(Forth POV)
Ketika Beam bergegas ke mobil, aku mencoba menghentikannya. Tapi dia buru-buru pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepadaku atau teman-temannya yang tiba-tiba keluar dari kamar mereka setelah mendengar keributan kami. Mereka bertanya padaku apa yang sedang terjadi. Aku tidak dapat menjawabnya karena aku memiliki pertanyaan yang sama.
Aku tidak tahu apa yang terjadi ... Hal terakhir yang ku ketahui adalah, dia membaca sesuatu di pagernya...
"Pasti darurat di rumah sakit," Pha menebak.
"Tapi itu bukan tugasnya, kan, Phi?" Mingkwan bertanya dengan sangat bingung juga.
"Secara teknis, ya. Namun, kami harus selalu siap sedia jika dibutuhkan, terutama jika terkait dengan pasien yang kami tugaskan. Itulah sebabnya kami memiliki pager kami setiap saat," Kit menjelaskan.
Aku merasa seperti air dingin dituangkan ke padaku. Pagernya berbunyi bip saat kami berada di tepi pantai, dan aku memilih untuk mengabaikannya. Paling buruk, aku mematikannya. Rupanya, dia telah menerima pesan penting agar dia segera pergi. Kata Pha, aku tidak perlu terlalu khawatir karena wajar saja dengan profesi yang mereka miliki. Meskipun demikian, mata mereka mengkhianati mereka. Mereka sangat khawatir seperti aku, dan aku merasa, ada sesuatu yang sangat salah ...
... dan itu salahku.
Aku meminta untuk meminjam mobil Mingkwan untuk mengejar Beam. Aku harus memastikan bahwa dia baik-baik saja. Dia menawarkan untuk mengemudi, tapi bukankah dia mengatur liburan ini untuk bersama Kit? Sama halnya dengan Pha. Jadi, aku memberi tahu mereka bahwa aku dapat mengurusnya sendiri, dan akan kembali untuk menjemput mereka besok pagi. Mereka hanya harus menikmati waktu mereka tanpa kita, meskipun aku tahu itu tidak mungkin setelah ini...
Untungnya sudah tengah malam, hanya ada sedikit kendaraan di jalan. Tidak perlu khawatir dengan kemacetan lalu lintas, dan polisi patroli jalan raya. Aku dapat menembus batas kecepatan kota untuk segera ke rumah sakit.
Begitu aku tiba, aku berlari ke pintu masuk. Aku tidak tahu siapa atau keadaan darurat apa yang membuatnya tampak panik. Aku juga tidak tahu di mana dia mungkin berada di rumah sakit besar ini, tapi aku membiarkan kakiku memimpin seolah-olah tahu ke mana harus pergi...
Sampai aku menemukan orang yang ku cari.
Aku segera berhenti ketika aku melihat keadaannya saat... Punggungnya bersandar di dinding sementara kepalanya tertunduk. Bahunya gemetar, mungkin, mencoba menahan emosi yang mendidih di dalam.
Aku mengambil langkah ke arahnya, untuk menghiburnya, tapi terhenti sekali lagi ketika air mata menetes dari matanya...
Aku terbiasa dengan senyumannya yang dapat membawa kedamaian pada kekacauan batin dan menerangi bahkan bagian dunia yang paling gelap sekalipun.
Aku terbiasa dengan kemuramannya. Dia suka marah dan kasar; terkadang, dia cenderung tidak dapat diprediksi. Tapi, aku bisa mengatasi suasana hati itu.
Aku terbiasa dengan kenakalannya yang tidak berbahaya. Gurauannya, dan hal-hal nakal lainnya. Itu membawa tawa dan kesenangan di rumah kami, dan bahkan ke mana pun dia pergi. Itu hanya menunjukkan bahwa dia benar-benar sesuai dengan namanya.
Tapi...
Aku tidak terbiasa dengan air mata, mengalir dari matanya ... Sinar yang aku lihat sekarang menghilang dan hancur total.
Selama beberapa tahun terakhir sejak aku mengenalnya, aku telah terbiasa dengan gagasan bahwa orang seperti dia tidak akan pernah meneteskan air mata. Dia selalu kuat dan tersenyum meskipun ada beberapa kesulitan, aku hampir lupa betapa lembutnya dia sebenarnya di balik fasad itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENGINEERING MOON & THE CRAZY DOCTOR - END
Romance"Aku jatuh cinta pada seseorang yang memiliki senyum paling bersinar." ~ Forth Ini adalah terjemahan dari fanfiction karya ChervaChenesEklat dengan judul yang sama. Original karakter diambil dari novel berjudul 2 Moons karya Chiffon Cake.