8. PERAYAAN HARI LAHIR

77.1K 5.5K 7.5K
                                    

HALOOOOOOOO

Selamat membacaaa, semoga sukaa, aamiin. 

8. PERAYAAN HARI LAHIR

Rayakan, entah cita maupun cinta. Semua punya nafas untuk ada.

***

Awan menggulung di langit biru. Lumayan terik, dan menggugah selera untuk segera menyeduh minuman dingin.

Hari ini ada rekrutmen ektrakurikuler basketball batch dua, di SMANDA. Loket pengumpulan formulir terlihat ramai karena hanya di buka satu jam saja di waktu istirahat pertama. Banyak perempuan yang memenuhi pendaftaran, alih-alih berharap masuk ekskul itu untuk lebih dekat dengan Razi.

"Lo nggak daftar, Ilusi?" tanya Bunga. Mereka mengamati loket pendaftaran dari jauh.

Ilusi menggeleng.

Ayahnya melarangnya. Katanya, ia cukup fokus belajar saja. Meningkatkan akademik. Tanpa fokus pada hal-hal yang masa depannya masih abu-abu. Ayahnya menjelaskannya seperti itu kemarin.

"Dih, sayang banget, padahal banyak loh yang sukses bukan dari nilai rapor atau ijazah, tapi, karena dari hobby mereka, skill mereka," tambah Genta.

"Lagipula, main basket bisa lo jadiin alasan untuk kabur dari dunia yang menuntut untuk jadi segalanya, Ilusi. Masa lo mau ada di hidup yang itu itu terus? maksudnya? ayolah, bergaul, berelasi," tambah Bunga. Mengeluarkan semua kalimat sakti miliknya.

Ilusi menbuang napasnya kasar. Mau di apa? ia masih terlalu kerdil untuk menentukan arah hidupnya.

***

04 Maret, mulai hari ini, diperingati siswa-siswi SMANDA sebagai hari makan gratis di kantin.

Pengumanan di speaker sekolah, membuat heboh semua warga sekolah dengan sorakan senangnya. Di detik kedepan, siswa-siswi berlalu, dengan cepat ke kantin, memburu semua makanan yang ada. Mereka-mereka yang biasanya tidak jajan, hari ini, bisa merasakan jajan puas di kantin. Sebuah perayaan pertambahan umur dari Razi.

"Sultan, asli, yang ditraktir bukan cuma satu tongkrongan, tapi, satu sekolah," kata Bobby, menggeleng-geleng. Uang dari mana itu? banyak bener?!

"Hidup orang kaya," ucap Rama, membanggakan Razi.

Bara merangkul Razi, "Selamat ulang tahun, bro, semoga jadi tua yang selalu tampan."

Asik.

Dari samping kiri, Angkasa baru saja datang, ia meninju pundak Razi keras, membuat laki-laki itu mundur beberapa langkah. Angkasa tertawa ketika Razi menatapnya bingung akan serangan tiba-tiba itu, "Panjang umur, bangsat. Tua sama-sama, ya."

"Waduhh, sakit, nggak, Zi?" Bobby mengelus pundak Razi pelan. Tapi segera ditepis oleh tangan laki-laki itu.

"Supaya kebal dia," kata Angkasa.

"Tonjok lagi nggak, Sa? sampai babak belur?" canda Alaska.

"Anjing," umpat Razi, ia membuka mulutnya, tertawa kecil.

"Moga yang kaya makin kaya, ya, Zi," doa Alaska. "Supaya nanti, kalau kita udah besar, udah butuh dan gila duit, lo bisa jadi lapak utang SATROVA BESAR."

"Anjir, harapannya nggak sopan," bantah Sekala.

Tanpa aba-aba dan kalimat lain lagi, mereka serentak berkata 'aamiin' dengan besar. Disusul tawa, disusul kepungan asap rokok di koridor belakang SMANDA itu.

DIA RAZITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang