21. Telepon

24 3 0
                                    

Hari Sabtu adalah hari Ghazea libur sekolah. Seperti biasa, Ghazea hanya berdiam diri di rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah. Suasana rumah terlihat sepi. Kedua orang tua dan Kakaknya sedang bekerja, sedangkan adik Ghazea ikut bersama orang tuanya.

“Mau ngapain lagi, ya?” gumam Ghazea sambil mengelus-elus Piko yang tengah tertidur pulas. Tatapannya termenung menatap kucing orennya itu.

“Ahh, bosen banget!” seru Ghazea kesal. Yang semulanya dia duduk, kini dia rebahan di karpet ruang tamu.

Ghazea ingin sewaktu-waktu dia pergi bermain bersama teman-temannya. Menikmati udara segar sambil menjernihkan pikiran. Tapi, ada saja kendalanya. Entah itu uang, atau teman yang Ghazea ajak selalu sibuk.

Bisa saja Ghazea pergi bermain sendiri. Tapi Ghazea kan tidak bisa naik motor! Gimana mau pergi main sendiri?

Bunyi panggilan telepon tiba-tiba terdengar. Ghazea menggapai ponsel yang tadi dia letakkan sembarang arah di karpet.

Ah, mungkin yang nelpon juga ibunya.

Setelah ponsel tergapai, dia arahkan layar ponsel ke mukanya. Matanya menyipit, menatap layar ponsel yang terkena pantulan cahaya lampu. Sangat menganggu. Menggeser ponsel sedikit, kini Ghazea dapat melihat dengan jelas nama yang menelponnya.

Seketika itu juga, mata Ghazea membola sempurna. Spontan duduk dan memelototi nama si penelepon.

Bagas?

Bagas meneleponnya?

Demi apa?

Sudah gila!

Ini bukan karena Ghazea alay! Karena ini baru pertama kalinya ada seorang cowok yang telepon dengannya! Dan cowok itu juga kekasihnya!

Eh, kekasih? Bukankah Ghazea belum resmi berpacaran?

Dengan tangan sedikit gemetar, Ghazea mengangkat telepon. Sungguh! Ghazea deg-degan.

Apa yang harus gue lakuin?

“Halo?”

Terdengarlah suara cowok dari seberang sana. Suara berat dan khas membuat Ghazea memegang dadanya, jantungnya terus berdetak tak karuan.

“Eh, iya ... halo?” tanya Ghazea gugup. Sungguh! Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

Perempuan itu memutuskan untuk mengigit ibu jarinya, merendam rasa gugup yang menghinggapi dirinya.

Terdengar di telepon, cowok tersebut terkekeh kecil.

“Akhirnya aku bisa denger suara gemoy.”

Mendengar itu, Ghazea tersenyum malu.

“Hehehe, iyaa,” jawab Ghazea sekenanya. “Em ... kenapa telepon?” tanyanya basa-basi.

Baru pertama kali ini Bagas meneleponnya, apakah Bagas ingin menanyakan sesuatu?

“Ya gapapa, aku cuman mau denger suara gemoyku.”

Ghazea lagi-lagi tersenyum.

“Nggak sibuk kan?”

Cowok itu kembali bertanya. Tentu saja jawaban Ghazea tidak! Ghazea malah suka jika cowok itu meneleponnya! Meskipun memang tidak aman untuk jantungnya.

“Enggak kok.”

“Lagi apa?”

“Lagi mainan sama kucing tadi,” jawab Ghazea sembari mengelus Piko di sebelahnya.

Cowok itu tertawa kecil, membuat hati Ghazea merasa nyaman mendengar tawa itu.

“Oh, punya kucing?”

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang