06. Sosok Baik

43 7 83
                                    

Hari kemarin adalah hari terakhirnya Ghazea masuk sekolah. Kini kelas 9 menikmati masa libur dan hanya adik kelas saja yang masuk sekolah. Rapot kelas 9 sudah dibagikan. Ghazea tinggal menunggu pendaftaran penerimaan peserta didik baru di jenjang berikutnya.

Seperti biasa, pagi-pagi Ghazea sudah sibuk berkutat di dapurnya. Perempuan itu mencuci piring dan memasak. Dibantu dengan Mama Ghazea yang hendak memasak sop dan bakwan. Sedangkan kakak perempuannya itu sudah berbelanja bahan masakan dan memasak nasi.

Begitulah Mama Ghazea yang mengatur anak-anaknya. Dia bersikap adil pada tugas yang mereka kerjakan. Sedangkan adik laki-lakinya itu, dia masih kecil dan sibuk bermain ponsel. Namun, kadang-kadang dia juga disuruh untuk membeli barang-barang lain di toko terdekat.

"Habis ini mau ke sekolah mana? SMA apa SMK?" tanya Sinta-Mama Ghazea. Dia tengah sibuk memotong sayur-sayuran.

Ghazea menghentikan aksi mengupas bawang. Menoleh sebentar ke Sinta. "Masih bingung, Ma. Tapi kayaknya milih SMA."

"Nilaimu cuman segitu apa bisa masuk SMA?" tanya Sinta dengan nada kesal. "Kalau SMA favorit kamu susah masuknya. Kalau SMA biasa kamu mungkin aja bisa."

"Iya, emang aku niatnya di SMA biasa aja."

Sinta mendengus kesal. "Lain kali ditingkatkan belajarnya. Kamu itu males banget belajar! Sampai tugas sekolah aja numpuk. Tuh, liat temen-temen tetanggamu. Nilainya bagus-bagus. Lah, kamu malah nilai kelulusan cuman 83," omel Sinta pada Ghazea. Pasalnya anak tengahnya itu nilai kelulusan lebih jelek daripada milik kakak ataupun adik. Kedua anaknya itu lumayan pintar, berbeda dengan Ghazea yang bermalas-malasan.

"Iyaa." Ghazea menghela napasnya pasrah. Dia memang merasa demikian. Dia paling bodoh, berbeda dengan kakak dan adiknya.

"Padahal waktu SD udah les sana-sini. Tetep aja tuh naik ke SMP nilai cuman segitu doang. Sekarang, SMP naik ke SMA/SMK tetep aja nilai segitu. Pemikirannya itu lo diubah. Rajin-rajin belajarnya. Hapeeee mulu!"

Ghazea hanya diam sambil mendengarkan omongan Mamanya. Dia juga tidak ingin terlahir bodoh seperti ini. Ghazea ingin seperti teman-teman lainnya, yang memiliki otak pintar. Padahal Ghazea sudah belajar, tapi tetap saja ujian nilainya jelek dan tidak ada peningkatan.

Tapi Ghazea sadar. Dulu dia tidak terlalu bersungguh-sungguh dalam belajar. Niatnya juga hanya setengah-setengah, sehingga nilai Ghazea tidak memuaskan. Sedangkan ada kalimat Man Jadda Wajada berarti barang siapa yang bersungguh-sungguh, dia pasti akan berhasil.

"SMK aja. Lulus langsung kerja," ujar Nia-Kakak perempuan Ghazea. Dia hanya lewat dan masuk ke kamar mandi karena kebetulan dekat dengan dapur.

Kakaknya itu sudah lulus SMK dengan mengambil jurusan multimedia. Pernah menyarankan jurusan multimedia pada Ghazea, tapi Ghazea tidak terlalu tertarik.

"Pengennya gitu. Lulus langsung kerja, cari penghasilan. Cuman aku pikir-pikir dulu," jawab Ghazea dengan tangan yang masih sibuk mengupas bawang.

*****

Ghazea bermain Mobile Legends. Dia mencoba hero Aamon. Assasin yang direkomendasikan oleh Bagas. Beberapa match Ghazea terus menggunakan Aamon. Hingga dia sedikit mulai tahu bagaimana cara main heronya.

Ghazea membuat konten permainannya tadi menggunakan Aamon. Dia upload di status WhatsApp-nya. Tidak lama kemudian ada pesan muncul, di mana Bagas mengomentari statusnya.

Bagas
Udah bisa pakai Aamon?

Ghazea
Belum. Itu cuman nyoba-nyoba beberapa match

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang