Bab 33|

28 4 0
                                    

Malam telah berlalu, dan anak-anak pun kembali ke Jakarta ketika sang mentari separuh telah bersinar.

Aku membuka ponsel ku, dan ternyata aku mendapatkan beberapa notifikasi. Setelah ku buka, ternyata itu adalah postingan milik Devin.

Postingan itu, membuat ku menjadi salah tingkah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Postingan itu, membuat ku menjadi salah tingkah. Aku tak kuasa menahan senyuman yang terpampang jelas di wajah ku.

Ngingg...

Shh..

Tiba-tiba saja, kepala ku terasa pening dan pandangan ku menjadi kabur. Aku tak mengerti, mengapa akhir-akhir ini aku merasa seperti ini. Apakah darah rendah ku mulai kambuh lagi?

Aku mengambil obat tambah darah yang ada di kotak p3k. Setelah meminumnya, tak ada perubahan sedikitpun. Aku meminta pembantu ku untuk membuatkan obat herbal yang sering ia racikan.

Aku jalan-jalan di sekitar pekarangan rumah. Dengan maksud mencari udara segar. Mungkin saja, karena itu penyebabnya. Aku tak sendirian, aku ditemani oleh pembantu ku. Atau aku sering memanggilnya mbak inem.

"Non, apa gak lebih baik non Zia istirahat saja di dalam?"

"Enggak ah, aku bosan di dalam terus. Siapa tahu memang aku butuh udara segar. Iya gak?"

"Yasudah kalau non Zia mau seperti itu. Tapi, nanti kalau sudah gak kuat bilang sama mbak inem ya?"

"Iya mbak"

"Oh iya non, tadi mbak inem dapat titipan dari satpam. Katanya ada paket datang"

"Paket? Aku gak pesan paket. Udah mbak inem buka?"

"Gak berani atuh non mbak inem buka paketnya"

"Oh ya udah, nanti aku buka"

"Siap non"

"Mbak inem, ceritakan dong tentang aku waktu masih bayi gitu"

"Non Zia mau tahu?"

Aku mengangguk. Mbak Inem pun mengajakku ke sebuah rumah pohon yang ada di sana.

Mbak inem mengambil sebuah kotak cokelat yang cukup besar itu. Ia pun membuka nya.

"Ini peralatan non Zia waktu masih bayi. Sebenarnya, pak bos sudah suruh mbak inem buang. Tapi, mbak inem gak tega, karena kan di sini banyak sekali kenangan non Zia, terutama bersama nyonya"

Terlihat jelas isi kotak itu. Ada bedong, mainan ku waktu bayi dan baju-baju mungil yang sangat lucu. Di sana juga ada topi rajutan, yang di buat langsung oleh mama.

Mbak inem mengeluarkan isi kotak itu satu persatu, seraya menceritakan setiap kisah dari benda-benda itu.

Tak terasa, air mata ku menetes begitu saja. Ternyata, mama se sayang itu pada ku. Ia selalu memberikan yang terbaik untukku.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang