Bab 11|

19 5 0
                                    

WARNING!! ⚠️⚠️⚠️
Setelah membaca, silahkan Vote cerita ini. Sebagai bentuk Apresiasi dan dukungan kepada Author. Terimakasih

-----------------------------------------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----------------------------------------------------------------

"Lo gak akan guna di sana Zia! Lo jangan usik Devin lagi! Apa gak cukup Lo buat dia menderita?!"

"Tapi... Apa gak ada cara lain?"

Tak terasa, air mataku berlinang membasahi pipi. Aku tak kuasa menahannya lagi. Ini bukan kesalahan Devin. Dan tak seharusnya aku menghubungi dia saat itu.
-----------------------------------------------------------------

Aku berlari menelusuri lorong sekolah. Berharap, aku tak akan terlambat. Sesampainya di sana, aku langsung memasuki ruangan di mana tempat Devin di sidang. Aku menghentikan proses sidang ini.
"Pak! Tolong hentikan sidang ini. Ini hanya kesalahpahaman!"

Guru kesiswaan yang memimpin sidang ini langsung menatap heran ke arah ku.
"Apakah sopan masuk ke ruangan tanpa ketuk pintu dan permisi?"

Ah! Aku lupa untuk melakukan nya. Aku sangat panik, sehingga melupakan norma itu.

"Maaf pak, saya hanya takut sidang ini segera usai" sanggah ku.

"Kalau begitu, apa yang dimaksud oleh mu dengan kesalahpahaman?"

Aku pun menceritakan segalanya secara runtut.
"Jadi pak, ini semua bukan murni kesalahan Devin. Dia hanya ingin menolong saya"

"Saya tahu, tapi apakah baik jika kabur begitu saja? Lalu mengendarai fasilitas sekolah tanpa izin?"

"Maaf pak. Tapi apakah bapak sudah bertanya pada pak Ahmad? Devin tidak kabur, dia hanya mengundurkan diri. Sebelumnya, Devin telah memberitahu pak Ahmad. Namun, pak Ahmad tidak mengizinkan dan malah mengecam Devin. Apakah itu pantas dilakukan seorang guru? Lalu, berkendara dengan fasilitas sekolah tanpa izin? Itu juga salah pak. Karena fakta nya, kunci mobil sudah tertancap di stop kontak mobil. Dan ini sudah berarti pak Ahmad juga salah. Dia lalai dan tidak bertanggung jawab terhadap fasilitas sekolah. Karena kalau sampai mobil itu dicuri bagaimana? jika kunci masih di sana?"

Se isi ruangan mendadak menjadi ricuh. Dan guru yang menjadi lawan bicara ku terdiam terpaku. Iya, memang ini sedikit tak masuk akal. Tapi, inilah fakta nya. Suatu kebetulan, dan ku harap kebetulan ini akan meringankan hukuman Devin.

"OMONG KOSONG! Itu tidak pernah terjadi!" Sanggah pak Ahmad.

"Saya berbicara tentang fakta. Ada saksi juga. Lagi pun, kalian tak pernah memberikan Devin kesempatan untuk berbicara kan? Kalian hanya menyudutkan dia dan terus menyalahkan nya. Dan kalian semua hanya akan termakan ucapan guru itu" ucap ku yang menunjuk ke arah pak Ahmad.

"Ku rasa dia benar. Dari tadi kan pak Ahmad terus berbicara tak ada hentinya!"

Bisik salah satu dari mereka.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang