Extra Part - Kondangan

306 28 1
                                    

Apa yang lebih mengesalkan daripada Kelana yang memberi seribu alasan buat tidak datang ke pernikahan Hanggana? Tentu saja mendapati Kelana berenang saat aku sudah berdandan dan mematut diri siap berangkat untuk kondangan.

"Mas, astaga! Kenapa malah berenang sih?" kesalku.

Kelana bermanufer di dalam air dan menuju ke pinggiran kolam dimana aku berdiri. Ia menaikkan tangannya di pinngiran itu dan menatapku. 

"Cantik banget, kayak mau kondangan ke tempat anak raja aja." ujar Kelana dengan nada datar.

Bibirku mencebik. "Perasaan tadi pamit mau mandi, tahunya mandi dikolam renang. Gak lucu!"

"Memangnya datang ke pernikahan lelaki yang pernah suka sama istri, itu lucu? Gak juga kan?"

"Oke, kalau gitu aku berangkat sendiri." ancamku yang sudah membalikkan badan dan melangkah menjauhi kolam renang, berharap Kelana mau keluar dari kolam dan bersiap-siap.

Memangnya seberat apa menghadiri pernikahan orang yang mengaku suka sama aku Harusnya Kelana paham, tidak mungkin Hangga menikah sekarang kalau lelaki itu tidak jatuh cinta dengan calon istrinya. Dan perasaannya ke aku hanya lewat begitu saja. Logika dasar saja Kelana tidak tahu. Lagipula aku jelas harus datang karena menghargai Kaisan Arwinto yang sudah berjasa atas karirku yang sekarang.

Sambil berjalan, aku berhitung di dalam hati, tapi sampai hitungan ke sepuluh, aku tidak mendengar pergerakan yang berarti. Saat aku menoleh, Kelana masih setia menyandarkan dagunya di pinggiran kolam sambil menatapku yang bergerak menjauh.

"Kasih aku semangat dulu."

"Ayo mas Lana semangat, perjalanan mungkin akan macet di malam minggu begini, jadi buruan siap-siap." ujarku sambil menampilkan cengiran yang kaku, pura-pura menyemangati.

Kelana malah terkekeh, ia menyugar rambutya yang basah dan sialnya sangat sexy. Namun jelas aku tidak bisa mengaku demikian kalau tidak mau ditarik ke dalam kolam olehnya.

"Bukan itu. Sini deh." perintah Kelana sambil melambaikan tangannya.

Apa sih? Kedua alisku menyatu dan tanganku sudah terlipat di dada. Jangan bilang ia mau modus dan akan menarik paksa di dalam kolam. Tidak, aku jelas tidak mau. Maka aku tetap berdiri di tempat tanpa menurut apa katanya.

"Aku gak akan narik kamu ke kolam, janji. Aku cuma mau kamu ke sini, Rin." 

Hanya karena Kelana berjanji, maka aku menurut untuk menghampirinya lagi. Tangannya melambai lagi untuk lebih dekat dengannya hingga aku berjongkok di dekatnya.

"Mas, katanya lelaki yang harus dipegang omongannya, aku udah di sini dan cepet sekarang naik."

"Aku tahu. Tapi setelah kita menikah, bahasa penyemangat sebagai dua orang dewasa memangnya hanya kata-kata?" tanyanya yang langsung membuatku paham apa yang ia maksud.

Sudah seharian membuat kesal, berbuat semaunya hanya karena menghindari hadir ke acara malam ini, sekarang minta sesuatu yang tidak mungkin aku kabulkan. Memangnya dandan begini hanya lima menit? Meski aku sudah khursus dandan di youtube berhari-hari, tetap saja skill-ku masih cetek. Aku sudah mandi sejak tadi sore dan merias wajahku dua jam lamanya. Sekarang ia mau seenaknya merusak riasan ini? Oh jangan harap.

Aku tertawa. "Ya udah, lanjut berenang aja. Selamat berenang-senang, aku mau pesan taksi online dulu. Bye!" 

Kini, aku kembali berdiri dan benar-benar meninggalkannya. Masuk ke dalam rumah, mengambil ponsel dan memesan taksi online. Namun, sepertinya usahaku untuk mengancam berhasil, Kelana muncul dari pintu kamar dengan handuk melingkari tubuhnya. Ia berjalan melewatiku dengan wajah yang sepertinya ngambek total.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rindu Kelana 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang