Pesan masuk

333 23 0
                                    

Ia menatapku dengan begitu lembut dan aku sedikit salting sebetulnya. Tapi percuma jika aku menghindar dengan posisiku sekarang. Aku tidur dengan menjadikan lengannya sebagai bantal dan tangan satunya membenahi rambut-rambutku, kami tiduran saling berhadapan. Aku tahu, senyumnya sekarang adalah bentuk ejekan karena pipiku mungkin sudah memerah seperti udang rebus. Ah sialan. Aku tidak peduli. Kita baru saja baikan dan harusnya, aku tidak berniat untuk membuat masalah lagi.

"Kamu punya cinta pertama?" tanya Kelana tiba-tiba, membuatku menaikkan kedua alis dengan pembukaan topik yang random ini.

"Apa cinta pertama sama aja kayak cinta monyet? Kalau iya, cinta pertamaku adalah tetanggaku sendiri. Namanya Juanda. Kita sekelas waktu SD, tapi dia pindah ke Kalimantan sama keluarganya waktu kelas 3. Ketemu lagi 10 tahun kemudian, wajahnya gak berubah, senyumnya apalagi. Makanya pas dia tiba-tiba di kampusku buat ngisi seminar, aku langsung mengenali...ya gitu deh."

Kelana mengangguk mengerti dengan ceritaku. "Berarti benar, cinta pertama itu sulit dilupain?"

"Mungkin. Atau segala yang pertama lebih mudah diingat." timpalku. "Apa mbak Sasti cinta pertamamu?"

"Bisa jadi." Aku menaikkan alis.

Jeda sejenak. Aku masih terdiam menunggu kelanjutannya karena sepertinya ceritanya akan panjang.

"Aku mulai merasakan jatuh cinta saat kelas 2 SMA. Tapi sekalinya jatuh cinta, dihadapkan sama dua cewek sekaligus. Wina Faradila, pintar, berprestasi, pokoknya tipe cewek idola. Aku naksir udah dari kelas satu. Tiba-tiba Wina menyatakan cinta duluan dan aku jadi semakin kagum sama keberanian dan kepercayaandirinya. Disaat bersamaan, ada Prasasti yang muncul dihadapanku dengan jaket gambar pokemon, minta uang 1000 buat beli cilok. Katanya uangnya habis untuk beli tiket teater. Bedanya dengan Wina, Sasti murid yang tidak menonjol, terlihat biasa aja dan gak satu kelas juga sama aku. Tapi entah kenapa rasanya ada daya tarik yang gak bisa aku jelaskan waktu itu tapi aku abaikan. Singkatnya aku menerima Wina, kita jadian. Tapi sejak saat itu juga, Sasti juga jadi sering muncul di tempat-tempat yang gak terduga. Entah gimana alurnya, kita malah dekat, awalnya aku menganggap biasa aja, lama-lama Sasti membawa aku ke dunianya yang ternyata gak sebiasa seperti kesan pertama aku melihatnya."

"Dunia yang seperti apa?"

"Dunia yang menyenangkan, dunia yang ramah, hangat dan dunia yang penuh energi positif. Sesimpel akhirnya aku tahu kalau uang jajannya sering dia habiskan untuk beli makanan kucing liar yang suka ada di kantin sekolah."

Aku baru tahu kalau dokter Wina adalah mantan kekasih Kelana. Namun, Cerita Kelana tentang Sasti justru yang membuatku tersenyum. Selain cerita yang manis, aku suka saat Kelana bicara panjang begini, atau soal apapun. Di jam setengah 4 pagi ini dan kita belum tidur, rasanya apa yang keluar dari bibir Kelana seperti dongeng yang seru, bedanya aku tidak jadi mengantuk sama sekali.

"Singkatnya aku dan Wina berantem lalu putus. Aku mulai sadar kalau perasaanku pada Wina ternyata bukan cinta. Melainkan cuma perasaan kagum biasa dan aku terlalu melebih-lebihkan perasaan senangnya hanya karena dia nembak aku duluan. Sementara perasaanku sama Sasti justru semakin bertumbuh, aku merasa nyaman, aku menemukan diriku yang sebenarnya dan sama dia aku menemukan rumah. Kita pacaran lebih dari 7 tahun dan nekad menikah muda, padahal aku belum sattle." Kelana terkekeh pelan. "Sasti menemani prosesku mulai dari nol, susah senang kita sama-sama." ujarnya dengan nada yang semakin pelan dan suara berst.

Bibir Kelana mengatup, sorot matanya kaku, terlihat menyembunyikan sebuah kesedihan yang langsung menjalar kepadaku. Kesenduan itu meraja di antara kami. Aku masih menunggu kata-kata yang akan Kelana keluarkan berikutnya. Di satu sisi, aku antusias mendengar semuanya, tapi di sisi yang lain aku juga tidak ingin lelaki ini merasakan kesedihan lagi. Sebab menceritakan Sasti sama saja akan mengorek kembali kenangan-kenangan mereka yang mungkin, belum sepenuhnya Kelana lupakan. Tanganku terangkat mengelus lembut rahangnya, berusaha membiarkan Kelana membagikan perasaannya padaku juga, tanpa ada yang ditutup-tutupi.

Rindu Kelana 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang