BISMILLAHIRAHMANIRAHIM, DENGAN INI KU TULIS SEBUAH ENDING UNTUK CERITA KEEMPAT SAYA.
SIAP BACAAA?
KALIAN TIM APA? SAD/HAPPY?
BOR, INFO LAGI, PO DIA RAZI MASIH DI BUKA UNTUK HARI INII YAAA. KALIAN JANGAN SAMPAI KETINGGALAN. OKEEE. LINK PEMESANAN ADA DI BIO AKU YAA, ADA DI IG JUGAA, BOR.
SELAMAT MEMBACA, SEMOGA SUKA AAMIIN.
31. ILUSI NARAYA DAN MANUSIA LAIN
Nanti, jangan lupa cerita pada besok bahwa kita pernah sebahagia itu.
***
Apa yang lebih tabah dari perpisahan yang dijadwalkan? apa yang lebih tabah dari kisah SMA yang selesai? apa yang lebih tabah dari menyadari bahwa usia untuk bermain-main akan ditinggalkan, dan dewasa akan segera menjemput?
"Berapa lama lo akan kecewa jika sesuatu yang sangat lo inginkan, nggak bisa lo dapatkan?" tanya Ranum kepada Ilusi.
"Nggak tahu, tapi, kayaknya cukup lama."
Ranum menggandeng pundak Ilusi, "Berapa lama?" meminta perempuan itu menaksirnya.
"Bertahun-tahun, mungkin?"
"Lama, juga, ya," nilai Ranum, "Tapi, semoga, setelah kita berpisah, semua bentuk kecewa tidak datang dengan jahat, ya?" ucap Ranum, berdoa.
Di bangku bagian paling belakang, Ranum dan Ilusi kemudian berpelukan. Sebagai dua orang sahabat yang sedang mencapai hari terakhir di sekolah untuk sama-sama. Tidak terasa, mereka dua tahun jadi teman karib, yang saling membutuhkan.
"Aamiin," balas Ilusi. "Selamat hari kelulusan, Ranum."
"Selamat hari kelulusan, juga, Ilusi," balas perempuan yang memakai kacamata itu, juga.
Suasana SMA 1 MAJU JAYA saat ini sedang ramai sekali. Pengumuman kelulusan sudah diberitakan beberapa menit yang lalu. Sorak-sorakan kesenangan yang bercampur sedih mendominasi lapangan dan koridor di sekolah itu. Mereka merayakan selesai.
Hari kelulusan ini, juga jadi hari paling terbahagia untuk Ilusi. Di depan 500 siswa. Namanya berhasil diumumkan sebagai peraih ujian nasional tertinggi. Betapa bersyukurnya dirinya. Ayahnya sekarang juga ada di sekolah, melihat pengumuman itu, memberikan Ilusi apresiasi setinggi-tingginya. "Ayah bangga sekali punya putri seperti kamu."
"Jadi, rencananya, Ilusi akan ambil jurusan apa?" tanya Bu Dawiyah, wali kelas Ilusi. Saat ini sedang berdiri di tengah Ilusi dan Ayahnya.
Dengan lancar, Ayah Ilusi menjawab, "Dia akan masuk mengambil jurusan ekonomi di Institut Pertanian Bogor," jawab Ayah Ilusi. Ini jurusan yang sangat diidam-idamkan sejak dulu. Tapi, ia tidak berhasil meraihnya. Beruntung, Ilusi juga sejak dulu memfavoritkan jurusan ini.
Pendaftaran SNBT kemudian di mulai, Ilusi memakai waktunya untuk fokus mempersiapkan segala-galanya. Perempuan itu menjalankan semuanya dengan baik. Hidupnya tidak lagi menomor satukan tentang percintaan. Ilusi memilih untuk membuka diri, seperti kemauan Ayahnya, menjadi perempuan dengan wawasan yang luas.
Hari ini, seusai melaksanakan SNBT, Ilusi meluangkan waktunya untuk jalan-jalan sendirian di sekitaran kampus Institut Pertanian Bogor. Di tempat itu, matanya melihat Mahasiswa dan Mahasiswa berlalu-lalang, memakai almamater kebanggan kampus tersebut.
Ah, Ilusi tidak percaya, sekarang ia ada di masa ini. Tidak terasa, masa putih abu-abunya, berlalu secepat itu. Tidak terasa juga, bahwa ia sudah tinggal di Bogor selama 2 tahun lamanya. Jakarta sudah bener-benar tertinggal untuknya.