Curahan hati

364 37 3
                                    

"Macaroni schotel kamu gak ada duanya Ra. Boleh lah tiap hari di buatin dan kirim ke sini."

Aku menyuapkan sesendok penuh makanan dengan toping keju itu ke mulut. Di depanku layar ponsel itu dipenuhi oleh wajah Tiara dan Rendy. Tadinya mereka mau ke rumah untuk menjengukku, tapi karena mereka pikir aku harus bedrest total, jadi Tiara mengirimkan makaroni schotel andalannya.

"Demi kamu biar cepet sembuh, apa sih yang enggak." ujar Tiara lalu tertawa.

"Gimana Rin keadaanmu sekarang?" Gantian Rendy yang menguasai layar itu.

Aku mengangguk. "Ya lebih better dari kemarin-kemarin."

"Terus pamerannya gimana kemarin?"

"Capek tapi seru banget. Kamu tahu gak? Aku ngobrol sama Kaisan Arwinto woy!"

Wajah Tiara tiba-tiba ikut menyembul dengan sumringah. "Serius Rin? Wah... Wah... gila beruntung banget."

"Ih, yang diajak ngobrol aku, kok kamu yang nyaut sih!" protes Rendy dan menenggelamkan kepala pacarnya dengan telapak tangan.

"Benar-benar ya kalian, gak di dunia nyata, gak virtual, ribut mulu kerjaannya. Mau dilanjut cerita gak nih?!"

"Terus terus, ngobrol apa aja Rin?"

"Gak banyak sih. Cuma ngobrolin makna lukisanku sama sedikit soal idealisnya. Tapi karismanya itu loh, aku merinding berdiri di samping orang hebat begitu."

"Harusnya kemarin kamu memanfaatkan kesempatan buat cari muka dikit Rin, ya little seeking attention gitu lah, biar diajak pameran ke Singapura atau Prancis. Lumayan kan bisa kecipratan berkarir go internasional." celetuk Rendy.

"Yah, gak sempet Ren. Boro-boro seeking attention, kakiku aja mleyot ada di deket Kaisan. Terus juga Beliau kayaknya ada urusan penting gitu setelah selesai acara. Ya maklum lah, seniman internasional, jadwalnya padat."

Wajah Tiara muncul kembali di samping Rendy. "Rin, tahu gak? Kaisan tuh punya anak cowok loh. Katanya sih ganteng. Wah, kalau aku jadi kamu dan masih single, udah flirting dikit sama bapaknya."

"Heh!! Nakal ya, terus aku dikemanain sayang!?" Rendy menjitak kepala Tiara, tapi tidak begitu keras.

Aku dan Tiara pun terbahak. Berteman dengan dua orang ini memang selalu bisa membuatku awet muda karena keseringan tertawa.

"Rin, om Kembara kemana?"

Satu jitakan Tiara balik mendarat ke kepala Rendy.

"Kelana... Ke la na!" eja Tiara membenarkan perkataan Rendy.

"Kok kamu keras banget sih jitaknya, sayang. Sakit loh!" protesnya sambil menyengir kesakitan.

Aku kembali tertawa saja dengan tingkah konyol pasangan satu ini. Lumayan membuat moodku naik hari ini.

"Om lagi kerja lembur biar bisa beli kapal pesiar." jawabku masih berusaha menahan tawa. "Di rumah cuma sama bunda, tuh lagi bikin smoothies."

Aku mengarahkan kamera ke arah bunda dari meja makan. Bunda yang sedang memotong buah naga itu tersenyum dan melambai kepada Rendy dan Tiara. 

"Hai Rendy, Tiara, Macaroni schotelnya enak loh, bunda udah nyicip." teriak bunda memberikan satu jempol dari balik kitchen island.

Beberapa saat aku mengobrol panjang dan bercanda dengan mereka berdua. Rasanya waktu cepat berlalu. Smoothies buatan bunda bahkan sudah tandas ku minum.

Ini hari kedua bunda di sini. Sejak pagi, Kelana sudah pamit mau ke resto. Katanya ada yang harus ia kerjakan secepatnya, tapi aku tidak tahu itu apa. Aku tidak bertanya lebih lanjut karena ia buru-buru.

Rindu Kelana 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang