Pada pagi hari yang cerah, seorang remaja dengan rambut panjangnya yang di ikat terlihat sedang duduk di teras rumah kayunya yang seperti villa itu, menunggu teman-teman lainnya bersiap untuk pergi ke Taman desa di dekat rumah mereka.
"Ayo jalan, udah siap nih"
"Lama banget kalian" ucap gadis yang bernama Wendy itu dengan wajah masam karena lelah menunggu.
"Daripada lo cemberut gitu, mending bantu bawa barang-barang buat piknik nanti" kata Seulgi dan memberikan keranjang berisi makanan kepada Wendy.
"Iyaiyaaa gue bantu"
Perjalanan mereka lalui dengan berjalan kaki, selama diperjalanan mereka sesekali menjahili satu sama lain, seperti sekarang Yeri dengan sengaja menendang batu yang menyebabkan Irene tersandung, Wendy yang memukul bahu Joy kemudian berlari dari kejaran temannya, serta Seulgi yang tau Wendy akan merebut buah di tangannya segera mundur agar Wendy oleng. Tidak perlu waktu lama untuk sampai, hanya sekitar 10 menit jika berjalan kaki.
Sesampainya mereka di Taman, mereka langsung merapikan barang bawaan tadi. Joy yang melebarkan kain tebal untuk melapisi rumput yang akan mereka duduki dibantu Yeri, setelahnya Wendy menaruh keranjang yang ia bawa dan makanan yang dibawa tadi ditata dengan sangat rapi diatas kain.
"Akhirnya beres, siapa yang mau main air"
baru saja Seulgi berucap, Yeri sudah lebih dahulu lari kearah sungai kecil di dekat bebatuan sambil menarik Wendy dan Joy agar mereka tidak hanya duduk diam sambil menghabiskan makanan.
"GAK SABARAN BANGET LO YER" -Wendy
"YER PELAN-PELAN, GUE MAU JATUH GARA-GARA GAK SEIMBANG" -Joy
Yeri tidak mendengarkan dan terus lanjut menyeret mereka, sedangkan Irene hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan yang paling muda dan menyusul mereka bersama Seulgi.
Yeri yang pertama masuk ke dalam air disusul kedua temannya yang ia tarik tadi.
"Karena lo tadi udah jailin gue, sekarang giliran gue yang jailin lo" Wendy dengan cepat menghindar dari Joy yang ingin menyiramnya.
"Hahaha kejar aja kalau lo bisa"
Yeri yang jahil tentu saja membantu Joy untuk melaksanakan aksinya.
Terlalu fokus mengejek temannya, Wendy tidak sadar hampir menabrak tubuh Yeri yang entah sejak kapan berada di depannya.
"Ehh Yer misi, lo haling jal-"
byurrr ~~~
Tidak dapat menghindar, akhirnya rambut Wendy basah akibat guyuran air dari Joy.
"Rasain tuh siapa suruh jailin gue tadi" Joy dan Yeri melakukan high five karena rencana mereka berhasil.
"Sialan lo berdua"
Begitulah akhirnya mereka melanjutkan menjahili satu sama lain dengan Seulgi dan Irene yang kali ini ikut bermain bersama ketiganya.
Mereka bermain seperti yang biasa mereka lakukan jika berada disini, menyipratkan air satu sama lain, bernyanyi, juga memotret kebersamaan mereka yang sewaktu-waktu akan mereka rindukan nanti.
"Huhhh udahan yuk, capek" ucap Joy yang diberi anggukan oleh Yeri.
"Yaudah ayo sekarang kita makan buat isi energi" Irene berjalan lebih dulu dan diikuti teman-temannya.
Wendy bersandar pada batu besar di dekat tempat mereka diam sembari memakan roti isi yang Seulgi buat. Dia terlihat sibuk dengan ponsel di genggamannya.
"Sekarang kan kita lagi liburan semester, kalian apa gak punya rencana buat pergi ke suatu tempat?" Tanya Wendy kepada empat temannya.
"Gue juga bingung mau kemana" Irene berucap, ia juga ingin berlibur hanya saja tidak tau harus kemana. "Ohiya, gue waktu itu sempat gak sengaja lihat buku lama kakek gue di gudang" lanjutnya.
"Kenapa lo tiba-tiba ngomongin itu?" Tanya Yeri penasaran.
"Karna gue penasaran, dibuku itu ketulis kalau desa kita ini dulunya cuma hutan biasa belum ada rumah-rumah kayak sekarang. Karena keberadaannya yang terasa mistis, walikota melarang orang-orang untuk membangun perumahan maupun pedesaan di daerah sini"
"Terus kenapa sekarang udah dibangun pedesaan? Kita pun dari lahir udah tinggal disini" -Seulgi
"Berdasarkan yang gue baca sih dulunya hutan ini ada semacam portal, portal yang menghubungkan dunia lain dengan bumi".
"Maksud lo kayak dunia pararel gitu?" Tebak Wendy.
"Bisa dibilang gitu, tapi karena portal itu hilang serta aura mistis dan mencekam itu menghilang, warga diizinkan untuk membangun rumah disekitar sini dan digunakan untuk pertanian, perkebunan, dan mencari sumber daya lainnya"
"Gue penasaran kira-kira gimana bentukan tuh portal, terus kenapa bisa ada di daerah sini, mana tiba-tiba menghilang tanpa ada yang tau kemana hilangnya portal itu"
"Gue juga penasaran Wen makanya gue cerita tentang ini ke kalian, ada gambar juga didalam buku itu, gambarnya itu semacam pintu kayu dan pagar kayu yg nyatu antara 2 pohon besar" ucap Irene menyelesaikan perkataannya.
"Mumpung kita liburnya lama, gimana kalau kita cari portal itu? Lo pada mikir apa yang gue pikirin gak, kayak gak mungkin kan portal itu tiba-tiba aja hilang gitu aja" Joy sangat penasaran dengan portal yang di ceritakan Irene tadi.
"Yakin lo mau nyari? Gue takut, kalau tiba-tiba kita beneran ada di dunia pararel gimana?" Jawab Irene.
"Kata gue kita harus cari portal itu" semuanya mengarahkan pandangan ke arah Wendy yang baru saja berbicara.
"Gue juga dulu sewaktu masih kecil, denger cerita ini dari kakek dan nenek gue, gue baru inget setelah Irene ngasih tau detail isi buku kakeknya, tapi dulu gue beneran nggak tau apa-apa, jadi gue cuma dengerin cerita mereka doang tanpa tau itu beneran atau cuma cerita dongeng tentang desa kita"
"Sebenernya gue masih bingung, kenapa kakek bisa punya itu buku? Beliau buat sendiri atau gimana"
"Makanya gue saranin buat kita cari tau, desa kita benar-benar banyak misteri nya, seenggaknya kita harus tau apa yang terjadi"
Keempat temannya yang lain tampak berpikir, betul juga apa kata Wendy, mereka juga sempat penasaran dengan desa yang mereka tempati sekarang, mereka belum pernah mendengar cerita tentang desa mereka dari orang-orang baik di desa, di kota, dan di kampus mereka. Juga penasaran pada kakek nenek mereka, kenapa mereka menyimpan banyak barang kuno, buku-buku dan keris di gudang rumah mereka.
"Gue setuju, kita buat rencana dirumah Irene sekalian kita lihat sama-sama buku itu buat jadi petunjuk, cuma itu yang bisa bantu kita buat cari portal itu" kata Seulgi disetujui teman-temannya.
Mereka berkumpul membuat sebuah lingkaran dan mulai menyusun rencana untuk mereka dilaksanakan 2 hari kemudian.
Semua buku lama milik leluhur dan kakek nenek mereka, mereka keluarkan, semua barang-barang yang mereka yakini bisa menjadi petunjuk, mereka kumpulkan. Tidak ada satupun yang mereka lewatkan, dengan sangat teliti, satu demi satu gambar mereka lihat, kata demi kata yang mereka baca, benar-benar mereka terlihat serius dalam rencana mereka.
Ini seperti sebuah petualangan baru bagi mereka, mereka memang terlihat seperti gadis biasa pada umumnya, namun mereka sangat pemberani, jika ada tantangan apapun mereka akan menghadapinya meski sedang dalam keadaan takut sekalipun mereka tetap bisa menyelesaikan tantangan atau misi tersebut. Itu beberapa alasan kenapa mereka sangat ingin mengetahui kisah lama desa mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho Island | Red Velvet & Aespa ft. 00 Line
FantasyWendy melihat pintu kayu dibalik tumbuhan bunga kertas yang merambat dan menyamakannya dengan gambar yang ada di buku milik Irene "pintu ini sama persis dengan yang ada di buku kakek mu" -Wendy