32. MORNING RITUAL

689 47 0
                                    


"Beam ... Beam... Beam..."

Aku mengabaikan suara yang tenang dan tepukan lembut di pundakku. Aku berbalik ke sisi lain, dan menarik selimut ke daguku saat aku melanjutkan tidurku.

Aku mendengar tawa kecil.

"Beam ... Beammy, love ... Kamu harus bangun. Sekarang sudah jam 5 pagi ... Beammy...?"

Tiba-tiba, aku merasakan udara hangat di bagian sensitif telinga ku yang membuat aku terbangun. Aku bangun dengan tegak dan memegang telingaku. Ini sangat rentan terhadap apa pun. Kemudian, tawa kecil beberapa saat yang lalu berubah menjadi tawa keras dari orang yang bertanggung jawab atas gairahku.

"Selamat pagi, sayang," sapa Forth, memberikan ciuman singkat di pipi.

Aku melihatnya, tidak terkesan dan jengkel. Aku masih ingin tidur !!!

"Love, my ass!" Aku cemberut, lalu berbaring kembali ke tempat tidur dengan selimut menutupi wajahku.

Tapi, pria menjengkelkan ini tidak akan membiarkanku kembali tidur saat dia melepaskan selimutku. Aku hampir meninju wajah bodohnya jika saja dia tidak menangkap tinjuku, dan memegangnya dengan kuat.

"Kamu harus bangun jika tidak ingin terlambat dengan tugas hari ini," katanya.

"Biarkan aku tidur sebentar lagi..." aku menggerutu seperti anak kecil

"Tidak. Bangunlah, tukang tidur."

"Sepuluh menit."

"Tidak..."

"Lima menit.

"Beam ... Tidak."

"Forth... Tolong ..." Aku memasang wajah paling imut yang ku bisa hanya agar dia mengizinkanku. Aku masih merasa mengantuk karena membaca beberapa jurnal medis yang akan membantu ku lebih memahami penyakit pasien ku tadi malam.

Sebenarnya, Forth selalu tidur lebih malam dariku karena pekerjaannya, tapi aku tidak tahu kenapa dia masih bisa bangun pagi.

Dia berhenti menarikku, jadi kurasa tindakan manisku (yang baru kupelajari setelah tinggal bersamanya jika aku ingin mendapatkan apa yang kuinginkan) entah bagaimana efektif.

"Biarkan aku tidur selama 5 menit lagi, Forth... Sayang "kataku, mendorong keberuntunganku lagi. Aku biasanya tidak menggunakan kasih sayang karena menurut ku itu klise, kecuali ketika aku dalam keadaan putus asa seperti sekarang.

Mataku setengah terbuka, setengah tertutup karena aku berada di tengah alam mimpi dan kenyataan. Oleh karena itu, aku belum merasakan bahwa apa yang ku lakukan memiliki efek yang berbeda padanya. Aku baru menyadarinya saat dia mencondongkan tubuh ke depan untuk mengklaim bibirku.

Dia menciumku dengan tergesa-gesa untuk sesaat, tapi itu cukup untuk membangkitkan semua indraku.

"Kamu akan terlambat jika kamu tidak bangun sekarang..." dia bergumam saat melepas ciumannya. Aku akan menggerutu karena tiba-tiba ada celah di bibir kami saat dia menambahkan, "ayo mandi."

Aku segera bangun, lebih dari bersedia untuk memenuhinya.

Itu salah satu tipikal awal hari kami saat kami memutuskan untuk hidup bersama. Selama tahun terakhir kami di universitas, ketika semua hal menyebalkan memenuhi hidup kami, kami hampir tidak punya waktu untuk satu sama lain. Dia sibuk dengan pelatihan sambil bekerja di salah satu perusahaan manufaktur terbaik di negara ini, sementara aku dan teman-teman ku sudah magang di rumah sakit, melakukan kepaniteraan klinis.

Aku bahkan ingat seminggu telah berlalu tanpa bertemu satu sama lain, hanya mengobrol dan menelepon. Namun itu tidak cukup, karena aku mendambakan kehadirannya. (Jangan katakan padanya! Aku tidak pernah mengakuinya karena dia hanya akan menggodaku dengan lebih menjengkelkan).

ENGINEERING MOON & THE CRAZY DOCTOR - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang