Yuhuuu! Udah mau setengah perjalanan nih 🫣
Terima kasih untuk kalian semua yang udah mampir dan kasih dukungan 😘
Happu reading 🌹
*****
Kevin
"Saat ini saya tidak meminta kamu untuk menjadi kekasih saya. Tapi, bolehkah saya meminta izin untuk melakukan pendekatan dengan kamu?"
Aku pernah mengatakan, aku sudah mengenal banyak perempuan selama tinggal di Sydney. Mengajak mereka berkencan dan bersenang-senang tanpa harus banyak berpikir atau sampai meminta izin dari yang bersangkutan. Bahkan, hubunganku dengan para perempuan itu tidak pernah bertahan lama.
Namun, berhadapan dengan Sera ... aku memikirkan banyak hal. Bagaimana aku akan membuatnya bahagia. Apa yang harus aku berikan untuknya agar senyumnya terus terkembang. Bagaimana nanti aku akan berhadapan dengan keluarganya. Apakah keluarganya menyukaiku dan menerimaku atau justru menentang. Baru kali ini, aku memikirkan masa depan yang akan ku hadapi bersama seorang perempuan. Rasanya ... she's the one.
Kini, mataku terpaku pada iris kecokelatannya yang menawan. Kedua mata Seraphina membulat saat mendengar pertanyaanku. Sepertinya dia terkejut, membuatku mengulum senyum. Ekspresinya sangat lucu. Mengingatkanku pada gadis kecil yang ku temui di rumah sakit saat aku berusia 10 tahun kala itu.
"You like me?" tanya Sera dengan wajah memerah.
"Yes."
Aku menjawab dengan tegas. Tidak ada keraguan dalam suaraku karena aku benar-benar menyukainya. Jika Fero mengetahui hal ini, sudah pasti dia akan memakiku tanpa ragu karena aku bisa se-nekat ini. Aku hanya tidak ingin terlambat mengutarakan isi hati. Aku menyukainya dan tertarik padanya. Trully.
Seraphina berdeham, lalu mengalihkan pandangan ke arah lain. Seperti enggan menatapku.
"Sera?" panggilku. Apakah kamu akan menolakku kali ini?
"Ya?" jawab Seraphina dengan suara lirih saat kembali menatapku.
"Jadi, bagaimana jawabannya? Apa kamu memberi izin kepada saya untuk dekat dengan kamu?" tanyaku sekali lagi. "Bukan hanya sebagai teman, tapi mengarah ke hubungan yang serius."
Bukannya menjawab pertanyaanku, Seraphina malah menyesap kopi buatanku hingga tandas. Aku sampai terbelalak melihatnya, mengingat kopi di cangkir itu masih cukup panas untuk diminum sekaligus hingga tidak bersisa.
Setelah itu, Seraphina mengeluarkan ponsel dan jemarinya sibuk menari di layar. Jujur, firasatku dengan kuat mengatakan Seraphina akan menolakku karena dia mendiamkanku cukup lama seperti ini.
"Jika kamu tidak memberi izin, no problem, Sera. Itu hak kamu. Yang saya lakukan hanyalah mengutarakan isi hati saya," kataku kemudian, dengan menyimpan rasa kecewa walaupun seutas senyum tersungging di bibirku.
Alisku berkerut saat Seraphina menyodorkan ponsel padaku secara tiba-tiba. Tentu saja mataku terpaku pada layar ponselnya yang menampakkan foto seorang gadis remaja.
"Dia adikku satu-satunya. Namanya Oceana, biasa dipanggil Sea. You know what? Jarak usia kami 12 tahun. Sekarang dia masih kelas 3 SMA—ehm, you call it High School. I love her very much," kata Seraphina.
Adakah hubungan antara pertanyaanku dengan adik Seraphina yang bernama Oceana?
"Selain americano, aku suka es krim coklat. Lebih spesifiknya yang cone," tutur Seraphina seraya berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
REASON (TAMAT)
Storie d'amoreBagi Seraphina, Kevin adalah happy ending-nya. Bagi Kevin, Seraphina adalah obat untuk semua rasa sakitnya. Semua terasa indah dan membahagiakan saat Kevin & Seraphina bersama. Namun, ketika rahasia itu terungkap, Kevin berubah. Hubungan mereka diba...