🍦(7) Hampir🍦

118 10 0
                                    

Maunya sih gitu, tapi apa dia mau?

🍦🍦🍦🍦🍦

Happy Reading ❤️
.
.
.
.
.

Prilly dan Ali berjalan di koridor sekolah. Prilly tampak setia makan coklat dari dalam tasnya sejak memasuki gerbang sekolah, sementara Ali hanya tersenyum gemas memperhatikannya. 

Pemandangan yang ia suka selain langit dan laut, ialah melihat Prilly ngambek dan saat makan seperti sekarang. Rasanya seperti candu baginya, candu untuk menyukai kepada sahabatnya ini. Ali harap Prilly merasakan hal yang sama juga dengannya. 

"Masih pagi lo udah makan coklat," sindir Ali.

Prilly melirik pada Ali sambil menyodorkan coklatnya, “lo mau?" 

"Gak deh, nanti gue sakit perut. Kan repot gak ada yang nganter lo pulang," ucap Ali.

Prilly hanya mendelik pada Ali, “bilang aja lo gengsi pengen minta coklat punya gue!" sindir balik Prilly yang tak percaya dengan Ali. 

"Dih, siapa yang gengsi? Sok tau!" tiba-tiba terlintas ide jail di otak Ali. Ia langsung merebut coklat dari tangan Prilly dan memakannya, alhasil Prilly langsung merengek seperti anak kecil. 

"Aliiiii! Apaan sih lo rebut coklat gue!" rengek Prilly yang kesal dengan keusilan Ali. 

"Gak baik lo makan coklat banyak-banyak," ucap Ali dengan santai mengunyah coklat milik Prilly. 

"Tadi bilangnya nanti sakit perut, tapi lo malah makan coklat gue! Nyebelin banget ih!" gerutunya sambil menghentakkan kakinya berkali-kali.

"Kan lo bilang kalau gue gengsi minta coklat elo, jadi gue ambil aja coklat lo biar jadi pembuktian kalo gue nggak gengsi." 

"Tapi gak rebut coklat gue juga kali! Sini ah, balikin!" rengek Prilly yang berusaha mengambil coklat dari tangan Ali, “gue cukur alis lo sampe botak kalau nggak balikin coklat gue sekarang juga!" ancam Prilly. 

"Lo ngancem gue? Emang berani?" tantang Ali. 

"Iya lah! Gue berani! Sini balikin coklat punya gue Alibaba!" sementara Ali terkekeh melihat Prilly yang terus berusaha mengambil coklatnya sambil berjinjit-jinjit. Karena Ali terus mengangkat tangannya ke atas menyulitkan Prilly. 

"Ali! Gue bakal ngambek seminggu kalau lo abisin coklat gue!" rengek Prilly yang hampir menangis. 

"Cie ngancem ceritanya?" goda Ali membuat Prilly makin kesal. 

"Tau ah! Dasar Alibaba tukang jail! Ngeselin banget lo sumpah!" Prilly meninggalkan Ali, dengan cepat Ali menahan tangan Prilly. 

"Nih, gue balikin coklat lo," ucapnya, Prilly merebutnya langsung dari tangan Ali sambil mendelik tajam. 

"Jangan ngambek dong, kan gue udah balikin coklatnya,” bujuknya.

"Pokoknya ancaman gue berlaku sampe lo beliin gue 5 coklat!"

"Gue cuman makan dikit elah, Pril,” ujar Ali sebagai pembelaan. 

"Yaudah kalo gitu, pulang sekolah gue bakal bawa cukuran kumis papa buat kerok alis ulet bulu lo sampe gundul!" ucap Prilly tak main-main.

"Eh, jangan dong, nanti apa kata cewek kalau Ali yang terkenal tampan ini nggak punya alis lebat lagi?" kata Ali yang membuat Prilly geli dan berpura-pura mual. 

"Bodo amat! Udah nyebelin, ngeselin, jail, pede tingkat dewa, genit juga lagi! Huh!" Prilly pun meninggalkan Ali. 

"Emang bener-bener tuh bocah bikin dompet gue tekor mulu tiap hari. Untung gue suka!" umpat Ali dengan pelan menatap Prilly yang meninggalkannya. 

oOo

Ali duduk di kursi sambil memukul bass drum di ruang musik, Arbani memetik senar gitar di sudut tembok. Kebetulan jadwal kelas mereka kosong, sementara Verrell dan Kevin mabar game online di kelas. Untuk mengisi kegabutan apalagi mereka sama-sama menyukai musik, mereka pun mendatangi ruang musik dan untungnya sedang tidak digunakan.

"Kira-kira pensi berapa bulan lagi ya?" tanya Arbani yang sedang memetik gitar. 

"Dua tiga bulanan lagi sih kayaknya, nanti juga pasti ada pengumuman di mading kalau iya bentar lagi,” jawab Ali, ”tumben lo nanyain pensi, kenapa?" tanya Ali.

"Gue rencananya pengen tampil buat pensi tahun ini," ujar Arbani. 

"Widih, lo mau tampil apa buat pensi?" tanya Ali dengan antusias. 

"Gue maunya nyanyi sama musikalisasi puisi sih.”

"Bagus dong, lo kan emang jago banget bikin puisi-puisi. Apalagi pensi tahun kemarin gak ada tuh yang tampil musikalisasi puisi."

"Tapi gue bingung nih," kata Arbani menggaruk kepalanya.

"Lah, kok lo bingung sih? Lo kan mau tampil katanya, harus percaya diri dong," ujar Ali yang memberi semangat. 

"Gue percaya diri aja sih, Li. Tapi gue pengen pas tampil musikalisasi puisi tuh ada teman duet gitu," ucap Arbani yang membuat Ali berpikir sejenak. 

"Si Kevin gak lo ajakin?" tanya Ali. 

"Lah, si Kevin di ajak puisi? Bacanya aja udah males dia,” ujar Arbani. Ali hanya tertawa menanggapinya. 

"Si Verrell? Eh, tuh anak emang mau ya?" gumam Ali yang ragu. 

"Yaelah, Li. Bisa kacau dah kalau gue duet ama dia. Lo gak inget apa kalau dia baca puisi kayak gimana?" seketika mereka tertawa terbahak membayangkan Verrell sewaktu smp yang membaca puisi bareng Arbani di depan kelas dengan gugup dan akhirnya mengganggu Arbani yang menghayati membaca puisi dan kabur dari kelas. 

"Terus lo mau duet sama siapa?" tanya Ali. 

Arbani berpikir sejenak tapi ia malu bilang pada Ali, "pengennya sih … gue sama si Dinda, soalnya gue pernah nggak sengaja liat dia waktu baca puisi di depan kelasnya," ucapnya, ”Gue perhatian, dia bagus banget pas ngebacain puisi. Jadi gue tertarik buat ngajak dia duet,”Ali mengangguk paham tentang permasalahan Arbani. 

“Lo tertarik karena Dinda bagus bacaan puisi, apa emang lo beneran suka sama dia?” tanya Ali mengintrogasi Arbani lebih lanjut. 

Ekspresi Arbani mendadak gugup saat berucap, ”ya … ya, gue emang suka sama Dinda karena baca puisinya lah,” jawab Arbani. Ali bisa melihat kebohongan dari mata Arbani.

"Lo harusnya pdkt dulu sama Dinda, jadi lo gak canggung sama dia kalo mau ngajakin duet musikalisasi puisi lo. Kaya gue sekarang yang lagi—” ucap Ali menyadari apa yg diucapkan langsung mengurungkan niatnya untuk melanjutkannya. 

"Maksudnya gimana, Li?" tanya Arbani penasaran. 

"Emm … anu maksud gue … lo, ya elo pokonya harus pdkt dulu sama si Dinda," ujar Ali yang sedikit terbata-bata. 

"Iya deh gue coba pdkt sama Dinda," AIi pun bernapas lega saat Arbani tak menyadari ucapannya yang hampir keceplosan itu. 

Hampir aja gue keceplosan

"Lo mau tampil juga, Li?" tanya Arbani. 

"Maunya sih gitu, mumpung ada kesempatan," kata Ali.

"Bareng si Prilly dong? Lo kan suka banget nyanyi duet sama dia," ujar Arbani. 

Maunya sih gitu, tapi apa dia mau

"Gue belum tau sih. Kan baru rencana sama kayak lo." kata Ali yang dianggukki paham Arbani, “kantin yuk, haus nih, seret tenggorokan gue," ajak Ali sambil menyimpan stick drum. 

"Ayo, gue juga sekalian mau sarapan."

















Jangan lupa vote, comment and share cerita ini yups ✨

Terima kasih 🤗✨

🍦Tbc🍦

My Living Friend [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang