🍦(39) Ucapan Dari Ali🍦

150 16 2
                                    

Gue tau lo orangnya gak kayak gitu

🍦🍦🍦🍦🍦

Happy Reading ❤️
.
.
.
.
.

Mereka sama-sama hening tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Tidak seperti biasanya sebelumnya mereka selalu ada saja topik yang dibahas.

Biasanya Prilly yang selalu memulai pembicaraan pada Ali, tapi kali ini ia bingung dan hanya memainkan jarinya sendiri, sesekali ia menatap ke arah jendela untuk mengusir keadaan yang membuatnya canggung.

Ali juga bingung harus mengatakan apa pada Prilly, rasanya Prilly seperti menghindarinya. Lalu Ali membuka tasnya dan mengeluarkan sesuatu yang dibawanya.

“Prilly?” kata Ali. Prilly pun menoleh pada Ali dan ia memberikan buket sedang bunga Lily putih pada Prilly, hal itu membuat Prilly terkejut.

“I-ini maksudnya apa, Li?” tanyanya yang bingung.

“Happy birthday,” ucap Ali yang membuat Prilly mengerutkan keningnya bingung.

“G-gue emangnya ulang tahun?” tanya Prilly.

Ali mengangguk lalu menunjukkan tanggal di hp-nya, Prilly menutup mulutnya tak percaya. Bisa-bisanya ia lupa pada hari lahirnya sendiri, pikirannya masih terbayang-bayang soal kejadian di apartemen itu yang selalu menghantuinya.

Prilly menerima buket bunga itu dengan menangis terharu, ternyata Ali lah orang pertama yang mengingatkan hari lahirnya.

“Lo kenapa nangis? Gue buat salah ya?” tanya Ali yang mengusap air mata Prilly.

Prilly langsung menggeleng pelan, “lo gak salah apapun, Li. Lo orang pertama yang ucapin gue ultah, gue seneng banget,” akui Prilly.

“Gue kira mama Ully sama papa Rizal udah ngucapin duluan,” kata Ali.

“Jangankan mereka, gue sendiri aja gak inget sama ulang tahun gue,” kata Prilly.

Ali hanya tersenyum melihat Prilly, “nanti ya gue beliin kuenya, soalnya gue gak sempet,” kata Ali.

“Lo ngucapin aja gue udah senang kok, Li. Makasih ya,” kata Prilly.

“Iya sama-sama, maaf buketnya kusut yang penting gue beli bunganya yang asli bukan bunga plastik,” kata Ali yang membuat Prilly terkekeh karena candaan Ali.

“Gapapa kok, nanti gue simpen biar tau ini hadiah dari lo,” kata Prilly, lalu ia menaruh buket bunga Lily di nakas.

Lalu Prilly menatap Ali, “Li, lo kok baik sih sama gue?” tanya Prilly dengan perasaan bersalah.

“Lo kenapa bicara gitu sama gue?” tanya balik Ali.

Prilly mendesah berat, “gue kan udah jahat sama lo, gue suka marah-marah dan gue udah nuduh lo juga, Li … hiks … hiks …” ucap Prilly yang terisak kembali.

“Lo kan tanpa sadar melakukan itu karena sudah terpengaruh sama pacar lo, Pril. Gue tau lo orangnya gak kayak gitu,” kata Ali yang masih memaklumi Prilly.

“Jangan sebut dia pacar gue lagi! Dia manusia jahat!” kata Prilly yang mengingatkan Ali.

“Maaf, maksud gue si bule kurang ajar itu,” koreksi Ali, Prilly menangis menyesali perbuatannya pada Ali saat berpacaran dengan Maxime. Prilly rela mengasingkan dirinya dari Mila, Dinda dan Natasha demi Maxime yang membuat hubungan pertemanan mereka tidak baik. Karena Prilly mencintai Maxime.

“Boleh gue tanya sesuatu sama lo?” tanya Ali yang diangguki oleh Prilly, “apa dia udah macem-macem sama lo sampai dia ngejar lo saat lo berusaha kabur?” tanya Ali.

Prilly menunduk dan tangisannya semakin menjadi membuat Ali jadi bersalah.

“Kalau lo gak mau cerita gapapa, gue gak maksa lo,” kata Ali.

“G-gue mau diperkosa sama kak Maxime, Li. Dia ngancem gue dan dia maksa gue minum. Gue langsung nolak dan dia marah banget sama gue … gue takut … hiks … hiks …” ungkap Prilly.

Ali langsung memeluk tubuh Prilly, ia sangat marah sekali mendengar penuturan sahabat kecilnya yang membuatnya trauma, “kalau lo gak datang waktu itu, mungkin masa depan gue udah hancur selamanya, Li … hiks … hiks …” punggung Prilly sangat bergetar hebat dan Ali berusaha menenangkannya. 

“Tenang, Pril. Si bajingan itu sudah diurus sama pihak yang berwajib dan kepala sekolah, dia bakalan di DO dari sekolah,” kata Ali.

Prilly pun menatap Ali, “gimana kalau dia berbuat lebih lagi sama gue Ali? Gue takut karena dia orangnya nekat …” kata Prilly yang gelisah.

Ali mengusap air mata Prilly, “gak akan kok, dia bakalan membusuk di penjara selamanya,” kata Ali meyakinkan sahabat kecilnya ini.

“Tetap aja gue takut Ali …” lirih Prilly.

“Percaya sama gue, Pril. Gue janji bakalan jagain lo semampu gue dari orang-orang kurang ajar kayak dia,” kata Ali dengan yakin.

Prilly sedikit tenang mendengar ucapan Ali, apa Ali tidak membencinya? Padahal Prilly sudah beberapa kali menyakiti hati Ali. Prilly sangat beruntung memiliki sahabat kecil seperti Ali, semoga saja Ali memaafkan dirinya.

Akhirnya Ali mengungkapkan fakta tentang Maxime soal ia yang memesan minuman keras untuk malam yang saat itu bertepatan mengajak Prilly ke apartemen, lalu Maxime yang ternyata telah memakai obat-obatan terlarang, dan hal-hal lainnya yang membuat Prilly tidak menyangka. 


oOo


Sudah hampir dua minggu Prilly dirawat di rumah sakit hingga akhirnya ia diperbolehkan untuk pulang oleh dokter setelah melewati beberapa pengecekan psikisnya dan juga pemulihan, ini hari yang ditunggu-tunggu oleh Prilly. Suasana rumah sakit menurutnya sangat membosankan ditambah mencekam disaat malam hari, apalagi makanan rumah sakit yang membuatnya tidak berselera untuk dimakan, ia sangat merindukan masakan mama Ully.

Prilly sudah sampai di rumahnya, lalu ia keluar dari mobil papa Rizal. 

“Kamu langsung masuk ke kamar ya istirahat, kondisi kamu belum pulih banget,” ucap mama Ully yang diangguki Prilly.

Mereka langsung memasuki rumah, mama Ully menggamit tangan Prilly sambil membawa baju kotor Prilly.

Prilly terkejut melihat kedatangan orang jauh yang sedang duduk.

“Oma! Opa!?” Keduanya langsung berdiri ketika Prilly berlari menghampirinya, Prilly langsung memeluk Oma dan Opa kesayangannya itu, “Oma sama Opa kapan ke sini? Prilly kangen banget!”

“Oma sama Opa baru sampai kemarin kok,” ucap Oma Rahayu.

Ia tidak menyangka jika kepulangannya dari rumah sakit mendapatkan kejutan dengan kehadiran Oma Rahayu dan Opa Sidik di kediamannya.

“Maaf ya Opa baru bisa datang sekarang, Opa sangat kepikiran dan sedih sekali mendengar kabar buruk dari cucu kesayangan Opa,” ungkap Opa Sidik.

Prilly langsung mengangguk paham, “gapapa kok Opa, yang penting Prilly bisa ketemu Opa lagi,” kata Prilly.

Akhirnya keluarga Prilly saling berbincang-bincang dan Prilly pun menceritakan kejadiannya pada Oma Rahayu dan Opa Sidik. Opa Sidik yang seorang pengacara ikut mengurus kasus yang menimpa cucunya.


















Jangan lupa vote, comment and share cerita ini yups ✨

Terima kasih 🤗✨

🍦Tbc🍦

My Living Friend [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang