Bab 18

31 2 0
                                    

WARNING!!⚠️⚠️⚠️

Setelah membaca, silahkan Vote cerita ini. Sebagai bentuk Apresiasi dan dukungan kepada Author. Terimakasih

Saat aku melihat hasil foto ini di galeri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat aku melihat hasil foto ini di galeri. Tiba-tiba saja ada notifikasi muncul di atas layar. Aku langsung membuka nya. Ternyata itu pesan dari Sisi.
---------------------------------------------------------------

"Hah?!""A-apa maksudnya sih? Kok bisa gini?" Aku benar-benar terkejut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hah?!"
"A-apa maksudnya sih? Kok bisa gini?" Aku benar-benar terkejut. Marah, kesal, sedih, bersalah semua nya seperti tercampur aduk. Bagaimana aku harus memastikan ini? Kenapa Devin menyembunyikan hal sepenting ini dari ku?

Dengan penuh keberanian, aku akhirnya memanggil Devin yang sedang bermain. Devin pun ke luar dari arena, dan menghampiri ku. Sebenarnya aku sedikit terpesona oleh nya, karena dia mengibaskan rambutnya yang basah. Apa lagi tubuhnya yang dipenuhi keringat. Hush! Gak boleh. Gue kan mau bicara serius!.

"Kenapa?" Tanya Devin. "Lo jujur sama gue, sebenarnya alasan Lo ke sini itu apa?" Ucap ku dengan sedikit intonasi penegasan.
Devin tertawa kecil, "ya mau nyusul Lo". Aku menatap sinis ke arah nya, "Jujur aja Dev. Ada apa?".

Devin terdiam sejenak, "Lo udah tau ya?". Aku mengangguk, "eum! Gue udah tau. Kenapa Lo gak jujur sama gue Dev?". Devin menghela nafas kasar. Dia langsung duduk di kursinya, "gue gak mau Lo sedih Zi". Kini, giliran aku yang terdiam.
"Tapi gue gak suka kalau Lo bohongin gue Dev. Kenapa gak jujur aja sih? Kalau seperti ini hanya buat gue merasa bersalah tau gak?!". Tak terasa mata ku mulai berkaca-kaca.

"Sorry zi. Tapi gue gak niat buat Lo sedih" ucap Devin yang menatap ku. "Kenapa bisa Lo diginiin sama mereka Dev? Kenapa mereka jahat banget sama Lo?"ucap ku yang malah berderai air mata. Devin terkejut ketika melihat ku, dia langsung mendekap ku ke pelukan nya,"Gue juga gak tau kenapa zi". 

"Tapi kan satu bulan itu bukan waktu yang singkat. Apa lagi kita akan ada ujian tengah semester bulan ini". "Udah ya? Biar itu jadi urusan gue, eum?"

"Gak bisa! Gue gak terima Lo diginiin sama mereka Dev. Mereka juga orangtua, masa gak ngerti sih!".

"Yah karena mereka orang tua. Maka nya melakukan ini. Mereka ingin meningkatkan peringkat anak-anak mereka"

Aku berfikir sejenak. Dan jika di logika memang benar. Devin kan si juara satu umum. Jika dia di banned mengikuti ulangan tengah semester. Secara tidak langsung, peringkat yang lainnya akan naik. Termasuk peringkat ku juga. Senang sih, tapi bukan ini yang ku inginkan.

Devin mengelap air mata ku, "paham kan sekarang?".

"Tapi alasan Lo ke sini apa?" Tanya ku kembali. "Sebenarnya bokap gue di sini Zi. Dan gue suruh datang ke sini buat konsultasi sama pengacara nya bokap gue"

"Bentar, jangan bilang bokap Lo punya firma hukum di sini?"

Sambil tersenyum Devin menjawabku, "ya. Dia punya. Dan itu adalah tempat di mana kak Tara bekerja"

What?? Apa sih ini? Kok bisa??. Aku benar-benar seperti orang linglung. Dan Devin malah tertawa menatap ku. "Kenapa? Kaget?"

Aku memukul bisep nya Devin, "ya iyalah. Terus kak Tara sudah tahu?". Devin menggeleng kan kepala nya, "belum".

"Cih, gue kira udah tahu" ucap ku yang tertawa kecil. Devin lagi-lagi tersenyum padaku, "nah, gitu kan lebih cantik".

Aku salah tingkah ketika Devin mengatakan itu. "Lo cantik Zi. Gue suka sama Lo"

Deg . . .

"M-maksud nya?" Ucap ku yang gugup dan belum bisa mencerna perkataan Devin barusan.

"Lo mau gak jadian sama gue?Lo jadi cewek gue? Dan gue jadi cowok lo?"

Apa-apaan ini? Mana mungkin? Laki-laki yang dahulu paling suka nge bully gue tiba-tiba jadi cowok gue? Tapi, gue juga punya perasaan dengan kak Arlan. Dan gue juga suka Devin. Gue harus gimana dong?

"Lo bercanda kan?" Tanya ku.

"Zi, tatap mata gue. Apa gue terlihat seperti bercanda?". Aku terdiam seribu bahasa. Aku harus menjawab apa?

"Lo tahu alasan gue suka ganggu Lo? Karena gue mau Lo memperhatikan gue zi. Gue gak mau kita hilang kontak gitu aja. Apa lagi dengan desas-desus yang pernah gue dengar dari teman Lo"

Aku terdiam. Ternyata, selama ini dia sudah menyukai ku. Namun, cara nya aja yang salah. Sampai ku kira, dia benar-benar membenci ku.
Tapi, aku harus bagaimana? Apakah aku harus melepaskan kak Arlan? Bagaimanapun dia cinta pertama ku. Tapi, aku juga belum tahu bagaimana perasaan kak Arlan pada ku.

"Eumm, gue gak tahu harus jawab gimana Dev. Gue bingung"

"Kenapa? Lo suka sama orang lain?"

"Bukan gitu"

"Terus?"

Aku pun menghela nafas panjang. "Dev, gue mau kok jadi cewek Lo. Dan gue juga mau Lo jadi cowok gue"

Devin tersenyum lebar, dan dia langsung memelukku lagi. "Thanks Zi. Thank you so much!"

Devin langsung berlari ke arah laki-laki yang bermain dengannya tadi. "Guys! She's my girlfriend. We do it just now!" 

Dengan muka yang sumringah, mereka semua tertawa dan memberikan selamat pada Devin, "Congrast bro. Your lucky! She's look beautiful" ucap mereka yang menatap ku.

Dan salah satu dari mereka berjalan ke arah ku. "This for you, congrast!" Ucap nya yang memberiku sebuah coklat. Aku menerima itu, "Thanks".

Aku kagum pada Devin, dia cepat sekali berbaur dan beradaptasi. Dia pengertian, dan baik. Ternyata selama ini, aku hanya salah menilai nya. Terimakasih Devin, kau telah membuat ku jatuh hati pada mu.

Waktu terus berjalan. Tak terasa hari mulai menjelang sore. Kami bercerita tentang semua nya. Kami juga berbincang tentang awal pertemuan kami. Ah, senang sekali rasanya. Beginilah rasa ketika kita bertukar cerita dengan seseorang yang kita cintai. Yah walaupun aku sedikit bingung dengan situasi ini. Tapi, aku akan berusaha untuk membiasakan itu.
-----------------------------------------------------------------

Jangan lupa Vote yaa (⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠)
👇

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang