Overthinking

434 29 0
                                    

Aku sudah mengatur alarm pukul 05.30 semalam, supaya bisa menyiapkan sarapan dan mengurus Kara. Tapi belum sampai alarm itu berbunyi, aku sudah di kagetkan dengan Kelana yang grusak-grusuk beringsut dari tempat tidur. Di mataku yang masih sayup-sayup dan kesadaran yang belum terkumpul sempurna, Kelana seperti orang bingung yang memunguti pakaian kotor di laundry bag dekat kamar mandi.

Baju yang baru kupakai sekali dan ku gantung di dekat almari pun ikut diangkut olehnya. Di dekapannya yang penuh dengan pakaian itu, ia melenggang keluar kamar. Tampaknya ia tidak menyadari kalau aku sudah bangun.

Kelana kenapa sih? Ini masih pagi buta loh.

Sebenarnya aku masih mengantuk dan masih ada satu setengah jam lagi sebelum alarm itu berbunyi, tapi aku memutuskan untuk bangun dan menyusul Kelana. Kali saja ia mau mengambil minum sekaligus menaruh pakaian-pakaian itu di ruang laundry. Aku juga mau mengambil minum kalau begitu.

Ruang tengah dan ruang makan masih gelap, Kelana sama sekali tidak menghidupkan lampunya. Sampai di dapur, sama saja gelapnya dan tidak ada tanda-tanda Kelana di sana. Aku mengambil minum di kulkas, menuang ke dalam gelas dan duduk sejenak.

Ditengah-tengah membasahi kerongkonganku yang kering ini, aku mendengar suara kikikan seseorang. Meski belum pernah mendengarnya mengikik begitu renyahnya, aku yakin itu suara Kelana. menakutkan sekali pagi buta begini cekikikan. Namun sebenarnya apa yang sedang Kelana lakukan?

Setelah menghabiskan satu gelas air, akupun beranjak dan berjalan menuju ruang laundry. Pintu kaca itu terbuka sedikit dan bisa kulihat Kelana menyandarkan badannya di ambalan meja dekat mesin cuci. Ia fokus melihat ponselnya. Aku memperhatikan beberapa saat dan tawa Kelana muncul kembali. Tidak kencang tapi cukup membuatku yakin apa yang ia lihat di ponselnya itu begitu menyenangkan, mungkin juga lucu. 

Jadi benar kata mbak Ikom bahwa Kelana punya kebiasaan aneh ini. 

"Mas, ngapain di sini?" tanyaku yang tentu saja mengagetkannya dan membuat gerakan tangannya terburu-buru memasukkan ponsel ke saku piyamanya.

"Rin, kok udah bangun? Haus ya? Saya ambilin minum." katanya yang langsung melangkahkan kaki keluar dari ruang laundry, tapi kutahan tangannya.

Aku menggeleng, "Aku udah minum barusan. Aku kebangun tadi terus kamu gak ada, yaudah sekalian ambil munim aja. Eh, Tahunya aku denger kamu ketawa-ketawa di sini. Lihat apa sih emangnya?"

"Hmm? Oh... cuma nonton video lucu sambil nunggu cucian baju."

Hello! 2023 cucian bisa ditinggal saja kan? Mesin yang akan bekerja, nanti kalau sudah selesai juga mati sendiri. Kelana tentu tahu kecanggihan yang satu itu kan?

"Kan bisa ditinggal aja? Lagian pagi buta begini nyuci baju. Besok gak keburu dipake juga kan?"

Mata Kelana mengerjap, sepertinya ia tidak punya kata-kata lagi untuk menjawab pertanyaanku yang beruntun. Antara ia tidak punya jawaban atau memang efek karena masih pagi dan mengantuk? karena setelahnya Kelana menguap lebar.

"Mas?"

"Saya gak suka ada baju kotor numpuk." jawabnya dengan lugas.

Aku terdiam. Jadi itu alasannya kenapa ia punya kebiasaan bangun dini hari dan mencuci? Hanya karena ia risih dengan pakaian kotor?

"Kita balik tidur aja." ajaknya sembari merangkul pundakku menuju ke kamar.

Aku hanya menurut saja, meski sedikit cemberut. Bagaimanapun juga, ternyata aku belum benar-benar mengenal Kelana sepenuhnya. Masih banyak hal yang ternyata belum aku tahu, apalagi ini baru hari kelima pernikahan. Perkenalan kita kemarin juga kan begitu singkat.

Rindu Kelana 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang