Chapter 18 - Gue Suka Sama Lo!

38 5 17
                                    

Happy New Year!
Semoga tahun 2024 ini jauh lebih baik dari tahun lalu ❤️

Happy reading 🌹

*****
Seraphina

Gue lagi sibuk milih baju yang mau dipakai nanti malam saat datang ke rumah Kevin, dan tiba-tiba Sea muncul di pintu walk in closet.

"Duileee ... mau ada acara apa nanti malem? Heboh gini pilih bajunya," komentar Sea saat melihat kondisi walk in closet gue amburadul.

"Mau ketemu camer," jawab gue sambil ambil dress model off shoulder dengan panjang di bawah lutut. Warnanya putih, dengan aksen garis-garis timbul dipadukan sedikit warna pink dan hijau. Terlihat manis. "Bagus nggak kalau kakak pakai ini? Masih sopan kan?"

Sea mengamati dress itu sejenak, lalu mengangguk-angguk. "Bagus. Cocok. Kak Sera cocok pakai baju apa aja. Tapi, bisa nggak kalau pilih bajunya dilanjutin nanti? Ada Kak Hazel di bawah cari Kak Sera."

Mata gue membulat. Tadi gue emang udah janjian sama Hazel buat ketemuan di rumah gue. Rasanya lebih santai dan enak aja kalau ngobrol di rumah daripada harus ketemu di kafe.

"Wah! Oke deh! Thank you, Adek!" seru gue senang bukan main.

"Seneng banget kayaknya? Baru ketemu Kak Hazel lagi setelah sekian lama?" tanya Sea.

Sekarang, giliran kening gue berkerut. "Tahu dari mana kalau kakak sama Hazel nggak pernah ketemu akhir-akhir ini?"

Sea menghela napas. "Kak Hazel sering ke rumah cari Kak Sera, tapi Kak Seranya nggak ada. Pas nge-date mulu sama Kak Kevin."

"Kenapa kamu nggak pernah bilang ke kakak sih?!" tanya gue gemas.

"Kirain tahu kalau Kak Hazel ke sini."

"Oh God," lirih gue. "Ya udah deh, kakak turun dulu ya. Mau ngobrol penting sama Hazel."

"Kak," panggil Sea.

"Ya? Kenapa, Adek?"

"Semoga hubungan pertemanan kalian tetap baik-baik aja ya. Walaupun Kak Sera udah punya pacar."

Kalimat sederhana dari seorang remaja, tapi cukup menohok di hati gue. Mana yang ngomong adik gue sendiri. Aduh, cekit banget rasanya di hati.

Gue cuma bisa tersenyum, dan melenggang meninggalkan Sea yang masih berdiri di sela-sela pintu walk in closet. Semoga aja Sea nggak berusaha nguping obrolan gue sama Hazel. Soalnya, gue mau korek info soal cewek yang jalan sama Hazel di mal. Gue nggak mau Sea sampai denger duluan. Takut dia sakit hati.

"Bray!" panggil gue sambil tepuk bahu Hazel cukup keras.

"Astaga! Kurang kenceng tepuk gue-nya, Ra!" protes Hazel sambil mengusap bahunya yang terasa sakit karena ulah gue. "Lo sejak nge-gym sama Kevin, makin-makin deh powernya! Dikasih dopping terus ya sama Kevin?"

Gue cuma bisa meringis, lalu duduk di hadapan Hazel.

"Zel," panggil gue.

"Hmm?"

"Lo kenapa nggak bilang kalau sering dateng ke rumah?" tanya gue to the point.

Hazel kelihatan salting. Dia langsung usap-usap belakang lehernya dengar pertanyaan gue.

"Dari dulu juga gue nggak pernah bilang kalau mau main ke rumah," jawab Hazel kemudian.

Gue langsung terdiam. Kayak kena skakmat. Emang iya sih. Dari dulu, Hazel kalau mau main ke rumah gue tinggal dateng aja. Dia udah hafal semua jadwal kegiatan gue. Kapan gue di rumah, kapan gue pergi, sama siapa gue jalan. Tapi, sekarang gue nggak pernah kasih laporan ke dia lagi.

REASON (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang