Double kill

408 36 1
                                    

Bertemu teman lama memang selalu menyenangkan. Dania, teman kuliahku yang setelah lulus, beruntung langsung mendapat pekerjaan di sebuah star up di Jakarta. Kini, di acara charity IAE, kita dipertemukan lagi. Dulu kita cukup dekat, justru Dania ini yang pertama kali mengajakku untuk jadi volunteer acara pameran seni. Kita juga sering mendapatkan event bareng. Sampai-sampai dulu kita di juluki master of event oleh teman-teman yang lain, saking setiap ada event seni di situ ada kami.

Sekarang ternyata Dania adalah salah satu panitia IAE, terlihat dari lanyard yang ia pakai, ada tulisannya panitia. 

"Rin, astaga... gak nyangka kita ketemu di sini. Pantesan aku lihat ada nama Rindu di salah satu lukisan yang di pajang. Gak nyangka progress kamu keren banget!"

"Iya, lukisanku lolos kurasi. Gak nyangka juga ya kita ketemu di sini."

Dania mengangguk antusias setelah memelukku. "Are you okay? kamu keliatan pucat benget. Pasti capek banget ya ikut acara dari kemarin. Rundown-nya emang agak ngaco sih padat banget, aku aja hampir pingsan kemarin saking capeknya."

"Aku gak apa-apa kok, cuma lagi dapet aja hari pertama. Biasalah." ujarku santai.

Dania terkekeh. "Iya, ngerti banget mood swingnya lagi dapet kayak gimana. Kamu ke Jakarta sama suami?"

Aku menggeleng lantas tersenyum. "Sendiri."

"Dan!!" sebuah suara memanggil Dania dari jauh. Aku tahu ia pasti sedang hectic sekali sekarang mengurus acara charity hari ini.

"Yap, bentar!" balas Dania. "Rin, sorry banget aku harus balik ke sana. Padahal kangen banget lama gak ngobrol. Masih lama di Jakarta? Siapa tahu kita bisa hangout bareng, ngobrol receh ngalor ngidul kayak dulu."

Dengan wajah menyesal, aku menyipitkan mata. "Sama, aku juga pengen ngobrol panjang sama kamu. Tapi kayaknya nanti sore atau malam udah harus balik ke Jogja."

"Oke, gak apa-apa. Besok aja kapan-kapan aku main ke Jogja. Tapi Rin, serius kamu gak apa-apa? sumpah kamu pucat, kayak orang sakit."

"Iya, aku sehat kok, belum makan siang aja kali nih, makanya lemes." jawabku bergurau.

Dania tersenyum tipis. "Ya udah, Kamu hati-hati ya, istirahat kalau capek, buruan makan siang kalau gitu." ujar Dania sambil mengelus lenganku.

Dania pamit untuk kembali ke venue acara charity. Sementara aku tadi sudah melakukan wawancara oleh salah satu majalah yang membahas tentang sudut pandang karyaku. Kemudian ikut berpartisipasi di acara charity juga, meskipun bukan lukisanku yang di lelang. Ya, untuk support sebagai sesama seniman. Namun sepertinya aku akan pulang ke hotel lebih awal saja. Sejak pagi tadi, badanku rasanya tidak enak, Sendi-sendinya berasa mau copot, pusing di tambah menstruasi hari pertama. Tidak biasanya juga perutku sesakit ini dan darah yang keluar juga banyak sekali. Apa ini akibat pola makanku yang tidak teratur akhir-akhir ini dan stress juga? 

Ah... rasanya double kill sekali.

Setelah ke kamar mandi untuk mengganti pad, aku memutuskan untuk pulang sekarang saja ke hotel. Rasanya sudah tidak karuan. Daripada aku pingsan di sini, tidak lucu kan? Meskipun selama aku hidup belum pernah merasakan yang namanya pingsan, bayangan aku tidak sadarkan diri dan di kerumuni orang banyak pasti sangat memalukan.

Aku keluar dari gedung JCC, berharap taksi online yang aku pesan sudah tiba dan tidak harus menunggu lama di tengah terik kota Jakarta jam sebelas siang ini. Melihat cahaya matahari yang memantul dari pintu kaca, membuatku silau dan sakit kepalaku malah menjadi. 

Astaga, fix ini pasti darah rendahku kumat lagi. Mana aku tidak membawa obat penambah darah pula. 

Kuat Rin! hotelnya gak jauh kok!

Rindu Kelana 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang