teman-teman itu membahas tentang cowok. Yang satunya curhat masalah pacar, satunya lagi membahas crush-nya, dan terakhir ... perempuan itu membahas mantan. Sepertinya dia masih sayang mantannya. Apa kalian juga begitu? Masih sayang dengan mantan?
"Ghazea!"
Mendongakkan kepalanya, Ghazea menatap salah satu teman yang memanggilnya. "Kenapa, Geb?" tanya Ghazea.
"Sini lo. Jangan sendirian," ujar Gebi yang memanggilnya tadi.
Sebenernya Ghazea cukup dekat dengan Gebi, dan teman keduanya itu. Tapi, entah kenapa di hati Ghazea merasa tidak terlalu nyaman dengan mereka. Jujur, Ghazea belum bisa terbuka dengan mereka. Namun mereka baik kok pada Ghazea.
Ghazea tersenyum. Dia berdiri dan bergabung dengan ketiganya.
"Main emel, ya? Rank lo apa?" tanya Fika sembari melihat Ghazea yang tengah fokus main Mobile Legends.
"Rank grandmaster 5," jawab Ghazea.
"Cepet banget lo ke gm. Gue udah main masih stuk master aja tuh. Kalah mulu!" kesal Aya.
"La iyaa. Susah bangett," sebal Gebi cemberut.
"Lawannya pada jago-jago!" Fika ikut kesal.
Ghazea terkekeh. "Gue sering main rank. Jadi, ya cepet aja," jawab Ghazea jujur dan dibalas anggukan oleh mereka.
Beberapa menit kemudian bel pelajaran berbunyi. Ghazea kembali ke tempat duduknya dan menyimpan ponselnya di loker. Teman-temannya mulai masuk kelas dan duduk di kursinya masing-masing.
Guru pengajar datang. Hari ini ujian praktek mempresentasikan bahan dan cara pembuatan makanan olahan dari daging. Satu persatu temannya maju sesuai urutan absen.
Ghazea menatap salah satu temannya yang tengah mempresentasikan di depan kelas. Jujur, Ghazea adalah tipikal orang yang sangat tidak suka presentasi! Setiap ada presentasi, jantung Ghazea selalu berdetak kencang. Entahlah, dia merasa gugup jika ditatap oleh banyak orang.
Teringat dulu waktu Ghazea presentasi di depan kelas. Telapak tangannya selalu keringat dingin. Gugup menyelimuti dirinya. Berbicara saja kadang tidak sesuai teks.
"Ghazea maju."
Suara Ibu Guru menyadarkan Ghazea. Perempuan itu berdiri dan maju ke depan kelas. Dan benar saja! Tangannya mulai keringat dingin. Jantungnya mulai berdetak kencang. Menarik napasnya dalam-dalam, Ghazea menyakinkan dirinya jika dia bisa.
Biasanya jika presentasi begini, Ghazea menatap lurus ke tembok agar tidak merasa gugup. Jika dirasa sudah siap, Ghazea mulai mempresentasikan cara pembuatan nugget ayam yang bahan pengolahannya menggunakan daging ayam.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Mine
Teen FictionCerita diambil dari kisah nyata. Ghazea kira tidak akan ada cowok yang suka padanya dan tidak akan ada cowok yang mau dengannya. Karena menurut Ghazea dia hanya perempuan biasa. Sedangkan di luaran sana banyak cowok yang lebih suka pada perempuan ya...