18. RENCANA-RENCANA MANUSIA

69.4K 5K 6.2K
                                    

VOTEEE DULUUUU BORRRR

SELAMAT MEMBACA, SEMOGAA SUKAAA AAMIIN

18. RENCANA-RENCANA MANUSIA

Kita harus senang karena saling menemukan.

***

Seperti rencana Angkasa, ia datang ke pertandingan basket private Aruna yang dilaksanakan di batas kota bersama Razi. Pertandingan ini tidak membawa nama sekolah, pertandingan ini milik mereka yang tergabung di tim yang dibentuk oleh salah satu pemain basket nasional indonesia. Melalui seleksi, dan banyak tahap untuk bisa bergabung, Aruna beruntung karena namanya tertulis.

"Semangat, adek gue," ucap Angkasa. Ia mengusap rambut Aruna tulus, seraya berbisik, "Kalau ada yang main kasar, kasarin balik."

Aruna tertawa mendengar kalimat itu, "Heh, nggak boleh kan."

"Semangat, Aruna," kata Razi sebelum perempuan itu bertanding. Mereka melakukan high five penuh optimis.

Tatapan Aruna pada Razi sangat lekat, pupil matanya yang semakin membesar seperti tidak bisa mengelak. Angkasa bisa menebaknya, dan tentu Razi tidak mungkin sekaku itu untuk tidak peka.

Aruna meninggalkan keduanya di kursi penonton, bergabung dengan timnya. Dan, kesempatan itu Angkasa gunakan mengucapkan beberapa hal pada Razi.

"Lo nggak peka, ya?" tanya Angkasa.

"Peka."

Jika Razi menjawab tidak, wah parah, "Lo suka juga?" tanya Angkasa, terkesan menuntut, terkesan ikut campur karena penasaran.

Pertanyaan tentang perasaan itu penuh gengsi untuk selalu ditanyakan dan dijawab, tapi setinggi apapun pertahanan, lebih baik tahu jawabannya daripada lelah sendirian.

"Sama Aruna?" Angkasa mengangguk.

"Semua anak SATROVA BESAR suka dia," jawab Razi.

"Berarti lo nggak peka, anjing!"

"Slow, man," Razi tertawa kecil. Ia menggeleng-geleng, matanya menatap Aruna yang sudah berada di tengah lapangan.

"Kalau lo nyakitin adek gue, asli, lo bukan temen gue," cetus Angkasa.

Ya, kalimat itu terulang-ulang di kepala Razi. Lalu sebagai kata penenang, anggaplah Angkasa sedang bercanda.

Alih-alih memikirkan bagaimana yang Angkasa katakan. Kepala Razi malah sibuk memikirkan nama 'Ilusi', seperti sedang apa perempuan itu, apa dan bagaimana selanjutnya yang terjadi diantara mereka. Pikiran Razi terus membicarakan Ilusi. Untuk pertama kalinya, ada perempuan yang membuat pikirannya seperti ini. Terasa aneh dan tidak masuk akal.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DIA RAZITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang