BAB 7

9 2 1
                                        

°

°

°

°

Selamat membaca.....


🏀🏀🏀🏀

"kita mulai!". Kata Raka menatap Lina menyeringai lalu berjalan melangkah menuju ke tengah lapangan. Lina mengikuti langkah Raka dengan wajah datar sambil membawa bola basket.

Sampailah keduanya di tengah lapangan dengan posisi saling berhadapan. Raka maju satu langkah kearah Lina yang memiliki tinggi se telinganya, untuk seukuran cewek Lina bisa dikatakan tinggi. Kini keduanya saling pandang.

"Siap?". Tanya Raka terkesan meremehkan. Lina diam tidak menjawab.

Sedangkan Raka merasa tidak di jawab, kembali mundur ketika seorang siswa yang berperan jadi wasit muncul di tengah-tengah mereka berdua. Lina memberikan bola berwarna orange itu pada wasit.

Suara sorakan menggema di aula. Ketika wasit sudah bersiap akan melemparkan bola ke atas.

PRITT!...

Bersamaan dengan bunyi peluit, bola dilambungkan ke atas. Otomatis secara bersamaan pula keduanya melompat untuk menggapai bolanya.

Dan tentu saja bola basket itu berhasil di gapai oleh Raka. Lina berdecak kesal sedangkan Raka tersenyum miring kearah Lina. Dengan gerakan cepat Raka menggiring bola basket. Lina tak mau kalah dengan cepat ia merebut bolanya lalu menggiringnya menuju ring Raka.

Raka yang melihat itu dengan cepat merebut kembali sehingga bola basket itu kembali ke tangan Raka. Lina menggerang kesal, tinggal sedikit lagi ia mencapai ring Raka dan bisa mencetak point.

Tak mau kalah Lina ingin kembali merebut bolanya namun tiba-tiba Lina memegang kepalanya ketika rasa pusing kembali muncul.

"Shhhsss". Ringis lina

Suara riuh dan sorakan terdengar jelas menggema, ketika Raka sudah mencapai di ring lina.

Sedangkan itu dari tribun Raya dan Windy menatap khawatir Lina karena melihat sahabatnya yang dibawah sana tengah memegang kepalanya menahan rasa pusing.

"Windy, hentikan aja pertandingan ini. Lina kesakitan dibawah sana". Khawatir Raya. Dengan cepat Windy mengangguk setuju dan ingin melangkah menuju ke lapangan menghampiri Lina. Namun, langkah Windy terhenti ketika sebuah tangan mencekal lengannya.

Windy menatap kearah tangan yang mencekal lengannya lalu mendongak menatap si pemilik tangan.

Windy menatap tajam pada orang yang telah berani-beraninya mencekal lengannya. "Lepas!". Tekan Windy.

Orang itu menatap datar Windy dan tetap tidak melepaskan cekalannya. Membuat Windy benar-benar marah. "Varo! Gw bilang lepasin!".

Ternyata orang yang mencekal tangan Windy Ialah Varo.

"Gw gak akan lepasin, karena Lo pasti akan berhentikan pertandingan ini". Kata Varo.

"Itu buk---". Ucapan Windy terpotong dengan seruan Raya.

"Windy".

"Windy".

"Lina kembali menyerang". Seru Raya menggoyang-goyangkan tangan Windy yang satunya.

Dengan sigap Windy maupun Varo menatap ke lapangan. Terlihat Lina dibawah sana kembali berlari dengan cepat ketika Raka yang sudah berancang-ancang akan melompat. Bertepatan dengan Raka melompat Lina juga dengan cepat ikut-ikutan melompat ketika ia sudah tepat di dekat Raka dan merebut kembali bolanya.

Populer [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang