Happy reading 🌹
Selamat membaca chapter terakhir 😘 terima kasih banyak untuk kalian semua yang sabar menunggu & membaca kisah ini sampai akhir ❤️
*****
KevinSaat membuka mata, aku mendapati Seraphina berada di pelukanku. Sejujurnya, lenganku terasa kebas karena Seraphina memakai lenganku sebagai bantal. Lengan kanannya melingkar memeluk perutku.
Aku tersenyum saat memandangi wajahnya yang terlihat damai saat tidur. Wajahnya tidak lagi pucat. Suhu tubuhnya sudah normal. Mungkin karena kami melakukan skin to skin nyaris sepanjang malam? Ehm, forget it!
Oh, shit! Aku tidak bisa dengan mudahnya melupakan momen itu. Mengingat kejadian semalam rasanya sungguh luar biasa. Well, saat tinggal di Sydney, aku memang sering berkencan dengan para gadis. Dengan mereka, yang ku lakukan hanya sebatas ciuman. Tidak pernah sampai yang namanya 'tidur' bersama.
Bersama Seraphina ... entahlah. Semalam benar-benar membuatku lupa diri dan hilang kendali. Aku benar-benar merindukan dan menginginkannya setelah pertengkaran kami. Pelukan yang saling berbalas. Ciuman balasannya sama panasnya dengan ciuman yang ku berikan. Membuat kami terbakar dan pada akhirnya melebur menjadi satu.
Tanda kemerahan yang tertinggal di dada dan leher Seraphina, serta bekas cakaran di punggungku, cukup menjadi bukti bagaimana keganasan kami semalam. Aku bersyukur karena aku menjadi yang pertama untuknya. Begitu juga sebaliknya.
Dan aku baru menyadari ada yang terlupakan. Saat kami 'melakukannya', aku tidak ingat akan apa pun. Sekarang, saat semuanya sudah terjadi, wajah Om Hugo, Tante Davina, Mama dan Papa hadir membayangiku. Membuatku menelan ludah dengan susah payah. Satu lagi. Sepertinya setelah ini aku akan benar-benar habis di tangan Hazel! Mati!
Aku segera meraih ponsel yang ada di nakas sebelah kiri, agar lengan kananku tidak bergeser dan membangunkan Seraphina. Umpatan kembali lolos saat mendapati puluhan panggilan tidak terjawab serta pesan dari Hazel.
Saat Seraphina menggeliat, aku segera menutup layar ponsel dan meletakkannya kembali. Soal Hazel ... yah lihat saja nanti. Aku hanya bisa pasrah kali ini. Kini, fokusku kembali penuh pada Seraphina yang sedikit demi sedikit mulai membuka matanya.
"Good morning, Sayang," sapaku lembut.
Bukannya menjawab sapaanku, Seraphina malah menyembunyikan wajahnya di bawah lenganku.
"Kenapa tidak dijawab sapaan saya pagi ini?" tanyaku.
"Aku malu," bisik Seraphina.
"Kenapa harus malu? Kamu malu karena kejadian semalam?"
"Kevin ih!" seru Seraphina, kali ini dengan menunjukkan wajah cantiknya.
"Why?" tanyaku seakan-akan menggodanya. Aku suka melihat wajah Seraphina yang memerah karena salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
REASON (TAMAT)
RomanceBagi Seraphina, Kevin adalah happy ending-nya. Bagi Kevin, Seraphina adalah obat untuk semua rasa sakitnya. Semua terasa indah dan membahagiakan saat Kevin & Seraphina bersama. Namun, ketika rahasia itu terungkap, Kevin berubah. Hubungan mereka diba...