BAB 18

9 2 1
                                    

Dengan perasaan campur aduk, antara kesal, marah, sedih, dan kecewa. Raya langsung melangkah pergi dari ruang musik. Meninggalkan dua orang itu yang menatap kepergian Raya dengan tatapan berbeda.

______

Raya berjalan di koridor sekolah dengan tatapan berkaca-kaca. Namun saat di pertigaan koridor, ia tak sengaja bertemu Varo.

"Raya...". Panggil pelan Varo.

Raya menatap Varo sebentar. Lalu setelahnya hendak kembali melangkah. Tapi sayangnya.... tiba-tiba Windy sudah berdiri di samping Varo.

"Eh? Raya? Lo kenapa?".

Tanya Windy khawatir. Ketika melihat wajah Raya yang sedih.

Raya mendekati Windy. "Bawa Raya ke tempat sepi, Windy". Bisik Raya. Dengan cepat Windy mengiyakan dan langsung mengandeng tangan Raya mencari tempat yang sepi, sesuai keinginan Raya.

Sedikit, Windy melirik Varo. Tatapan itu... tatapan yang tak pernah Varo perlihatkan sebelumnya. Tatapan apa itu?

Tatapan khawatir sebagai seorang teman?

Atau

Tatapan dengan kata lain?

Entahlah Windy tidak tau. Terlalu susah menebaknya.

Windy langsung menyadarkan dirinya. Sekarang fokusnya Raya, ia harus membawa pergi sahabat imutnya ini. Mereka berdua melangkah pergi menuju taman belakang sekolah. Karena di sanalah tempat yang sepi.

"Lo kenapa Raya?".

Windy bertanya dengan hati-hati. Ketika mereka sudah duduk di salah satu bangku yang ada di taman.

Raya menatap Windy. "Luna...". Kata Raya. Lantas Windy mengeryit bingung. "Apa, Lo bisa ceritakan?". Raya mengangguk dan ia mulai menceritakan semuanya.

Windy menghela nafas panjang. "Menurut gw Ray. Lo gak perlu percaya sama perkataan Luna". Ucap Windy. Membuat Raya menatap bingung.

"Dia cuman iri. Karena Lo selalu bisa dekat sama Lio. Lagian juga ya Ray, gw gak pernah ada dengar tuh tentang rumor mereka berdua jadian". Lanjut Windy.

"Tapi... kalo memang rumor itu gak benar? Kenapa Lio gak menyangkal perkataan Luna?". Ucap Raya yang bertanya-tanya.

"Gw gak bisa membenarkan perkataan gw ini. Mungkin, Lio cemburu". Sahut Windy.

"Cemburu? Sama siapa?". Tanya Raya.

"Varo". Balas Windy.

"Ta-tapi Raya gak suka Varo". Sahut Raya.

"Entahlah. Kalian terlihat sangat dekat. Saat keadaan kita bertiga yang belum bisa dikatakan damai sama mereka". Kata Windy. Menatap Raya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Windy!". Panggil Raya. Ketika melihat Windy yang berjalan pergi meninggalkannya. Lantas Raya langsung mengejarnya.

*****

Dug Dug Dug

Bola itu masuk tepat sasaran ke dalam ring. Lina menoleh, menatap ke pinggir lapangan. Dimana, disana ada Raka yang duduk memperhatikannya.

"Ngapain Lo dari tadi si situ?". Tanya Lina tak ramah.

Bukannya menjawab. Raka malah melangkah mendekati Lina. "Kenapa? Gak boleh ya? Gw cuman mau liat seseorang lagi latihan aja kok".

Populer [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang