Sang Surya sudah menampakkan dirinya sedari tadi, awan putih menghiasi langit biru yang cerah, sinar matahari yang mengarah pada sungai menciptakan ilustrasi pelangi yang indah, suasana yang memukau untuk dilihat setiap paginya.
Kali ini yang mereka lakukan setelah terbangun dari tidur malam mereka adalah melakukan kegiatan seperti biasa, ada yang bermain disungai, mengobrol, bermain dengan kekuatan mereka dan masih banyak lagi.
Anak-anak lelaki kini sedang berkumpul bersama dengan kegiatan mereka masing-masing. Salah satu dari mereka hanya diam seperti memikirkan sesuatu, dia adalah Bomin.
"Oi Min" panggil Jisung.
"Apa?/Kenapa?" Jaemin dan Seungmin yang meresa terpanggil malah menjawab.
"Gue manggil Bomin bukan lo berdua"
"Ya lo manggilnya Min, kan nama gue juga Min" kesal Jaemin pada Jisung.
"Siapa suruh punya nama sama"
"Bunda gue"
Jisung tidak menggubris ucapan Jaemin, ia pergi menghampiri Bomin dan duduk disampingnya.
"Napa lo?"
"Gapapa"
"Kayak cewek lo ngomong gitu"
Bomin segera menoleh kesamping kanan, tepat dimana Jisung duduk.
"Jomblo dilarang nanya"
"BANGSAT GUE UDAH KHAWATIR MALAH GINI JAWABAN LO" Jisung menoyor kepala Bomin dengan kesar karna kesal.
"Dahlah rugi gue nanya" Jisung pergi dengan kaki yang di hentakkan sengaja. Bomin hanya tertawa melihat temannya itu kesal.
Dia benar-benar tidak apa-apa hanya ada satu hal yang bertanya dikepala nya, kapan perang tersebut dimulai? Dia merasa raja itu hanya di bodoh-bodohi mereka saja, mereka sedari awal terlalu banyak memakai energi tanda bertemu langsung dengannya.
Jeno, Jihoon, Baejin, dan Soobin menghampiri Bomin, mereka berempat akan selalu menghampiri siapa saja yang mereka rasa sedang dalam kesulitan atau sedang memikirkan suatu masalah.
"Kenapa?"
Bomin mendongak mendapatkan keempat temannya berdiri dihadapannya. Ia tersenyum simpul dan menjawab
"Kali ini bukan masalah pribadi gue kok, kalian gak perlu khawatir gitu"
"Mau masalah pribadi atau apa lo harus tetep cerita" -Soobin
"Tapi-"
"Dah jangan banyak alasan, bilang kenapa" -Baejin
Bomin pasrah dan akhirnya mengutarakan apa yang sedari tadi ia pikirkan.
"Ini tentang perang yang bakal kita hadapi"
Yang lain mendengar dengan saksama apa yang akan Bomin katakan.
"Lo pada gak ngerasa ada sesuatu yang janggal disini? Dari awal isi buku itu ke bongkar, rintangan yang kita lewati cuma itu-itu aja, perang kecil sama kejebak"
"Energi kita kekuras buat hal yang gak penting sama sekali, maksud gue kita cuma habisin energi buat ngelawan orang suruhan si raja tanpa kita ketemu atau ngelawan dia langsung"
"Dia bahkan gak pernah munculin wujud nya dihadapan kita, ikut serta langsung dalam jebakannya juga nggak, gue rasa ada hal yang mau dia kasih ke kita tapi gue gatau itu apa"
Bomin mengusap wajahnya kasar, pusing memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya.
Jihoon yang berada tepat disampingnya, menepuk bahu lebar milik pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho Island | Red Velvet & Aespa ft. 00 Line
FantasyWendy melihat pintu kayu dibalik tumbuhan bunga kertas yang merambat dan menyamakannya dengan gambar yang ada di buku milik Irene "pintu ini sama persis dengan yang ada di buku kakek mu" -Wendy