BAB 13

4 2 0
                                    

.

.

.

Selamat membaca....


Tuh, kan. Tebakan Lina benar adanya. Gosipnya sudah menyebar cepat. Terbukti hampir seluruh siswa-siswi SMA Jaya Bangsa membicarakan ia dan Raka. Termasuk juga dua sahabatnya. Ada yang menyangka ia dan Raka sudah damai, ada lagi yang mengira sedang PDKT, bahkan sampai ada yang mengira sudah pacaran.

Lina menghela nafas panjang, lalu menampar pipinya berkali-kali dengan cukup keras.

"Lin, menurut Lo Raka kerasukan gak sih?". Celetuk Windy.

"Atau mungkin, Raka suka sama li--".

"Gak!". Bantah Lina cepat, menyela ucapan Raya.

Raya dan Windy menatap Lina heran.

"Lo kenapa sih?". Tanya Windy heran.

"Gak papa". Balas Lina lalu kembali menampar pipinya.

"Lina udah berhenti. Jangan ditampar terus pipinya, udah merah". Kata Raya yang mencoba menghentikan aksi Lina.

Windy menatap Lina dengan geleng-geleng kepala. Tidak habis pikir ia dengan kelakuan Lina. Sedangkan Raya menatap khawatir.

"Raya, mending kita bawa nih anak ke kantin. Siapa tau setelah dikasih minum sama makan dia sadar". Ujar Windy.

Sedang raya mengangguk setuju. Windy dan Raya membawa lina ke kantin.

Saat mereka bertiga melewati kelas XI IPA 1. Tak sengaja mereka bertemu, Karena tiga cowok itu juga kebetulan ingin keluar dari kelas.

Raka menatap datar Lina dengan kedua alis terangkat, karena ia salpok dengan pipi Lina yang merah. Melihat tatapan Raka kearahnya cepat-cepat Lina menutup pipinya dengan rambut.

"Kenapa pipi Lo?". Tanya Raka.

"Oh itu, gara-gara Lina tampar-tampar Pi mmmppff". Balasan polos dari Raya atas pertanyaan Raka dengan cepat Lina bungkam, dengan cara mempekap mulut cewek imut nan polos itu.

"Duluan". Ucap Lina lalu menarik dua sahabatnya. Meninggalkan Raka, Varo dan Lio yang menatap bingung mereka.

"Issshhh!... Lina kenapa bekap mulut Raya tadi?!". Tanya Raya kesal. Kini mereka bertiga sudah berada di kantin dan sudah duduk.

"Biar Lo gak ngomong sebenarnya". Balas Lina singkat.

"Emang kenapa? Lina malu?". Celetuk Raya.

"Yaiyalah Raya.... masa Lo gak ngerti sih!". Bukan, bukan Lina yang membalas celetukan Raya tapi Windy.

"Habisnya kenapa sih Lo tampar-tampar pipi? Liat noh, kedua pipi Lo merah kan jadinya". Lanjut Windy menunjuk pipi Lina.

"Ya, menurut Lo berdua, gw gak baper gitu? Dia rela telat kelas, ngeluarin uang, buat beli rok ini... gimana gw gak baper!". Kata Lina menekan kata baper.

Raya tampak berpikir. "Bener juga apa kata Lina. Dulu ada adek kelas naksir Raya, dia juga ngelakuin hal yang sama ke Raya".

"Berarti Raka naksir Lo!". Tungkas Windy cepat.

BUGHH!

"Aduh! Sialan Lo Lin!". Kata Windy, mendelik sinis menatap Lina yang sudah memukul punggungnya.

"Itu terlalu gak mungkin!". Balas Lina tegas.

"Mungkin saja Lina". Sahut Raya.

"Woi. Lo berdua tuh lupa ya? Dia itu menganggap gw musu--".

Populer [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang