Kali ini kita akan fokus kepada Irene dan Yeri yang sedang berlatih. Posisi mereka sekarang berada disamping danau air terjun.
Dimulai dengan Irene yang mencoba mengarahkan tongkat sihir ditangan nya ke air, mencoba mengendalikannya, namun cukup sulit dari yang dibayangkan, air yang naik baru bisa mencapai tinggi 5cm.
"Kenapa susah banget"
Aeri memberi arahan ke yang lebih tua. "Coba fokuskan pikiran terhadap air, air memiliki dua sifat yaitu tenang dan ganas, sekarang cobalah untuk menjadi tenang terlebih dahulu, anggap air itu ringan, arahkan kemanapun kau mau dan kendalikan sampai kau bisa membuat air itu ganas"
Irene mengikuti arahan Aeri, mencoba menenangkan pikirannya dan hanya fokus pada air, perlahan-lahan tongkat sihir nya kembali diarahkan pada air mencoba mengangkat air itu yang semulanya dirasa berat, ia terus berusaha agar air tersebut patuh padanya dan menjadi semakin ringan. Dirasa air itu sudah dalam kuasanya, ia mencoba mengarahkan air keatas membuat sebuah pusaran kecil agar tidak merusak area sekitar air. Dikembalikan lagi air itu ke semula, sekarang ia mencoba membuat sesuatu dari air, seperti benda hewan dan lain sebagainya.
Dia pikirkan hewan apa yang ingin dibuat, diangkatnya kembali air tepat diatas permukaan danau dan mencoba menyebutkan hewan itu dalam hati "berubah lah membentuk wujud gajah" tongkat itu menurut dan menyalurkan sihir kearah air, Irene berhasil membuat wujud gajah dari air, ia senang dapat mempelajari dasar kekuatannya dengan benar. Sekarang ia harus fokus menyeimbangkan kemampuan nya, karena yang tadi hanya permulaan.
Sihirnya belum bisa bertahan lama, hanya bisa bertahan 3 menit saja dan air kembali ke sumbernya, juga memerlukan energi yang cukup banyak untuk membentuk satu wujud air yang ia inginkan, ia harus mencoba bagaimana cara agar energi nya tidak terkuras terlalu banyak saat mencoba membuat sesuatu. Selain itu, Irene harus lebih pintar lagi dalam mengendalikan air, jika ia lengah sedikit saja, air itu bisa hancur dan membuatnya terpental karna ledakan dari air.
Aeri membiarkan Irene mencoba sendiri kekuatannya, karna Aeri hanya bertugas memberikan arahan jika Irene tidak mampu mengendalikan atau tidak tau cara nya mengkreasikan sang air menjadi beberapa wujud.
"Apa kau bisa berlatih sendiri setelah ini? Jika perlu bantuan panggil saja"
"Aku akan berusaha sendiri terlebih dahulu dan mencoba menguasai air lebih baik lagi, sekarang kau ajarkan Yeri saja dulu"
Aeri mengangguk, kemudian menghampiri Yeri yang duduk di bebatuan besar sembari menunggu gilirannya udah berlatih.
Beralih pada Yeri sekarang, sedari tadi ia hanya diam memperhatikan Irene yang mencoba kekuatannya, ia merasa takjub dan mulai memikirkan kekuatannya, apa ia juga bisa menguasai dasarnya dengan cepat, begitu isi pikirannya sedari tadi.
Aeri menghampiri Yeri yang diam, mengatakan padanya untuk tidak terlalu panik dan jangan memikirkan hal yang dapat menganggu konsentrasinya, karna pada dasar nya kekuatan tanah harus memiliki tingkat konsentrasi yang sangat tinggi, salah sedikit saja dapat membuat area tanah yang lain retak, tanah disekitarnya juga akan bergetar seperti gempa bumi tergantung seberapa besar kekuatan yang disalurkan.
"Kali ini kau coba, sama seperti kak Irene tadi, jangan lengah tetaplah fokus, jika fokus mu teralih itu akan berdampak pada retakan tanah, kita akan menguji kekuatan tanah mu terlebih dahulu"
"Tapi aku tidak yakin, bagaimana jika gagal?"
"Kau pasti bisa, kendalikan mereka cobalah bersahabat dengan tanah, jika mereka sudah dalam kendali mu, mereka akan menuruti apa yang kau perintahkan dengan sihir"
Yeri menarik nafas panjang lalu dihembuskan, mencoba setenang mungkin seperti yang dilakukan Irene. Disentuh tanah disekitarnya untuk mengecek apakah tanah ini aman atau tidak, dirasa tidak ada getaran apapun dengan perlahan Yeri mengarahkan tongkat sihirnya, memberi perintah pada tongkat untuk mengangkat sedikit tanah membuat tameng perlindungan, awalnya tanah itu kembali roboh, namun tekad nya sudah kuat Yeri tidak akan menyerah, kembali diarahkan tongkat sihir nya, dengan sekuat tenaga ia bentuk tameng perlindungan dari tanah.
"Aeri, aku ingin kau mencoba mengarahkan sihir kearah ku dan aku akan mencoba menghindari nya dengan tameng tanah yang sudah ku coba tadi"
"Kau yakin kak? Itu berbahaya"
"Tidak apa percaya lah, aku harus berani dan peka terhadap serangan agar aku tidak terlambat dalam bertindak"
Aeri jujur takut, kekuatan sihir yang akan dikeluarkan memang tidak akan melukai Yeri, tapi mengingat bahwa darah penyihir pada tubuh Yeri masih belum sepenuhnya muncul, Aeri tambah ragu.
"Tidak apa aku akan coba untuk tidak terluka"
Melihat semangat Yeri untuk memulai tantangan, akhirnya Aeri menurutinya, Aeri mulai mengucapkan sebuah mantra dan menuju kearah Yeri. Dengan sigap Yeri langsung memerintahkan tanah itu untuk melindungi nya. Benar saja, Yeri tidak terluka berkat tameng tanah nya, sekarang ia dapat mengendalikan tanah dengan mudah dan pergerakan tanahnya tidak lambat seperti sebelumnya.
"Yesss, gue sekarang udah bisa ngendaliin tanah tinggal perlu gue asah lagi, kan gak lucu ya waktu perang nanti tiba-tiba ni tanah roboh terus ada gempa bumi dadakan" ucap Yeri bangga pada dirinya sendiri.
"Kau mau belajar mengendalikan batu sekarang atau fokus dengan kekuatan tanah dulu?"
Yeri tampak berpikir, ada baiknya ia belajar sekarang, tanah dan batu saling berhubungan jadi nanti ia akan mencoba mengendalikan tanah dan batu bersamaan.
"Sekarang aja, nanti aku mau eksperimen pakai tanah sama batu hahaha"
Heran, Yeri ini kan dulunya penakut, mengapa sekarang dia sangat menyukai tantangan?
"Baiklah, lakukan saja seperti sebelumnya, kekuatan batu hanya bisa dipergunakan untuk memindahkan batu besar kesatu tempat ke tempat lain, menyatukan batu dengan elemen tanah untuk membuat raksasa tanah dan batu, jika bebatuan kecil dapat dikumpulkan menjadi satu membentuk hewan, kau juga bisa membelah batu menggunakan sihir"
Yeri paham, ia akan mencoba untuk memindahkan batu besar terlebih dahulu karna dirasa ini akan sulit, batu itu sangatlah berat jika di angkat. Kembali menyatukan dirinya dengan tongkat miliknya, Yeri terfokus pada satu batu besar dihadapannya, kemudian sihirnya diperintahkan untuk mengangkat batu itu ke dalam air dengan hati-hati supaya getaran yang dibuat oleh batu tidak keras, ia berhasil pada percobaan pertama nya, diarahkan batu itu perlahan ke tepian danau yang lumayan dekat dengan air terjun. Yeri terus memindahkan bebatuan yang berukuran beda ke dalam air, setelah dirasa hal yang ia buat sudah benar dan tersusun rapi, Yeri berteriak memanggil Irene.
"IRENEEEEE"
"KENAPA" Irene ikut berteriak karna jarak mereka.
"COBA LO KESINI SEBENTAR, BANTUIN GUE"
Mendengar Yeri memanggilnya untuk mendekat, Irene segera pergi, saat sampai Irene heran karna Yeri belum mengatakan apapun dan hanya melihatnya.
"Coba lo arahin air terjun itu kearah bebatuan yang udah gue susun"
Irene melihat kearah air terjun, disamping air terjun itu ada daratan yang agak tinggi membatasi, dilihatnya batu yang disusun Yeri, ternyata Yeri menyusun batu itu dengan 2 arah agar air itu dapat mengalir dari tempat yang berbeda. Mengerti dengan maksud Yeri, Irene mencoba mengarahkan air itu ketempat yang diinginkan.
Irene sedikit kesulitan karna tekanan air pada air terjun itu sangat kuat, berkat kerjasama dengan sihirnya yang semakin kuat, akhirnya Irene berhasil mengalirkan air terjun itu mengalir ke arah bebatuan yang disusun oleh Yeri. Kedua nya senang karna berhasil, sekarang pemandangan pada air terjun itu semakin indah berkat kemampuan mereka berdua.
"Yuhuu hebat banget kita" Yeri bersorak senang melihat kearah air terjun.
"Udah kan? Gue mau lanjut latihan nih, ganggu aja lo"
"Oh gitu lo sekarang sekarang sama temen sendiri"
Irene tertawa melihat wajah kesal Yeri, dasar ada saja drama nya anak ini.
"Yaudadeh, gue juga mau eksperimen ngebelah baru terus nyatuin itu batu lagi"
Mereka berdua terus berlatih dan berlatih, sampai kekuatan mereka nantinya dikatakan tidak bisa diremehkan, mereka juga akan saling bekerjasama, karna elemen kekuatan yang mereka berdua punya berhubungan yaitu elemen alam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho Island | Red Velvet & Aespa ft. 00 Line
FantasyWendy melihat pintu kayu dibalik tumbuhan bunga kertas yang merambat dan menyamakannya dengan gambar yang ada di buku milik Irene "pintu ini sama persis dengan yang ada di buku kakek mu" -Wendy