9. WAKTU JAKARTA BAGIAN TERBIASA

69.6K 5K 4.4K
                                    

LONG TIME NO SEEE😁👋🏻

VOTEE DULUUU

selamat membacaaaa, semoga sukaa, aamiin.

9. WAKTU JAKARTA BAGIAN TERBIASA

Pada nanti, semoga kita bukan hanya jadi kenangan saja.
***

Ilusi mengambil keputusan untuk bergabung ke tim basket sekolah atas tawaran Tina beberapa hari yang lalu. Perempuan itu, sekarang ada di ruangan ganti, siap-siap untuk latihan, sebelum dua hari lagi pertandingan basket akan dilaksanakan.

Ya, meski ini bertentangan dengan kemauan Ayahnya, meski ini mengingkari larangan sang Ayah, tapi, apa salahnya berelasi dan menyalurkan minat? Apa salahnya bermain basket? Ilusi pikir, nanti, ia hanya akan mendapatkan teguran saja....

Di depan cermin, Ilusi mengikat rambutnya rapi. Mengganti sepatunya dengan sepatu olahraga, lalu berlalu keluar, karena beberapa orang sudah melakukan pemanasan di lapangan.

"Ayo, buruan, bergabung," kata Pak Auris—pelatih Basket SMANDA.

Latihan siang itu, amat ramai. Tim basket putri bergabung dengan tim basket putra di lapangan yang luasnya tidak seberapa. Di pemanasan- pemanasan kecil, antara lari, lempar, dan tangkap. Sesekali Ilusi mengamati punggung Razi yang memang jadi 'pusat perhatian' beberapa perempuan di tempat itu.

Terlihat selalu tampan memang,
Ya, karena selalu ada satu orang yang diciptakan Tuhan begitu bagus. Entah matanya, senyum kakunya, cara ia bermain basket, bentuk hidungnya, dan cerita tentang hidupnya.

Ilusi konsisten latihan waktu itu. Ia benar-benar terlihat serius dengan bola basket yang ada di tangannya. Kemahirannya sudah diapresiasi oleh Pak Auris. Ilusi berbakat di bidang basket.

"Kan, lo tuh bagus mainnya," kata Tina. Setelah mereka bermain kurang lebih tiga puluh menit di lapangan.

"Lo juga jago," balas Ilusi. Memuji Tina. Ia kapten tim basket putri SMANDA.

Secara seksama, mereka kemudian berjalan beriringan menuju pinggir lapangan. Ada penyampaian dari Pak Auris, yang setelah itu disusul oleh istirahat.

"Ilusi," Tina menarik tangan Ilusi. Sebelum keduanya meninggalkan lapangan.

"Apa?"

Perempuan itu terlihat kebingungan menyampaikan, tapi, ia harus mengeluarkan apa yang sejak tadi berakar di kepalanya, "Ini cuma perasaan gue doang, atau lo juga ngerasain?" bisik Tina. Agak horor.

Mata Ilusi menyipit, tidak paham dengan yang Tina katakan. "Maksudnya?"

"Lo ngerasa ngga sih? Sejak lo masuk lapangan, ada sepasang mata yang sejak tadi mengamati lo."

"Siapa?" tanya Ilusi, tidak menyadarinya.

"Razi," sebut Tina. "Gue beberapa kali notice dia."

Tina menyampaikan itu, karena ia baru saja, melihat Razi seintens itu menatap seseorang. Sebagai sama-sama kapten di ekskul basket, Tina baru tahu, kalau Razi juga betah menatap seseorang? Perempuan?Maksudnya? Cara Razi menatap Ilusi?

Ilusi membulatkan mulutnya. "Oh."

Biar cinta datang karena terbiasa...

Lirik lagu Dewa 19, seperti mengalun dikepala Ilusi. Haha, lucu juga, berharap ia bisa membuktikan kebenaran lirik-lirik lagu itu di manusia yang seperti Razi? Ah, terlalu tinggi...

***

Komik yang baru saja Razi tamatkan menyebalkan, karena sad ending. Laki-laki itu menyugar rambutnya gusar, lalu membuang nafasnya dengan teratur.

DIA RAZITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang