Chapter 10 - Personal Trainer

142 6 3
                                    

Kalian mau cerita ini cepet tamat nggak? 😂

Happy reading 🌹

*****

Seraphina

Gue lagi lihat chat yang dikirim Kevin sambil senyum-senyum. Rasanya menyenangkan bisa bertukar pesan sama laki-laki yang gue harapkan kehadirannya. Entahlah. Gara-gara ciuman sialan itu—ehm, gue perlu ralat statement ini. Berkat ciuman anugerah itu, gue bisa deket sama Kevin. Mana dia pemilik tempat fitnes yang gue kunjungi beberapa hari yang lalu. Eh, apa sekarang gue harus panggil dia Mas Kevin? Mengingat gue baru tahu kalau umur dia lima tahun di atas gue. Rasanya nggak sopan aja kalau panggil dia cuma pakai nama tanpa embel-embel.

Me
Besok kamu stay di Keyz fit club?

Kevin Hermawan
Yes, Sera.
Besok saya di tempat fitnes seharian karena harus menggantikan personal trainer yang sedang absen.

Mata gue sontak membulat. Kevin jadi personal trainer? Bisa nggak sih kalau gue request kalau dia yang jadi PT gue? Nggak tahu deh, kenapa sejak bertemu Kevin, rasanya gue jadi ugal-ugalan ngejarnya. Gengsi gue ke laki-laki tuh kabur aja gitu.

Me
Boleh nggak kalau aku request kamu jadi PT-ku?

Gue membaca deretan kalimat itu dengan kening berkerut, lalu menggeleng. Geli akan kalimatnya. Kentara banget kalau gue ngejar. Segera gue hapus pesan itu seraya memikirkan kalimat yang tepat untuk dikirimkan. Namun, belum ada satu menit, ponsel gue berdering singkat. Kevin mengirimi pesan lagi.

Kevin
Boleh sekali, Sera. Kapan kamu bisa datang? Saya kosongkan jadwal. Only for you.

Gue tersedak es teh seketika. What? Pesan yang rasanya udah dihapus tadi, karena menurut gue terlalu terang-terangan dan memalukan, ternyata terkirim? Dan Kevin membalasnya! Sera tolol! Mau ditaruh mana muka gue?!

"Merah amat mukanya! Kayaknya ada good news nih!"

Gue gagal menyembunyikan raut wajah gue kali ini. Gue yakin seribu persen, muka gue semerah cherry sekarang. Kali ini, Hazel salah timing datang ke rumah gue. Kenapa pas dia dateng, pas lihat gue salting brutal gini sih?

"Jangan godain gue, please!" Gue langsung memperingatkan Hazel saat laki-laki itu terlihat jahil. Tatapan matanya seolah-olah siap menggoda gue.

Gelak tawa Hazel menggema di ruang keluarga rumah gue. Tentu aja hal itu bikin gue merengut. Apalagi ini laki langsung duduk di sebelah gue dengan mukanya yang super menyebalkan.

"Ternyata begini toh, Seraphina kalau lagi berbunga-bunga?"

"Diem lo!"

"Ehm, jadi, udah seberapa jauh progress-nya?" tanya Hazel seraya mengambil toples kue kering.

"Ogah gue cerita sama lo. Lo annoying."

"Ya ampun, gitu amat sama sohib sendiri."

"Kak Sera, Sea bisa minta to—"

Gue dan Hazel kompak mendongak saat mendengar suara Sea. Saat itu lah gue menahan tawa. Tubuh Sea membeku di tangga saat melihat Hazel berada di sini. Rambut Sea dikucir asal, dan cuma pakai setelan baju celana bergambar little pony. Gue jamin, setelah Hazel pulang dari sini, Sea bakal mengomel dengan sukses!

"Ada apa, Sea?"

Bukan gue yang tanya barusan, melainkan Hazel. Dalam hati, gue bersorak. Hazel itu tipe laki-laki yang peka dan selalu kasih act of service ke orang-orang terdekatnya. Gue sih udah biasa nerima love language-nya itu. Jemput gue pas mau nge-gym, anterin gue makanan ke ruangan kalau gue baru sibuk. Tapi, Sea? Gue jamin, adik semata wayang gue itu lagi salting brutal kali ini. Ngalahin gue yang kebayang Kevin beberapa saat yang lalu.

REASON (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang