[Lumayan panjang bacanya pelan-pelan, oke]
[happy reading oll]
Sagara membawa satu tangannya di belakang kepala, menyangganya dengan pandangan mengarah pada langit yang terik—sontak mata Sagara dibuat menyipit, dia meraih kaleng minumannya yang langsung ia tenggak hingga setengah.
Perhatiannya teralih saat mendengar pintu rooftop yang terbuka lebar, terdengar suara teman-temannya yang datang sambil terbahak—entah menertawakan apa.
Sagara duduk, lalu menoleh dan mendapati Jay, Jax, Gozy serta Andro. Dahinya mengerut saat tidak melihat sosok Jeffran diantara mereka berenpat.
"Lo daritadi disini, Gar?"
Sagara berdehem pelan sebagai jawaban.
"Bagi rokok, Jay." pinta Andro.
Jay menggeleng keras. Tampak ogah memberikan satu batang rokok terakhirnya pada Andro, pasalnya cowok itu sudah—dengan tanpa izin menyesap tiga batang rokok miliknya hari ini. "Gak. Punya gue tinggal sebatang."
"Buat gue aja sini, nanti lo beli lagi."
"Lo aja sono beli sendiri," sahut Jay galak.
Andro berdecak. "Ah elah."
"Dro," panggil Sagara membuat cowok itu menoleh. Dia dengan sigap menangkap benda yang dilempar tiba-tiba oleh Sagara.
"Lo abis nyebat? Bukannya lo bilang udah nggak?" ucap Andro mendapati benda yang dilempar Sagara adalah sebungkus rokok.
"Punya Jeffran." jawab Sagara, sementara Andro hanya manggut-manggut sambil ber-oh panjang. Dia mengambil isinya dan menyalakan satu batang nikotin itu dengan pematik api.
"Dia kemana?"
"Rumah sakit." jawab Jax, terlihat sibuk bermain ponsel—membalas banyak chat cewek-cewek di ponselnya.
Mendengar itu, alis Sagara terangkat. "Ngapain? Siapa yang sakit? Bokap nyokapnya?"
Gozy berdecak. Dia membuka seragam atasnya, menyisakan kaus hitam tanpa lengan dan ikut duduk dikursi tepat di samping Jax. "Kalo mereka berdua, gue sansi Jeffran bakal peduli."
"Maksud lo?"
"Jessamine. Jeffran bawa Jeje ke rumah sakit. Tadi di kantin si Jeje gak sengaja nabrak orang, dia ketumpahan kuah sup, mana masih panas lagi."
Setelahnya Gozy menceritakan semua yang tadi terjadi di kantin, dari mulai Jessamine yang ketumpahan kuah sup, Valerie yang mengamuk, dan Jeffran yang terlihat khawatir saat mendapati Jessamine yang kesakitan.
"Lo liat gak tadi mukanya si Jeffran? Keliatan khawatir banget, kayak takut gitu. Mana gercep banget segala gendong Jeje, gue nggak percaya kalo dia gak ada perasaan apa-apa sama Jeje."
Jax menatap Andro. "Naluri sebagai cowok waktu liat orang kesakitan, apalagi cewek. Lo liat 'kan tadi? Yang lain malah kayak orang tolol, gak ngelakuin apapun. Dan Valerie ... yang notabenya temennya sendiri justru malah ngeributin hal yang gak penting, dibanding bawa Jeje ke UKS. Jadi, wajar menurut gue."
"Wajar kalo tu cowok bukan Jeffran. Tapi, nyatanya itu Jeffran, gue yakin bukan cuma gue aja yang kepikiran Jeffran sama Jeje ada something 'kan?" ujar Jay. Dia enggan sependapat dengan Jax, pasalnya dia juga merasakan hal yang berbeda dari interaksi Jeffran dengan Jessamine. Dalam sepengetahuan Jay— yang sudah lama berteman dengan Jeffran, cowok itu tidak akan pernah peduli pada orang yang tidak dia anggap sebagai seseorang yang penting.
Jeffran itu acuh, terlebih pada orang-orang yang dia anggap berada di luar batas teritorinya.
Jay tidak akan heran jika orang itu adalah Acha. Tapi Jessamine? Jay saja masih heran dengan awal mula kedekatan mereka berdua, setelah dua tahun sebelumnya Jay nyaris— atau bahkan tidak pernah sama sekali melihat interaksi antara Jeffran dan Jeje.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's me, Another Jessamine
FantasyKisah seorang Jasmine Putri Naysha yang terperangkap dalam tubuh figuran novel yang lemah bernama Jessamine Auriel Sabrina Soedarsono.