Bab 17|

34 4 0
                                    

WARNING!!⚠️⚠️⚠️

Setelah membaca, silahkan Vote cerita ini. Sebagai bentuk Apresiasi dan dukungan kepada Author. Terimakasih

----------------------------------------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----------------------------------------------------------------

Dipertengahan tidur, aku terbangun. Aku merasa ingin ke kamar mandi. Aku pun segera keluar dari tenda dan pergi ke kamar mandi terdekat. Saat kembali ke tenda, aku baru tersadar dengan keberadaan kak Tara dan Devin yang sedang di luar. Aku langsung menghampiri mereka.

"Kalian lagi ngapain? Kok belum tidur?" tanya ku yang ikut duduk di samping kak Tara.
"Eum, kita belum bisa tidur. Maka nya ngobrol-ngobrol bentar di sini" sanggah kak Tara.

Aku ragu dengan pernyataan kak Tara, sebab aku melihat cangkir kopi yang terletak di sana. Di mana, kopi sendiri memang untuk menahan kantuk. "Apa itu sebab kalian belum ngantuk?" ucap ku menunjuk ke arah cangkir kopi itu. Kak Tara terkekeh, "yah ketahuan deh. Sebenarnya kakak mau ngobrol aja sama Devin".

Aku terdiam, "bukankah dari tadi kalian sudah banyak mengobrol?". Untuk mematahkan rasa penasaran ku, Devin menengahi "Lo sendiri ngapain di sini zi?".

"Oh gue, tadi habis ke kamar mandi. Sekarang malah belum bisa tidur" jawab Zia. "Oh yaudah, gabung aja Sama kita? Ya gak kak?" ucap Devin yang berbasa-basi. Aku pun menyetujui nya, dan menetap di sana bersama mereka.

Aku menyecroll ponsel ku. Melihat story teman-teman. Dan jari ku terhenti, saat melihat story kak Arin. "Loh, kak? Papah nya kak Arin meninggal?" Tanya ku pada kak Tara. Kak Tara tercekat, "tahu dari mana kamu?". Aku pun menunjukkan ponsel ku. "Ucapin belasungkawa dong" pinta kak Tara. "Gak mau, bilang lah sendiri" sanggah ku. Devin langsung mengambil ponsel milik nya. "Benar zi, besok pagi baru ingin di makam kan" lanjut Devin.

"Kok Lo tau?" Tanya kak Tara yang sedikit kepo. "Devin itu tinggal di kostan milik kak Arin. So, pasti dia punya nomer nya lah" ucap ku. "Iya, ini di grup rame" sambung Devin.

Kak Tara langsung mengambil ponsel milik Devin. Dia mengetik Sesuatu. "Kak, parah banget sih. Itu kan ponselnya Devin!" Ketus ku. Sambil fokus pada ponsel kak Tara menjawabku, "bentar doang". Setelah ku lihat, ternyata kak Tara mengirimkan belasungkawa secara pribadi kepada kak Arin. Dasar Gamon!.

Nih, singkat nya pesan kak Tara.

Rin, ikut belasungkawa ya? Semoga bapak tenang di alam sana. Kamu yg sabar, jgn sedih. Aku tau kamu kuat menjalani ini. Kamu jg harus mengukatkan ibu dan adik-adik mu.

Aku sedikit tertawa membaca nya, "kak, kalau belum bisa move on itu bilang aja deh. Kan kalau gitu disangka nya Devin yang ngetik. Ntar kalau kak Arin baper gimana?". Kak Tara menatap ku dengan sinis, "ya gak lah! Devin itu bukan tipe nya dia".

"Oh, jadi kak Tara mantannya kak Arin ya?" Celetuk Devin. Aku tertawa terbahak-bahak, karena melihat komuk nya kak Tara yang sedikit malu-malu.

"Eum, jadi seseorang yang sering dibicarakan kak Arin itu kak Tara" sambung nya lagi. Kak Tara langsung tercekat, "bicara tentang apa?".

"Yah banyak, misalnya dia ngomong sesuatu gitu. Atau motivasi. Pasti diawali dengan, 'dulu ada seseorang yang mengatakan ini ke kakak' gitu " ucap Devin yang sedikit tertawa kecil.
"Kan Dev, dua-duanya itu belum pada bisa move on" celetuk ku.

Kak Tara mengerucutkan ujung bibirnya. "Kalian bisa nya keroyokan ya?". Kak Tara langsung bangkit. "Dah tidur sana, sudah malam!"

"Kakak ngusir aku?"

"Ya!" [Kak Tara langsung pergi ke dalam tenda]

"Yaudah masuk sana zi. Tidur jangan begadang!" ujar Devin. Aku pun langsung masuk ke dalam tenda ku. Dan berusaha memejamkan mata walaupun tidak bisa.

***

Keesokan hari nya, aku, kak Tara dan Devin mengantar papah ke bandara. Selepas papah pergi, kak Tara juga meninggalkan aku dan Devin berdua. Katanya ada urusan mendadak di kantor.

"Dev, Lo kesepian gak sih? Ketika Lo harus ditinggal demi kerjaan?" tanya ku pada Devin secara mendadak.

"Ya, begitulah. Dari kecil gue harus sendirian di rumah" ucap Devin. "Sendirian? Terus gak ada gitu yang jagain Lo?" sambung ku yang sedikit terkejut.

Devin terkekeh, "iya, dulu pernah dijaga sama ibu asuh gue. Cuma setelah gue kelas 5, gue gak mau lagi. Dan akhirnya dia hanya bersih-bersih aja di rumah. Lagi pun, saat itu gue udah banyak kegiatan ekstra. Jadi sedikit mengurangi"

Aku mengangguk, dan tersenyum. "Hebat Lo Dev. Yah jarang aja gitu ada manusia seperti Lo. Gue aja masih suka ngerengek kalau harus ditinggal papah"

"Setiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangan Zi. Dan itu gak bisa jadi tolak ukur kita"

"Iya deh, btw kita mau ke mana? Shopping? Atau jalan-jalan lagi?" ajakku. Devin bergumam, seraya memikirkan jawaban dari pertanyaan ku, "kalau ke strandbad wannsee ? Mau gak?".

"Tempat apa itu?" Tanyaku penasaran. "Itu pantai yang ada di kota Berlin"

"Ah itu! Mau dong! Mau banget!!". Tanpa berfikir panjang, kami langsung gaskeun menuju pantai itu. Dengan memesan taksi tentu nya.

Kami tak sempat mengganti pakaian. Hanya saja kami sempat membeli beberapa properti seperti topi dan kacamata.

Pantai ini lumayan bagus. Saat aku sampai di sana, sudah berhamburan orang-orang yang tergeletak di sana. Yah walaupun terik, tapi bukan masalah bagi mereka. Bahkan, ada juga yang bermain voli pantai. Wah seru banget.

Namun, tak jauh beda dari pantai di bali. Di sana juga banyak wanita yang berbikini. Sedikit ambigu jika aku memberi tahu kalian. Tapi ini faktanya.

Devin mengajakku berjalan menyusuri pantai. Sambil mencari tempat yang kosong juga untuk kita bersantai. Setelah berjalan beberapa meter, barulah kami menemukan tempat yang kosong.
Kami pun segera menyewa itu. Dan mulai memesan minuman.

Devin di ajak bermain voli oleh beberapa remaja laki-laki di sana. Aku pun mengiyakan nya. Aku melihat dia berbaur dengan yang lain. Devin tertawa bersama mereka. Dengan bersembunyi, aku memotret nya.

Saat aku melihat hasil foto ini di galeri. Tiba-tiba saja ada notifikasi muncul di atas layar. Aku langsung membuka nya. Ternyata itu pesan dari Sisi.

"Hah?!"
----------------------------------------------------------------

Jangan lupa Vote yaa (⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠)
👇

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang