HAIII!!! BAB 2 UNTUK KALIAN.
MET BACAAA, SEMOGAA SUKAA AAMIIN <3
2. JIKA SEMESTA TIDAK MENGURUS PERTEMUAN INI
Cinta sedang tertawa, apa yang sebenarnya anak manusia kejar?
***
Kita hanya tamu diatas bumi, kita hanyalah hal-hal yang sebentar lagi akan saling lupa dan hilang. Pagi hilang diganti malam, hujan selesai diganti cerah, putih berubah hitam, dan banyak lainnya yang tak disadari namun ikut bergerak.
Sehabis hujan deras, saat matahari tidak lagi memperlihatkan wujudnya. Motor sport besar warna gradasi biru dan putih memasuki pelataran rumahnya. Rumah yang kini disebutnya sepi karena orang tuanya sudah kembali ke Medan lagi pas dirinya masih di sekolah tadi. Urusan pekerjaan, dan Razi memaklumi itu.
Tentang orang tua yang tidak bisa ada setiap hari dalam dekat, ia sudah mengerti jaraknya, dan ia juga sudah berdamai dengan kasih sayang yang tak sebanyak orang lain miliki. Namun, tetap sangat Razi syukuri.
Dulu, jarak terlihat menyebalkan. Seolah diciptakan sebagai jebakan agar anak manusia berpisah sebelum waktunya. Dulu, bagi Razi jarak adalah perpisahan yang menyamar. Pun orang-orang banyak yang percaya bahwa jarak adalah persiapan kecil menuju rela yang pelan-pelan tercipta. Namun nyatanya, tak selalu begitu, bisa saja jarak hanya sebuah ujian, sebarapa hebat anak manusia menampung rindunya.
Buru-buru Razi turun dari motornya, kemudian melangkah masuk ke rumahnya. Rumah ini punya banyak penghuni, ada kakak laki-lakinya— Raden Suaka Dewa, kakek, tante dan pamannya, juga satu orang sepupunya.
"Woi, malem amat pulangnya, ngapain aja tadi di sekolah?" tanya Raden, menyadari keberadaan Razi saat ia tengah sibuk dengan gadgetnya. Raden adalah mahasiswa baru di sebuah perguruan tinggi di Medan, namun, saat ini, ia masih menikmati masih liburnya sehingga dirinya tidak ikut balik bersama orang tuanya, mungkin seminggu atau dua minggu lagi.
"Basket," jawab Razi, singkat.
"Oh," Raden membentuk mulutnya seperti huruf 'O', dengan Razi yang terus melangkah menuju kamarnya. Mandi, dan bersih-bersih. Tentang Raden, memang jarang obrolan panjang yang terlibat antara dirinya. Namun keduanya adalah laki-laki yang sama-sama memiliki porsi sayang dengan wujud yang berbeda.
Sehabis melakukan aktifitasnya, Razi melirik pada jendela kamarnya, yang ternyata, hujan masih berlanjut mengguyur bumi, memberikan kesempatan pada tumbuhan dan siapapun yang sudah berdoa kepada Tuhan agar memberikan rezekinya.
Handphone yang Razi letakkan di kasurnya berdering, banyak notifikasi yang masuk. Telepon, chat, hampir sebanding. Dan sampai saat ini, Razi belum mengerti terkait manusia-manusia kurang kerjaan yang seperti kehilangan waras karena menghubungi dirinya. Untuk kenalan, untuk ngobrol, atau untuk lainnya yang sama-sama jadi omong kosong.
Terkait itu, dibandingkan ganti nomor, Razi lebih memilih memanfaatkan fitur block. Iya, agar dirinya tidak merasa terganggu lagi, dan yang mengganggu juga tahu diri, tanpa ia beritahu dengan kalimat yang panjang.
Semua nomor baru yang masuk saat itu, resmi ia block dari kanal handphonenya. Sebelum memilih bersantai dengan komik favoritnya. Razi memang kerap menghabiskan malamnya dengan marathon komik, cukup jarang yang tahu, mungkin hanya dirinya sendiri, dengan anggota SATROVA BESAR lainnya. Memang begini caranya mengusir sepi versinya, berhubung juga, tiga saudara Razi lainnya, sama berada di Medan. Hingga ia tidak punya siapapun untuk ia ajak bermain ketika di rumah.
Sampai akhirnya, satu notifikasi mengalihkan pandangan Razi. Yang membuat laki-laki itu bergeser meraih handphonenya.
Dari nomor yang tak dikenal. Namun, dapat Razi ketahui orangnya. Dia perempuan yang menyuapnya kue di sekolah tadi. Perempuan pembuat bolu labu kukus yang dapat juara ketiga. Perempuan yang pernah meminta whatsapp nya juga di parkiran.