Chapter 20 - Meet The Family

52 4 5
                                    

Halo hai, akhirnya aku bisa lanjutin cerita ini lagi 😂 mohon maaf kalau menunggu lama ya

Happy reading 🌹

*****
Seraphina

Gue dan Kevin sama-sama terdiam di dalam mobil. Entah, padahal jarak rumah gue menuju rumah Kevin hanya empat kilometer. Nggak tahu kenapa rasanya lama banget di jalan. Mobil sunyi, apalagi Kevin nggak nyalain musik.

Rasanya gugup dari sebelum Kevin menjemput gue di rumah tadi. Rasa gugupnya berlipat-lipat saat jarak ke rumah Kevin makin dekat.

"Vin," panggil gue seraya menatap wajahnya yang serius di belakang kemudi.

"Yes, Sera?"

"Tell me about your mom and dad," pinta gue. "Aku gugup mau ketemu mereka."

Tanpa disangka, Kevin tertawa kecil. Dia sempat melirik gue sekilas.

"Secara garis besar, kamu sudah tahu. Keluarga saya tidak harmonis seperti keluarga kamu. Lebih baik nanti kamu menilai sendiri, ya?"

Baiklah. Gue nggak akan memaksa. Wajah Kevin berubah nggak mengenakkan setiap bahas papanya. Kayaknya, hubungan Kevin dan papanya emang seburuk itu. Gue nggak tahu, hal apa yang bakal buat Kevin nantinya berbaikan dengan papanya.

Dan gue menahan napas saat Kevin membelokkan mobil ke sebuah rumah bergaya klasik modern dua lantai.

"This is my house," kata Kevin.

"So pretty," puji gue saat melihat rumahnya. Memang, rumah Kevin nggak sebesar dan semewah rumah gue. Namun, rumah Kevin sangat bersih dan terawat. Maklum, bangunan baru. Kayaknya keluarga Kevin beli rumah ini tepat sebelum pindah ke Indonesia beberapa bulan yang lalu.

"Come, Baby."

Eh? Gimana? Gimana?

Gue nggak salah dengar kan? Kevin panggil gue Baby? Ya Tuhan! Disko lagi jantung gue!

Gue tersenyum kikuk, lalu menerima uluran tangan Kevin yang membantu gue turun dari mobilnya. Nggak sampai di situ, Kevin genggam tangan gue erat saat kami melangkah memasuki rumah.

"Ma! Sera datang!" seru Kevin saat kami melewati pintu utama.

"Vin," panggil gue seraya meremas jemarinya.

Kevin menoleh, lalu memberi senyum yang membuat gue terpana. "It's okay, Sera."

"Halooo."

Sapaan itu membuat gue menoleh ke sumber suara. Tanpa gue tanya lagi, wanita itu adalah mamanya Kevin. Tubuhnya tinggi langsing. Seperti postur seorang model. Wajahnya juga cantik. Walaupun ada beberapa garis tipis menandakan usia.

Gue perkirakan, usia mamanya Kevin sama seperti mom dan papi. Bedanya, mom perawatan gila-gilaan. Menjalani hidup tanpa beban. Sementara mamanya Kevin ... mungkin masih memikirkan bagaimana bisa mendamaikan Kevin dan papanya. Itu hal yang sangat berat, right?

"Selamat malam, Tante. Perkenalkan, saya Sera," kata gue sambil menyalami mamanya Kevin.

"Saya Ruby, mamanya Kevin. Salam kenal ya, cantik."

Ah, Tante Ruby namanya. Mendapat sambutan hangat dari Tante Ruby saja, membuat gue besar kepala bahwa gue diterima di keluarga ini dengan suka cita. Well, kalau nantinya gue dan Kevin menikah, gue akan jadi menantu satu-satunya, kan? Mengingat Kevin adalah anak tunggal.

"Kita ngobrol-ngobrol di belakang aja ya?" tanya Tante Ruby.

"Di mana aja, Tante," jawab gue sopan.

Kini, bukan Kevin yang dampingi gue. Melainkan, Tante Ruby yang merengkuh bahu gue erat. Senyum itu terus terukir di wajahnya yang keibuan. Seolah-olah beliau merasa senang ada gue di sini.

REASON (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang