17. PIECES OF PUZZLES

743 65 0
                                    


~BEAM POV~

Hidup ku mulai mengalami malapetaka total, setelah perilaku ku yang sembrono. Akuu merasa seperti buronan yang bersembunyi dari penculik yang kapan saja, dapat keluar dari mana saja. Mataku selalu berputar-putar, memperhatikan setiap tanda pria jangkung, besar, dan menarik itu. Terkadang, Kit tidak bisa lagi mentolelir perilaku aneh ku, dan akan memukul dengan keras di belakang kepala ku. Aku hanya akan mengucapkan terima kasih karena itu sangat membantu ku kembali ke diri ku yang normal. Dia tetap memanggapku aneh, tapi aku tidak akan memberikan penjelasan.

Bagaimana aku bisa memberinya penjelasan, jika aku sendiri tidak bisa memahami perilaku ku sendiri? Aku hanya tahu, Aku tidak ingin melihat wajah Forth. Aku bahkan harus mematikan ponsel ku karena dia terus mengirim SMS dan menelepon, tapi aku mengabaikan semuanya. Aku juga berhenti datang ke ruang latihan, dan mengatakan kalau aku memiliki hal-hal penting yang harus dilakukan, karena aku tahu dia akan ada di sana. Aku pikir, aku telah mengembangkan radar Forth karena aku bisa merasakan kehadirannya yang bisa memberi tahu ku untuk segera pergi.

Kami praktis bermain petak umpet, dan aku tidak tahu kenapa aku melakukan ini?!

Apakah ini tentang ciumannya? Sial ?! Seolah ini pertama kalinya aku dicium, bahkan oleh seorang pria. Aku pernah mencium seorang pria sebelumnya tetapi itu tidak mengacaukan pikiranku ku seperti ini.

Aku mengatakan pada diriku sendiri untuk berpura-pura seperti itu tidak pernah terjadi, dan hanya bagian dari mimpi indah, namun itu menghantuiku seperti penembak jitu yang menembak tepat ke sasarannya. Aku tidak bisa berpura-pura tidak tahu karena aku tidak bisa menghadapi pria di balik kabut ini ...

Kit tiba-tiba memukul kepalaku. Brengsek. Lama kelamaan, memukul kepalaku menjadi kebiasaannya!! Setelah aku melewati labirin tempat ku berada saat ini, dia akan menerima dua kali lipat untuk ini. Aku bersumpah!!

"Kau melamun lagi," Katanya saat melihat kekesalan di wajahku dan menahan kegembiraannya.

"Aku tidak sedang melamun. Aku berdoa ... Aku berdoa semoga Kau masih bisa menjaga wajahmu yang penuh ekspresi itu saat aku membalasmu," Aku diam-diam merenung, meski aku ingin meremas lehernya.

"Masih pintar bicara meskipun keadaanmu menyedihkan, hah?" Aku memutar mataku dan aku mendengar dia meredam tawanya saat kami berada di dalam perpustakaan.

"Masa bodo."

Aku hanya memusatkan perhatian ku pada catatan yang kami ulas untuk kuis di kelas berikutnya setelah istirahat makan siang. Aku gagal dalam kuis ku beberapa hari terakhir ini jadi aku harus mendapatkan nilai yang lebih baik dari yang lainnya, atau aku harus mengucapkan selamat tinggal kepada fakultas Kedokteran.

Meski aku selalu mengeluh tentang tugas kuliah, aku tidak punya niat untuk mundur. Yang benar saja? Setelah semua hal yang telah aku lalui?

Aku akan menjadi seorang dokter, oke!!

Jadi, aku harus membuang pikiran-pikiran sialan yang mengganggu ku, dan berkonsentrasi dengan istilah-istilah medis itu.

"Oi, Beam," Suara kit untuk menarik perhatianku lagi. Tapi kali ini, dia sepertinya tidak menggodaku.

"Apa?" Tanyaku.

"Maukah Kau ikut denganku?" Aku mencibir dengan pertanyaannya. "Aku akan pergi ke toko alat tulis setelah kelas kita. Aku kehilangan salah satu penghapusku. Aku harus mendapatkan yang baru. Kau satu-satunya yang hanya bisa ikut denganku, karena ada seseorang yang sibuk dengan pacarnya.."

Aku menoleh ke orang yang duduk di sampingku, yang sibuk dengan teleponnya. Pha bahkan tidak memperhatikan kehadiran kami. Dia sudah seperti ini sejak hari dia memegang hati nong kesayangannya.

ENGINEERING MOON & THE CRAZY DOCTOR - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang