votee dluuuu <3
selamat membacaa, semogaa sukaa Aamiin.
21. INTERAKSI, PESAN, DAN KESANNYA
Hiduplah dengan apa-apa yang kamu sukai, karena aku sudah berdoa, agar salah satu kesukaanmu adalah aku.
***
Sejatinya, lima warna-warni balon yang digenggam, akhirnya meletus juga, balon hijau, lalu pada yang tertinggal, mengajarkan kita untuk memegang erat-erat yang lainnya agar tak hilang.
Pagi ini, asap besar terlihat mengepul di udara, mengotori indra pernafasan karena terpaksa harus menghirup zat pencemaran itu, sahut-sahutan suara pejalan yang mengatakan bahwa sedang ada penutupan jalan karena aksi tawuran antar sekolah. Omelan dan umpatan pengendara tak terkendali, semuanya merasa dirugikan atas hal ini.
"Putar balik aja, kamu nggak usah ke sekolah, ini nggak aman," Motor Ayah Ilusi dan motor Ilusi berhenti. Ketika melihat banyak kendaraan yang memutar arah. Resmi, jalanan umum ke SMA ANDROMEDA benar-benar di blokade.
"Hari ini ada ulangan Ekonomi, Ayah," beritahu Ilusi. "Lagian nggak ada pemberitahuan libur."
"Ulangan susulan nggak bisa?"
"Ya, nggak bisa dong, Ayah," jawab Ilusi. Mata pelajaran ekonomi peminatan baginya, sangat sulit, Ilusi tidak bisa membayangkan jika harus mengerjakan ulangan itu sendirian, di depan Pak Rojali.
Ayah Ilusi melirik arlojinya. Sudah sangat mepet masuk jam kerjanya. Ia tidak boleh terlambat, agar jejak kualitas kerja dan kedisiplinannya tidak terganggu, karena itu sangat mempengaruhi gaji yang akan ia peroleh. Apalagi, Ayah Ilusi sudah tidak punya jatah izin untuk bulan ini. Kemarin ia pakai untuk ke Bogor, melihat rumah yang akan mereka tempati ketika pindah.
"Ayah ke kantor aja, Ilusi bisa cari teman buat ke sekolah lewat jalan belakang." Tentu Ilusi paham makna wajah gelisah Ayahnya.
"Aman nggak? Ayah nggak mau kamu kenapa-kenapa."
"Nggak apa-apa, Ayah, aman," ucap Ilusi menenangkan. Meski dirinya belum tahu, apakah ini aman, atau tidak.
"Bener?"
Pekerjaan dan anak memang jadi satu pilihan yang sampai kapanpun, susah untuk dipilih. Semua berharga, semua punya prioritasnya.
"Iya, Ayah."
Waktu itu, dengan sangat berat hati, Ayah Ilusi meninggalkan putrinya. Ketika ia ingat lagi, bahwa pagi ini ada pertemuan penting dengan atasannya. "Ayah pergi, hati-hati," katanya.
Ilusi mengangguk, "Hati-hati juga, Ayah."
Kepergian Ayahnya, meninggalkan Ilusi dengan kebingungannya. Padatnya kendaraan saat itu, terasa pusing untuk dikatakan sebagai pagi yang cerah. Ilusi heran, apa gunanya tawuran antar pelajar itu? Memangnya jika menang, kita akan dapat piala? Kan enggak.
"Ilusi," panggil seseorang.
Ilusi menoleh menatap motor sport yang kini ada di sebelahnya. "Ikutin gue." laki-laki itu menepati ucapannya.
"Ke mana?"
Razi menaikkan alisnya, wajahnya cukup serius, "Ke sekolah kan?"
"Oh iya.. iyaa..."
Razi membelokkan motornya, dan Ilusi mengikutinya dari belakang. Tangan laki-laki itu tidak pernah lepas memberi kode ke kendaraan lain untuk hati-hati. Seolah menciptakan kawasan yang aman untuk Ilusi berkendara.