Lolos kurasi

280 23 0
                                    

Setengah jam yang lalu, Kelana masuk ke kamar tamu yang kini jadi tempatku melukis sementara. Ia ngide membuatkanku susu. Katanya supaya aku cepat mengantuk. Padahal aku tahu alasannya, pasti karena ia merasa kesepian kalau tidur sendirian. Ya, begitulah, kadang Kelana bisa sebucin itu padaku. Namun di balik semua sikap manisnya padaku, ia adalah sosok yang kini masih misterius dimataku. Sosok yang seolah menyimpan banyak hal tanpa pernah kutahu. Masalalunya mungkin? 

Sejak aku tahu informasi dari Sadam beberapa hari lalu dan dikuatkan dengan perkataan Kara soal kebiasaan Kelana, aku masih menimbang banyak hal untuk mempertanyakan semua itu padanya. Sebenarnya aku hanya takut, takut jika setelah mengetahui semuanya, justru aku yang tidak bisa menahan diri. Di sisi yang lain, memendam semuanya begini juga membuatku merasa tertekan sendiri di waktu-waktu tertentu. Saat Kelana tidur pulas misalnya, insting detektifku meronta ingin meraih ponselnya dan mengetahui isi galerinya. Namun, segera kuurungkan, sebab, aku ingin tahu sejauh mana Kelana percaya padaku dan terbuka. Aku mau tahu, sampai kapan Kelana menyembunyikan semuanya.

"Kok bengong sih? Aku ganggu?" tanyanya yang langsung menyadarkanku ke dunia nyata, ternyata tangannya sudah meraih tanganku yang belepotan karena cat akrilik.

Lantas dengan spontan aku menarik tanganku sendiri. "Jangan mas kotor." protesku. "Lagian siapa sih yang bengong, aku lagi cari inspirasi." kilahku.

"Oke, lanjutkan." katanya dengan nada rendahnya yang maskulin dan paling kusuka. Ia berdiri dari kursi dan langsung membuatku bertanya.

"Eh, mau kemana mas?"

Alisnya terangkat. "Balik ke kamar, takut ganggu kamu."

"Enggak kok." 

Lalu Kelana hanya tersenyum dan duduk kembali di sampingku. Tangannya tiba-tiba mencubit pipi kiriku. "Yaudah aku temenin."

Responku hanya manyun karena cubitannya yang agak keras seperti gemas denganku.

Akhirnya aku minta saja Kelana membantuku memencetkan cat akrilik yang sudah peot. Hal yang baru untuk Kelana, tapi ia mengaku senang-senang saja. Di sela-sela aku mencoretkan warna ke kanvas, kami mengobrol hal-hal random dan tertawa. Aku bercerita tentang mbak Yani dan mas Nugra yang seperti kucing dan tikus di basecamp, padahal aslinya sama-sama suka. Contohnya tadi siang, mereka tiba-tiba datang bareng ke basecamp Wecare dengan outfit yang senada. Astaga itu imut sekali. Terus aku juga menceritakan kisah cinta Rendy dan Tiara yang tidak kunjung bermuara. Kelana menyimak semua ceritaku. Harapanku, ia juga terpancing untuk cerita sesuatu padaku, soal studio di halaman belakang? Atau perjalanannya membangun rumah ini bersama Sasti? Sayangnya tidak.

Ah, ujung-ujungnya aku terpikir soal masalah itu lagi.

Tepat di jam setengah sebelas malam, ponselku begetar. Nama Rendy menari-nari di sana. Nah, baru diomongin, orangnya sudah langsung menelepon. Lelaki itu memang suka telpon di jam-jam rawan. Kelana ikutan memperhatikan ponselku dan menatapku bertanya.

"Rendy." ujarku memberitahunya dan ia hanya merespon dengan membulatkan bibirnya membentuk huruf O.

"Ya Ren, kenapa?"

"Rin! Rin! Gila kamu!" teriaknya di seberang telepon hingga aku sedikit menjauhkan ponsel dari telingaku. Ada apa ini orang? malam-malam telepon dan langsung misuh.

"Mabuk kamu, Ren?" tuduhku karena merasa Rendy aneh sekali.

"Diem-diem kamu ngajuin karya di IAE (Indonesian Art Exhibition) kan? gokil! karyamu lolos kurasi tuh!" ujarnya dengan nada bicara yang masih nge-gas tapi diselingi senyum lebar, aku tahu meski tidak melihat ekspresinya secara langsung.

Mataku berkedip beberapa saat. Ya, aku memang mengajukan karya, tapi tidak pernah expect apa-apa. Tidak bermaksud diam-diam juga, hanya iseng saja karena kerinduanku mengikutkan karya di sebuah pameran besar. Aku juga tidak berharap terlalu tinggi, sebab IAE tentu saja adalah event besar yang kemungkinan karya terkurasi adalah milik seniman-seniman ternama se-Indonesia. Kata Rendy karyaku lolos kurasi sekarang? Astaga, aku masih tidak percaya. Dengan telepon yang masih tersambung, akhirnya aku membuka website resmi IAE dan melihat pengumuman di sana untuk memastikan dengan mata kepalaku sendiri. Scroll ke bawah, aku menutup bibir dengan telapak tanganku. Ada namaku di sana, 'Rindu Alam' beserta lampiran karya yang aku lukis setelah pulang dari NTT beberapa bulan lalu. Ini benar kan? Tapi mana mungkin website resmi dan besar akan memasukkan data yang salah.

Rindu Kelana 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang